Pesan Untuk Putra Putri ku Redza, Firdaus, Nabila dan Haikal …

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar”.

وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الأرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ

(Lukman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ

Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الأصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ

Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai

Luqman 13 – 19

Catitan Kuliah Tafsir Ustaz Ya Ali : At Taubah 112

Intisari kuliah Magrib Malam Selasa di Masjid As Syakirin pada 28 April 2009 :

 Maksud firman Allah :

 

Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat, yang beribadah, yang memuji (Allah), yang melawat, yang rukuk, yang sujud, yang menyuruh berbuat makruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu. ( At Taubah 112 )

 

Tafsimya:

 

Ayat ini merupakan pujian dari Allah bagi hamba-hamba­Nya yang, telah rela menjual jiwanya dan hartanya kepada Al­lah dengan imbalan surga. Mereka itu disifatkan, orang-orang yang bertobat dari dosa-dosanya, beribadat kepada Tuhannya dalam kata-kata dan perbuatan, memuji kepada Allah, ber­puasa meninggalkan makanan dan minuman yang lezat-Iezat, melakukan salat dengan rukuk dan sujud, dan di samping itu mereka menuntun dan mengajak hamba-hamba Allah ke jalan yang baik, melakukan amar makruf nahi mungkar dan berpe­ngetahuan penuh tentang apa yang wajib dilakukan dan apa yang wajib ditinggalkan dalam batas-batas hukum Allah, halal­nya dan haramnya.

 

Allah berfirman, gembirakanlah orang-orang mukmin itu, karena iman itu menjangkau semua sifat-sifat yang baik itu se­muanya, dan bahagialah orang yang memilikinya.

 

Yang dimaksud dengan kata “melawat” dalam ayat ini ia­lah berpuasa, demikianlah pendapat Abdullah bin Mas’ud dan Ibnu Abbas menurut riwayat Sufyan at-Tsauri dan Said bin Ju­bair.

 

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Aisyah r.a. yang berka­ta, “Lawatannya umat ini adalah puasa.”

 

Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw. bersabda:

 

“Assa`ihum  (pelancong-pelancong) itu ialah  orang-orang yang berpuasa”.

 

Ada sebuah hadis lain yang memberi penafsiran “jihad” bagi kata “melawat-melancong” dalam ayat ini, sebagaimana di­riwayatkan oleh Abu Dawud dari Abi Umamah, babwa seorang datang kepada Rasulullab meminta izin untuk “siahah” melan­cong .  Oleh beliau dijawab:

 

“Pelancongan umatku adalah berjihad di jalan Allah”.

 

Ikrimah berkata, bahwa pelancong-pelancong itu yang di maksud dalam al-Quran, ialah para penuntut ilmu. Sedang Ab­durrahman bin Zaid bin Aslam memberi tafsiran, bahwa yang dimaksud ialah para “muhajirin”. Jadi yang jelas, bahwa yang dimaksud dengan kata melawat atau melancong dalam ayat ini, bukanlah melancong dan merantau di atas bumi Allah untuk menyendiri di atas puncak gunung atau di dalam gua-gua. Itu sekali-sekali tidak diperintahkan oleh agama, kecuali dalam keadaan terpaksa untuk menjauhi fitnah dan keguncangan da­lam soal-soal agama.

 

Ustaz Ya Ali meringkaskan semua pendapat di atas sebagai perubahan sikap kepada kebaikan seperti yang di sukai Allah dan rasulnya.

 

 

Merenung perjalanan ku …..

Melengkari perjalanan ku : Memandang Kepelu atau Gunung Cina, meggagumi Jerai dan Titiwangsa atau Bukit Bendera yang berbalam. Nyaman Perangin di Bukit Enggang. Terpegun dengan gunung Raya dan Bukit Mat Cincang  dan akhirnya kembali merenung ke Bukit Cuping Gua Berangin dan Bukit Temiang yang dingin permai, mengingatkan aku akan maksud kebesaran firman Allah swt :

Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan  gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. QS  13.3

Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. QS 15.19

Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak guncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk, QS 16.15

Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. QS17.37

Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka, dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk. QS 21.31

Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir. Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. QS 59.21-22

Ya Allah , Maha Suci Tuhanku …

Catitan Kuliah Tafsir Ustaz Ya Ali : At Taubah 111

 Intisari kuliah Magrib Malam Selasa di Masjid As Syakirin pada 28 April 2009 :

 Maksud firman Allah :

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. ( At Taubah 111)

 

 Tafsirnya:

 

Allah memberitahukan bahwa hamba-hamba-Nya yang mukmin yang telah mengorbankan jiwanya dan harta bendanya di jalan Allah, akan diberi tempat di surga sebagai ganti.

 

Berkata aI-Hasan al-Bashri dan Qatadah sehubungan de­ngan ayat ini: “Allah telah membeli dari hamba-hamba-Nya de­ngan harga yang sangat mahal.”

 

Diriwayatkan oteh Muhammad bin Ka’ab al-Quradhi, bah­wa Abdullah bin Rawahah berkata kepada Rasulullah saw. tat­kala memberikan bai’atnya kepada beliau di Aqabah, “Syarat apakah yang engkau tuntut dari padaku untuk Tuhanmu dan dirimu sendiri?”

 

 Sabda nabi saw Artinya:

 

“Syaratku bagi Tuhanku, bahwa kamu menyembah-Nya dan tidak menyekutukan sesuatu kepada-Nya, sedang bagi diriku, hendaklah kamu melindungiku sebagaimana melin­dungi dirimu dan hartamu”. Lalu bertanya para sahabat, “Imbalan apa yang· kami peroleh bila kami lakukan itu se­mua?” “Surga,” jawab Rasulullah dengan singkat, yang di­sambut oleh para sahabat, “Jual beli yang menguntungkan, tidaklah akan kami batalkan atau minta dibatalkan”.

 

 Kemudian diturunkanlah ayat 111 ini.

 

 ( Dicatit oleh As Syayuti dalam Asbabun Nuzul hadis di atas di riwayat oleh Ibn Jarir yang bersumber dari Muhammad bin Kaab al Quradli )

 

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah saw. bersabda:

 

 Artinya:

 

“Allah menjamin bagi orang yang keluar untuk jalan Allah dikeluarkan untuk tujuan berjihad di jalan-Nya dan mem­percayai Rasul-Nya, bila ia mati akan dimasukkan surga atau dikembalikan ke rumahnya dengan  memperoleh pahala dan ghanimah”.

 

 

Allah berfirman, bahwa apa yang dijanjikan itu, adalah janji yang benar yang telah disuratkan dalam Taurat yang ditu­runkan kepada Musa, Injil yang diturunkan kepada Isa dan al­Quran yang diturunkan kepada Muhammad saw.

 

 

 

 

 

Surat Kepada YB Nga Kor Ming ADUN Pantai Remis Perak

13 Rabiul Akhir 1430
9 April 2009

YB Encik Nga Kor Ming
EXCO Kerajaan Negeri Perak
Pejabat EXCO Negeri Perak
30000 Ipoh
PERAK DARUL RIDZUAN.

Menemui YB Encik Nga dengan ucapan salam sejahtera

Yang Berhormat,

Alhamdulillah, dengan izin Allah, saya telah mengikuti isu di sekitar percubaan YB untuk mengenali Islam melalui pembacaan Ayat-Ayat Al-Quran dengan tekun. Saya juga terharu mendengar keluhan YB yang berbunyi “saya berasa amat  kesal apabila masyarakat Tionghua yang cuba mengenali Islam dan Al-Quran melalui kitab berkenaan, tiba-tiba dihalang.”

Saya boleh memahami dan menyelami perasaan kecewa yang sedang melanda hati YB.   Mudah-mudahan dengan sikap “tidak mesra Umno” dan pemimpin-pemimpin Umno tentang kecenderungan masyarakat Tionghua dan India yang sihat ini, ia akan meningkatkan lagi kesedaran Non-Islam untuk lebih mengkaji, mendalami dan mengadakan forum serta wacana mengenai Islam dengan cara yang lebih meluas.

Saya mempunyai sebuah impian.  Dalam tempoh tidak berapa lama lagi mudah-mudahan akan muncul lebih ramai orang dari kalangan masyarakat Tionghua, India, Siam, Bajau dan Kadazan yang tampil menjadi Qari, Ustaz, Khatib dan Imam di seluruh negara.  Kalau Jenghiz Khan yang mengetuai tentera Moghul  menyerang dan memusnahkan hampir seluruh Kerajaan dan tamadun Islam di Kota Baghdad, tetapi sempat ditebus semula keagungan Islam melalui cucunya yang bernama Aurangzeb yang menegakkan empayar Islam di India kemudiannya. Maka saya mempunyai keyakinan yang kuat bahawa Islam akan kembali gemilang di negara kita melalui kaedah dan insiden yang hampir sama.  Mudah-mudahan YB lah orangnya yang akan meletakkan batu asas pertama ke arah menyusun  batu bata yang kukuh ini untuk terus bertumpang tindih.

Mari kita bina asas ini dengan mengatur langkah-langkah permulaan melalui seminar, muzakarah, muqabalah, dialog dan wacana.  Tajuk-tajuk seperti “dimana tak kenanya Islam” atau “apa mesej al-Quran kepada orang bukan Islam” bolehlah difikirkan.  Anggota panel boleh terdiri daripada tokoh-tokoh PAS, Umno, DAP, PKR  dan pemimpin-pemimpin  NGO, pensyarah serta pendakwah bebas.   Ia boleh dijadikan sesi kuliah bersiri yang boleh dianjurkan di PWTC, di masjid-masjid, surau-surau, kuil-kuil dewan-dewan perhimpunan, di universiti-universiti, baik di IPTS atau IPTA.

Sekali lagi saya mengucapkan syukur kepada Allah S.W.T di atas kekuatan dan keberanian yang ada pada YB. Terus tekun dan beristiqamahlah dalam  mengharungi ujian-ujian ini.  Insya Allah saya seakan-akan sedang melihat sekerdip lilin yang bercahaya di hujung sana.  Marilah kita sama-sama ke sana.

* MEMBANGUN BERSAMA ISLAM *

(TUAN GURU DATO’ HAJI NIK ABDUL AZIZ BIN NIK MAT)
Menteri Besar Kelantan
Merangkap
Mursyidul Am PAS

Sumber : http://www.blogtokguru.com/pages/posting/11/surat-kepada-yb-nga-kor-ming-adun-pantai-remis-perak

Tazkirah dari Prof Rashid …

Sambil berjalan keluar , di anak tangga masjid subuh tadi Prof bersalaman dengan seorang kanak-kanak , 9-10 tahun kira kira umurnya , kemudian mengusap kepalanya dan terus bersalam dengan aku. Dia bercerita : seorang sahabat berjumpa seorang budak anak yatim yang kelihatan kusut , juga selepas solat di masjid.

Sahabat itu bertanya kepada sang budak , mahukah pertolongan ku dengan tinggal bersamaku , pakcik boleh tolong peliharamu , tanggung makan pakai mu.

Tanya kembali budak itu , pakcik kalau sakit , minta tolong pada siapa ? Allah. Kalau rungsing , minta tolong pada siapa ? Allah. Kalau susah minta tolong pada siap ? Allah.  Kalau miskin minta kaya pada siapa ? Allah!!

Kata budak itu , kalau begitu saya tak perlu pertolongan pakcik , saya akan minta tolong pada Allah saja …..

Tanpa sempat aku bertanya Prof Rashid  siap sahabat itu , sahabat Rasullah saw atau sahabat beliau sendiri , Prof terus menuju keretanya.

Aku pun teringat kisah Umar ra dengan budak pemerah penjual susu yang takut dan beriman kepada Allah.

Ayatullah `Uzma Al Burqu`i: Syiah yang kembali ke aliran salafi

 

 

Syi`ah tertusuk pada jantungnyua, tatkala seorang Ayatullah Al `Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl mengumumkan taubat dan keluarnya dari agama Syi`ah yang kotor itu, akal mereka tidak siap menerima kenyataan pahit seperti ini. Belum sembuh borok akibat Ahmad Al Kisrawi Rahimahullah yang bertaubat mendapat hidayah kepangkuan Islam dan memproklamirkan kebatilan agama Syi`ah Imamiyah Ja`fariyah, disusul dengan bala` susulan dengan taubatnya Ayatullah Al `Uzma As Sayyid Abu Al Fadhl Al Burqu`i yang diberi hidayah oleh Allah dan dilapangkan dadanya menerima Islam, menyambut panggilan kebenaran meninggalkan kebathilan dan orang-orangnya. Keluarnya Ayatullah Al `Uzma Al Burqu`i benar-benar mengguncang Syi`ah, karena ia (Al Burqu`i) memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan berpengaruh.

Sekapur Sirih tentang Al Burqu`i
Dia adalah Sayyid Abu Fadhl bin Muhammad At Taqiy bin Ali bin Musa Ar Ridha Al Burqu`i. Nasabnya kembali kepada jalur Ahlul Bait. Dia adalah selevel dengan Khumaini dalam hal ilmu, hanya saja Khumaini lebih tinggi peringkatnya dalam referensi agama Syi`ah. Dia merupakan salah satu mercusuar agama Syi`ah kala itu. Dia mengumandangkan taubatnya setelah menjadi jelas baginya kesesatan agama Imamiyah Ja`fariyah. Peristiwa itu terjadi sebelum revolusi Iran, hal ini merupakan pukulan berat bagi Syi`ah secara umum dan bagi negara Iran secara khusus.

Telah ditegakkan upaya-upaya penculikannya dan pembunuhannya. Satu diantara upaya itu hampir menghabisi hidupnya ketika salah seorang Iran menembakkan peluru ke arahnya yang sedang berdiri shalat, maka tidak ayal, peluru pun menembus pipi kirinya dan tembus keluar dari pipi kanannya. Dengan pertolongan Allah, dia bisa selamat dari tragedi ini.
Dia bergabung dengan jama`ah ahlus sunnah dan salaf di Iran, shalat Jum`at serta jama`ah di Teheran, kawasan luar `Ghadzar Wazir Daftar`. Pemerintah menekan dan mempersempit ruang geraknya, dengan menguasai masjidnya secara paksa. Sementara gereja-gereja Nashrani dan sinagog-sinagog Yahudi menghirup udara segar dan bernafas dengan aman hingga ia menyebutkan dalam kitab-kitabnya, Sesungguhnya di negeri kami ini, orang-orang Kristen, Yahudi dan Sekuler yang anti agama bisa hidup dengan nyaman. Sementara ahlus sunnah tidak pernah merasa tenang di negeri kami ini dan tidak bisa hidup ditengah-tengah orang-orang musyrik itu.
Dia menulis banyak kitab, antara lain:
Kasr Ash Shanam (Menghancurkan Berhala), yaitu bantahan terhadap Ushul Al Kafi, tertuang dalam 411 halaman dan dari sela-selanya dia mengurangi akidah Syi`ah dan menunjukkan kebatilannya.
 
Tadhad Mafatih Al Jinan (Kontradiksi Kitab Kunci-Kunci Surga), kitab bantahan terhadap kitab Mafatih Al Jinan yang memuat doa-doa ziarah kubur dan tempat-tempat sakral lainnya serta doa haji ke makam. Kitab Mafatih Al Jinan ini tergolong kitab terpenting bagi Syi`ah yang selalu mereka bawa kemana mereka pergi. Didalamnya banyak ungkapan-ungkapan syirik, kufur dan ingkar Allah. Kitab bantahannya tertuang dalam 209 halaman.
Dirasah fi Ahadits Al Mahdi (Studi tentang Hadits-hadits Mahdi), dia membongkar bangunan khurafat Al Mahdi versi Syi`ah dengan hujah (normatif rasional) dan burhan (demonstratif).
Al Jami` Al Manqul fii Sunan Ar Rasul (Penghimpun yang Ternukul tentang Sunnah-sunna Rasul). Dia menghimpun hadits-hadits shahih ahlus sunnah yang dicocokkan dengan hadits-hadits yang ada pada Syi`ah. Ushlub (metode) atau teknik ini membuktikan bahwa Syi`ah tidak mengambil kebenaran melainkan taqlid buta dan fanatik dengan hawa nafsu dan kesesatan. Kitab ini tertuang dalam 1406 halaman.  
 
Dirasah Nushush Al Imamah (Studi tentang Nash-nash Imamiyah). Disini dia menetapkan dengan dalil-dalil dan bukti-bukti yang pasti bahwa khilafah adalah haqq dan imamah yang mereka yakini adalah tidak berasal dan tidak berdasar, ia hanyalah kebohongan yang nyata. Kitab ini tertuang dalam 170 halaman.  
 
Disamping itu masih banyak karya-karyanya yang lain seperti: Naqd `Ala Al Muraja`at dan Tadhad Madzhab Al Ja`fari Ma`a Quran wa al Islam. Dia juga menterjemahkan mukhtashar Minhaj As Sunnah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ke dalam bahasa Persia.
Yang sangat mengherankan adalah bahwa Sayyid Al Burqu`i ini dulunya termasuk pemimpin gerakan melawan Ahmad Al Kisrawi Al Irani yang lebih dulu mengumumkan kebathilan Syi`ah. Dia sangat produktif dan dinamis dalam membantah pemikiran-pemikiran Ahmad Al Kisrawi, dan membela agama Syi`ah secara mati-matian. Tetapi Allah ingin menghinakan Syi`ah mulai dari ubun-ubun hingga di bawah telapak kaki, Dia menunjukkan ke jalan Islam. Sayyid Al Fadhl bukanlah Syi`ah awam, melainkan simbol dan mercusuar bagi Syi`ah yang ditunjuk dengan unung jari, dia mengemban gelar Ayatullah al `Uzma.
 
Perlu pembaca ketahui, Syaikh Al Burqu`i setelah mendapat hidayah dia mengumumkan dan mengajak bahwa siapa saja yang pernah membayar khumus kepada dirinya, dia siap mengembalikannya, karena dia telah mengakui haramnya harta tadi yang dicuri dan dirampas dari tangan manusia. Dia telah memfatwakan haram mengambil khumus dari selain rampasan parang seperti keyakinan yang ada pada kaum muslimin.
Akhirnya syi`ah telah memiliki pilihan lain untuk terbebas dari pengaruh selain memvonis penjara selama tiga puluh tahun tanpa memperhatikan usianya yang lanjut. Dan Syaikh Al Burqu`i meninggal dunia setelah matinya Khumaini.
Renungkanlah bersama-sama, Syi`ah mengaku setia dan cinta kepada Ahlul Bait, bagaimana mereka memperlakukan Syaikh Al Burqu`i Rahimahullah? Padahal ia termasuk cucu dan keturunan Ahlul Bait.
Lihatlah bagaimana upaya mereka dalam menculik dan membunuh orang yang nasabnya kembali kepada Ahlul Bait? Lihatlah akhirnya, bagaimana mereka mengurung dalam penjara dengan vonis 30 tahun tanpa ada belas kasih?!
Apakah mereka termasuk orang yang patut dicontoh?
Kemanakah perginya cinta mereka yang didengung-dengungkan itu? Di manakah bersembunyi?
 
Telah banyak kaum Syi`ah yang terpengaruh dengan gerakan Syaikh Al Burqu`i Rahimahullah. Maka sebagian peneliti dan pencari kebenaran serta para mullah mulai mengkaji kembali dan berfikir ulang tentang ritus-ritus paganisme yang ada pada mereka. Hasilnya sebagian mereka kembali kepada kebenaran dan yang lain menyembunyikan taubatnya karena takut disakiti.
 
Belum lewat tahun-tahun yang panjang, Allah sudah menimpakan musibah yang lain lagi kepada Syi`ah. Pada saat-saat ini seorang guru besar mereka Ustadz (Prof.) Ahmad Al Khatib Al Irani mengumumkan batilnya wilayah (imamah), rusaknya ishmah imam, khurafat Mahdi Muntazhar, dan bahwa Ahlul Bait (Ali Radhiyallahu `anhu dan anak-anaknya) adalah penganjur dan penyeru musyawarah, tidak memiliki ambisi menjadi sultan. Dia juga menyebutkan bahwa tasyayyu` rentan dengan penyelewengan dari pangkalan yang sebenarnya. Maka dia menulis dalam kitabnya, Min Asy Syura ila Wilayah al Faqih:
Didalam permulaan sejarah, terdapat banyak sahabat dan tabi`in pilihan menanggulangi penyimpangan politik dan sikap egois, mereka menyerukan reformasi dan perbaikan dengan kembali ke sistem syura. Dan yang paling depan di antara mereka adalah ahlul bait, keluarga Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam. Mereka adalah sosok-sosok manusia yang paling zuhud terhadap dunia. Tidak memiliki ambisi terhadap kekuasaan dan tidak pula rela mengikut para pemimpin yang menyimpang dalam menegakkan pemerintah dengan sistem warisan. Mereka justru menyeru pengembalian kekuasaan ke tangan umat Islam, melalui ahlul haili wal `aqdi dan menghormati suara dan keinginannya. Begitulah Syi`ah pada generasi-generasi awal, para revolusioner yang mengibarkan bendera syra, melawan anarkhisme dan egoisme. Akan tetapi prinsip-prinsip tasyayyu` (dukung mendukung) telah mengalami pencorengan dan penyimpangan dengan adanya arus asing yang baru yang menenggelamkan risalah ahlul bait dan menghilangkannya dari ingatan masyarakat. Hal yang mengakibatkan perjalanan Syi`ah dalam berabad-abad penuh dengan kebingungan, kemandegan, keterasingan dan keluar dari layar sejarah.
 
Perlu kita ingatkan, bahwa mulai terungkap di tengah-tengah pemuda dan pemudi Iran, khurafat Mahdi Muntazhar. Mereka menjadikan sosok Mahdi Syi`i sebagai bahan lelucon, dan permainan yang menjadi bahan tertawaan dan lawak-lawak di panggung-panggung teater mereka. Maka bergulirlah perbincangan tentang kelucuan Mahdi buatan di kalangan masyarakat Syi`ah. Karena itu para mullah bergerak menyebarkan agama Syi`ah di luar wilayah Iran dan di luar masyarakat Syi`i yang sudah memahami alur ceritanya. Mereka memanfaatkan harta untuk menyebarkan agama kotor ini, mereka tidak lain adalah tumbal-tumbal yang disuguhkan kepada bangsa-bangsa Iran Parsi agar bertambah imannya kepada khurafat Mahdi, sehingga menjadi lekat dongeng itu dalam pikiran.
Begitulah pukulan demi pukulan menerpa dada Syi`ah, belum hilang panasnya tamparan sudah melayang tamparan lain. Berkas cahaya pasti merobek hijab kegelapan, lalu akalpun menjadi tenang dan cerah satu demi satu, sehingga sekalipun lapisan-lapisan kegelapan dari para pemimpin kesesatan berusaha menutupi kenyataan dan berusaha mengusir dan menghalau sorot-sorot cahaya. Sesungguhnya kebenaran pasti tampil, aqidah shahihah adalah batu besar yang padat yang tidak lapuk dan rontok karena tiupan badai khurafat, tiupan bid`ah dan ombak dhalalah.

 

 

Sumber :

Gen Syi’ah Sebuah Tinjauan Sejarah, Penyimpangan Aqidah dan Konspirasi Yahudi, Mamduh Farhan Al Buhairi, Penerbit Darul Falah, hal 243-247.

Menjadi Orang Asing di Dunia

Penulis: Syaikh Shalih bin ‘Abdul Aziz Alu Syaikh hafizhohulloh
Diterjemahkan dari Penjelasan Hadits Arba’in No. 40. Oleh: Abu Fatah Amrulloh
Murojaah: Ustadz Abu Ukasyah Aris Munandar

Dari Ibnu Umar radhiallohu ‘anhuma beliau berkata: “Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku seraya bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir”. Ibnu Umar berkata: “Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati” (HR. Bukhori)

Penjelasan
Hadits ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar berisi nasihat nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada beliau. Hadits ini dapat menghidupkan hati karena di dalamnya terdapat peringatan untuk menjauhkan diri dari tipuan dunia, masa muda, masa sehat, umur dan sebagainya.

Ibnu Umar berkata: “Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku”, hal ini menunjukkan perhatian yang besar pada beliau, dan saat itu umur beliau masih 12 tahun. Ibnu Umar berkata: “beliau pernah memegang kedua pundakku”. Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau penyeberang jalan”. Jika manusia mau memahami hadits ini maka di dalamnya terkandung wasiat penting yang sesuai dengan realita. Sesungguhnya manusia (Adam –pent) memulai kehidupannya di surga kemudian diturunkan ke bumi ini sebagai cobaan, maka manusia adalah seperti orang asing atau musafir dalam kehidupannya. Kedatangan manusia di dunia (sebagai manusia) adalah seperti datangnya orang asing. Padahal sebenarnya tempat tinggal Adam dan orang yang mengikutinya dalam masalah keimanan, ketakwaan, tauhid dan keikhlasan pada Alloh adalah surga. Sesungguhnya Adam diusir dari surga adalah sebagai cobaan dan balasan atas perbuatan maksiat yang dilakukannya. Jika engkau mau merenungkan hal ini, maka engkau akan berkesimpulan bahwa seorang muslim yang hakiki akan senantiasa mengingatkan nafsunya dan mendidiknya dengan prinsip bahwa sesungguhnya tempat tinggalnya adalah di surga, bukan di dunia ini. Dia berada pada tempat yang penuh cobaan di dunia ini, dia hanya seorang asing atau musafir sebagaimana yang disabdakan oleh Al Musthofa shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Betapa indah perkataan Ibnu Qoyyim rohimahulloh ketika menyebutkan bahwa kerinduan, kecintaan dan harapan seorang muslim kepada surga adalah karena surga merupakan tempat tinggalnya semula. Seorang muslim sekarang adalah tawanan musuh-musuhnya dan diusir dari negeri asalnya karena iblis telah menawan bapak kita, Adam ‘alaihissalam dan dia melihat, apakah dia akan dikembalikan ke tempat asalnya atau tidak. Oleh karena itu, alangkah bagusnya perkataan seorang penyair:

Palingkan hatimu pada apa saja yang kau cintai
Tidaklah kecintaan itu kecuali pada cinta pertamamu
Yaitu Alloh jalla wa ‘ala

Berapa banyak tempat tinggal di bumi yang ditempati seseorang
Dan selamanya kerinduannya hanya pada tempat tinggalnya yang semula
Yaitu surga

Demikianlah, hal ini menjadikan hati senantiasa bertaubat dan tawadhu kepada Alloh jalla wa ‘ala. Yaitu orang yang hati mereka senantiasa bergantung pada Alloh, baik dalam kecintaan, harapan, rasa cemas, dan ketaatan. Hati mereka pun selalu terkait dengan negeri yang penuh dengan kemuliaan yaitu surga. Mereka mengetahui surga tersebut seakan-akan berada di depan mata mereka. Mereka berada di dunia seperti orang asing atau musafir. Orang yang berada pada kondisi seakan-akan mereka adalah orang asing atau musafir tidak akan merasa senang dengan kondisinya sekarang. Karena orang asing tidak akan merasa senang kecuali setelah berada di tengah-tengah keluarganya. Sedangkan musafir akan senantiasa mempercepat perjalanan agar urusannya segera selesai.

Demikianlah hakikat dunia. Nabi Adam telah menjalani masa hidupnya. Kemudian disusul oleh Nabi Nuh yang hidup selama 1000 tahun dan berdakwah pada kaumnya selama 950 tahun,

“Maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun” (QS Al Ankabut: 14)

Kemudian zaman beliau selesai dan telah berlalu. Kemudian ada lagi sebuah kaum yang hidup selama beberapa ratus tahun kemudian zaman mereka berlalu. Kemudian setelah mereka, ada lagi kaum yang hidup selama 100 tahun, 80 tahun, 40 tahun 50 tahun dan seterusnya.

Hakikat mereka adalah seperti orang asing atau musafir. Mereka datang ke dunia kemudian mereka pergi meninggalkannya. Kematian akan menimpa setiap orang. Oleh karena itu setiap orang wajib untuk memberikan perhatian pada dirinya. Musibah terbesar yang menimpa seseorang adalah kelalaian tentang hakikat ini, kelalaian tentang hakikat dunia yang sebenarnya. Jika Alloh memberi nikmat padamu sehingga engkau bisa memahami hakikat dunia ini, bahwa dunia adalah negeri yang asing, negeri yang penuh ujian, negeri tempat berusaha, negeri yang sementara dan tidak kekal, niscaya hatimu akan menjadi sehat. Adapun jika engkau lalai tentang hakikat ini maka kematian dapat menimpa hatimu. Semoga Alloh menyadarkan kita semua dari segala bentuk kelalaian.

Kemudian Ibnu Umar rodhiallohu ‘anhuma melanjutkan dengan berwasiat,

“Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada pagi hari jangan menunggu datangnya sore.”

Yaitu hendaklah Anda senantiasa waspada dengan kematian yang datang secara tiba-tiba. Hendaklah Anda senantiasa siap dengan datangnya kematian. Disebutkan dari para ulama salaf dan ulama hadits bahwa jika seseorang diberi tahu bahwa kematian akan datang kepadanya malam ini, maka belum tentu dia dapat menambah amal kebaikannya.

Jika seseorang diberi tahu bahwa kematian akan datang kepadanya malam ini, maka belum tentu dia dapat menambah amal kebaikannya. Hal ini dapat terjadi dengan senantiasa mengingat hak Alloh. Jika dia beribadah, maka dia telah menunaikan hak Alloh dan ikhlas dalam beribadah hanya untuk Robbnya. Jika dia memberi nafkah pada keluarganya, maka dia melakukannya dengan ikhlas dan sesuai dengan syariat. Jika dia berjual beli, maka dia akan melakukan dengan ikhlas dan senantiasa berharap untuk mendapatkan rezeki yang halal. Demikianlah, setiap kegiatan yang dia lakukan, senantiasa dilandasi oleh ilmu. Ini adalah keutamaan orang yang memiliki ilmu, jika mereka bertindak dan berbuat sesuatu maka dia akan senantiasa melandasinya dengan hukum syariat. Jika mereka berbuat dosa dan kesalahan, maka dengan segera mereka akan memohon ampunan. Maka dia akan seperti orang yang tidak berdosa setelah beristigfar. Ini adalah kedudukan mereka. Oleh karena itu Ibnu Umar rodhiallohu ‘anhuma mengatakan:

“Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati” (HR. Bukhori)

Bicara awal : Imbas Iman ….

Sabda Nabi saw., “Islam itu didirikan atas lima perkara.” Iman itu adalah ucapan dan perbuatan. Ia dapat bertambah dan dapat pula berkurang. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada)” (al-Fath: 4), “Kami tambahkan kepada mereka petunjuk.”(al-Kahfi: 13), “Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk.” (Maryam: 76), “Orang-orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketakwaannya” (Muhammad: 17), “Dan supaya orang yang beriman bertambah imannya” (al-Muddatstsir: 31), “Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surah ini? Adapun orang-orang yang beriman, maka surah ini menambah imannya.” (at-Taubah: 124), “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka, maka perkataan itu menambah keimanan mereka.” (Ali Imran: 173), dan “Yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan (kepada Allah).” (al-Ahzab: 22) Mencintai karena Allah dan membenci karena Allah adalah sebagian dari keimanan.

Kitab Iman  Shahih Bukhari