Jawaban Nabi s.a.w. Kepada Kemarahan Ansar Selepas Perang Hunain

Jawaban Nabi s.a.w. Kepada Kemarahan Ansar Selepas Perang  Hunain

Tindakan Muhammad s.a.w. memberikan rampasan perang yang cukup banyak kepada golongan mualaf penduduk Mekah , setelah Mekah dibebaskan dan sesudah perang Hunain dan Ta’if , telah menjadi bahan pembicaraan kalangan Ansar:

“Rasulullah s.a.w. telah bertemu dengan masyarakatnya sendiri,” kata mereka.

Setelah hal ini disampaikan kepada Nabi, dimintanya Sa’d bin Ubadah — pemimpin Khazraj — mengumpulkan mereka. Sesudah mereka berkumpul kata Nabi s.a.w. kepada mereka:

“Saudara-saudara kaum Ansar. Ada desas-desus disampaikan kepadaku, yang merupakan perasaan yang ada dalam hati kamu terhadap diriku, bukan? Bukankah kamu dalam kesesatan ketika aku datang lalu Allah membimbing kamu? Kamu dalam kesengsaraan lalu Allah memberikan kecukupan kepada kamu, kamu dalam permusuhan, Allah raempersatukan kamu?”

Mendengar itu Ansar hanya menekur, dan jawaban mereka hanyalah:

“Ya benar. Allah dan Rasulullah juga yang lebih bermurah hati.”

Nabi s.a.w. bertanya lagi:

“Saudara-saudara Ansar, kamu tidak menjawab kata-kataku!”

Mereka masih menekur, dan tak lebih hanya mengatakan:

“Dengan apa harus kami jawab, ya Rasulullah? Segala kemurahan hati dan kebaikan ada pada Allah dan Rasul-Nya juga.”

Mendengar jawaban itu Rasulullah berkata lagi:

“Ya, sungguh, demi Allah. Kalau kamu mau, tentu kamu masih dapat mengatakan — kamu benar dan pasti dibenarkan — “Engkau datang kepada kami didustakan orang, kamilah yang mempercayaimu, engkau ditinggalkan orang, kamilah yang menolongmu; engkau diusir, kamilah yang memberimu tempat; engkau dalam sengsara, kami yang menghiburmu.”

Kata-kata itu diucapkan oleh Nabi  s.a.w. dengan jelas sekali dan penuh keharuan. Kemudian katanya lagi:

“Kamu marah, Saudara-saudara Ansar, hanya karena sekelumit harta dunia yang hendak kuberikan kepada orang-orang yang perlu diambil hatinya agar mereka sudi masuk Islam, sedang keislamanmu sudah dapat dipercaya. Tidakkah kamu rela Saudara-saudara Ansar, apabila orang-orang itu pergi membawa kambing, membawa unta, sedang kamu pulang membawa Rasulullah ke tempat kamu?

Demi Dia Yang memegang hidup Muhammad! Kalau tidak karena hijrah, tentu aku termasuk orang Ansar. Jika orang menempuh suatu jalan di celah gunung, dan Ansar menempuh jalan yang lain, niscaya aku akan menempuh jalan Ansar. Allahumma ya Allah, rahmatilah orang-orang Ansar, anak-anak Ansar dan cucu-cucu Ansar.”

Begitu terharu orang-orang Ansar mendengar kata-kata Nabi yang keluar dari lubuk hati yang ikhlas diucapkan dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang, terutama kepada mereka yang dulu pernah memberikan ikrar, pernah memberikan pertolongan dengan satu sama saling memberikan kekuatan — sehingga orang-orang Ansar itu menangis seraya berkata:

“Kami rela dengan Rasulullah sebagai bagian kami.”

Pemberian harta rampasan perang Hunain kepada golongan mualaf bukan yang pertama kali menimbulkan kegelisahan dalam hati orangorang  Ansar. Kegelisahan demikian sudah pernah timbul tatkala Mekah dibebaskan.

Mereka melihat Rasulullah berdiri di Safa sambil berdoa, dan ketika mereka melihatnya sedang menghancurkan berhala-berhala, yang dalam suatu hari berhasil diselesaikannya apa yang diserukannya selama dua puluh tahun. Sekarang terbayang oleh mereka bahwa ia pasti meninggalkan Medinah, kembali ke tempat tumpah darah semula.

Mereka berkata satu sama lain:

“Bagaimana pendapatmu, setelah Allah memberi kemenangan, akan menetapkah Rasulullah di negerinya sendiri?”

Setelah Muhammad mengetahui rasa kekhawatiran itu, ia langsung berkata:

“Berlindunglah kita kepada Allah! Hidup dan matiku akan bersama kamu.”

Peristiwa di atas dirakamkan oleh  Dr. Muhammad Husain Haekal di dalam Bukunya Abu Bakar as Sidiq adalah  bersesuaian dengan hadis berikut :

  • Hadis riwayat Abdullah bin Zaid ra.:
    Bahwa Rasulullah saw. membagi-bagikan harta rampasan perang ketika memenangkan perang Hunain . Beliau memberi orang-orang yang hendak dibujuk hatinya (orang yang baru masuk Islam). Lalu sampai berita kepadanya bahwa orang-orang Ansar ingin mendapatkan seperti apa yang diperoleh oleh mereka. Maka Rasulullah saw. berdiri menyampaikan pidato kepada mereka. Setelah memuji dan menyanjung Allah, beliau bersabda: Hai orang-orang Ansar, bukankah aku temukan kalian dalam keadaan sesat, lalu Allah menunjuki kalian dengan sebab kau? Bukankah aku temukan kalian dalam keadaan miskin, lalu Allah membuat kalian kaya dengan sebab aku? Bukankah aku temukan kalian dalam keadaan terpecah-belah, lalu Allah mempersatukan kalian dengan sebab aku? orang-orang Ansar menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih berhak mengungkit-ungkit. Kemudian beliau bersabda: Mengapa kalian tidak menjawabku? Mereka berkata: Allah dan Rasul-Nya lebih berhak mengungkit-ungkit. Beliau bersabda: Kalian boleh saja berkata begini dan begini pada masalah begini dan begini. (Beliau menyebutkan beberapa hal. Amru, perawi hadis mengira ia tidak dapat menghafalnya). Selanjutnya beliau bersabda: Tidakkah kalian rela jika orang lain pergi dengan membawa kambing-kambing dan unta dan kalian pergi bersama Rasulullah ke tempat kalian? Orang-orang Ansar itu bagaikan pakaian dalam dan orang lain seperti pakaian luar (maksudnya orang Ansarlah yang paling dekat di hati Nabi saw.) Seandainya tidak ada hijrah, tentu aku adalah salah seorang di antara golongan Ansar. Seandainya orang-orang melalui lembah dan lereng, tentu aku melalui lembah dan celah orang-orang Ansar. Kalian pasti akan menemukan keadaan yang tidak disukai sepeninggalku. Karena itu, bersabarlah kalian hingga kalian bertemu denganku di atas telaga (pada hari kiamat). (Shahih Muslim No.1758)
  • Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata:
    Ketika hari perang Hunain , Rasulullah saw. mengutamakan beberapa orang dalam pembagian. Beliau memberi Aqra` bin Habis seratus ekor unta, memberikan kepada Uyainah dan beberapa para memuka Arab. Ketika itu beliau saw. mengutamakan mereka dalam pembagian. Lalu seseorang berkata: Demi Allah, sungguh ini adalah pembagian yang sama sekali tidak adil dan tidak dikehendaki Allah. Aku (Abdullah) berkata: Demi Allah, aku pasti akan menyampaikannya kepada Rasulullah saw. Aku datang kepada Rasulullah saw. dan memberitahu beliau tentang ucapan orang tersebut. Mendengar itu, wajah beliau berubah kemerah-merahan, kemudian bersabda: Siapa lagi yang dapat berbuat adil, jika Allah dan Rasul-Nya tidak berbuat adil? Kemudian beliau melanjutkan: Semoga Allah memberikan rahmat kepada Nabi Musa. Dia telah disakiti hatinya (oleh kaumnya) lebih banyak dari ini, tetapi ia tetap sabar. Aku berkata: Sesudah ini aku tidak melaporkan pembicaraan apapun kepada beliau. (Shahih Muslim No.1759)

Tinggalkan Jawapan

Masukkan butiran anda dibawah atau klik ikon untuk log masuk akaun:

WordPress.com Logo

Anda sedang menulis komen melalui akaun WordPress.com anda. Log Out /  Tukar )

Facebook photo

Anda sedang menulis komen melalui akaun Facebook anda. Log Out /  Tukar )

Connecting to %s