Nasihat Sufyan Ats-Tsauri Kepada Ali bin AI-Hasan

Sufyan Ats-Tsauri * berkata kepada Ali bin AI-Hasan dalam nasihatnya,

“Saudaraku, hendaklah engkau makan dari penghasilan yang baik dan apa yang dihasilkan tanganmu. Jangan memakan dan memakai kotoran manusia (zakat), karena perumpamaan orang yang memakan kotoran manusia (zakat) adalah seperti ruang atas yang tidak mempunyai ruang bawahnya. la selalu takut jatuh ke bawah dan ruang atasnya rusak.

Orang yang memakan kotoran manusia (zakat) itu selalu berbicara dengan hawa nafsu dan merendah kepada manusia karena takut mereka menghindar daripadanya.

Saudaraku, jika Anda memakan sesuatu dari manusia, maka Anda memotong lidah Anda, menghormati sebagian manusia, dan menghina sebagian yang lain. Ini belum termasuk apa yang menimpa Anda pada Hari Kiamat kelak. Sesungguhnya yang diberikan kepadamu adalah kotorannya dan yang dimaksud dengan kotoran ini bahwa orang tersebut mencuci amal perbuatannya dari dosa-dosa.

Jika Anda memakan sesuatu dari manusia; jika Anda diajak kepada kemungkaran. Anda pasti menurutinya, karena orang yang memakan kotoran manusia (zakat) adalah seperti orang yang bersekutu dengan orang lain dalam satu kepentingan dan ia harus berbagi hasil dengannya.

Saudaraku, lapar dan sedikit ibadah itu lebih baik daripada Anda kenyang dengan kotoran manusia (zakat) dan banyak ibadah.

Aku mendapat khabar bahwa Rasulullah saw  bersabda,

‘Jika salah seorang dari kalian mengambil tali, kemudian mengambil kayu bakar hingga membelakangi (memenuhi) punggungnya, itu lebih baik baginya daripada ia berdiri di depan saudaranya; ia mengemis kepadanya, dan berharap kepadanya.’

Aku juga mendapat khabar, bahwa Umar bin Khaththab ra  berkata,

‘Barangsiapa di antara kalian kerja, kami memujinya. Dan barangsiapa di antara kalian tidak kerja, kami mencurigainya.’

Umar bin Khaththab ra  juga berkata,

‘Hai para qari’, angkatlah kepala kalian, dan kalian jangan menambah kekhusyukan melebihi kekhusyukan yang ada di dalam hati. Berlomba-­lombalah kalian dalam kebaikan, dan jangan menjadi tanggungan orang lain, karena jalan ini telah terlihat dengan jelasl’

Ali bin Abu Thalib ra berkata,

‘Sesungguhnya orang yang makan dari tangan manusia adalah seperti orang yang menanam pohon di tanah milik orang lain.’

Jadi bertakwalah kepada Allah, karena seseorang tidak mendapatkan sesuatu dari manusia melainkan ia menjadi orang hina dan kerdil di mata manusia, padahal kaum Mukminin itu adalah saksi-saksi Allah di muka bumi.

Anda jangan sekali-kali mencari uang dari pekerjaan kotor kemudian Anda menginfakkanya dalam ketaatan kepada Allah, karena meninggalkan pekerjaan kotor adalah kewajiban yang diwajibkan Allah, dan sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik-baik.

Tidakkah Anda pernah melihat orang yang pakaiannya terkena air kencing, kemudian ia ingin membersihkannya dan mencucinya dengan air kencing yang lain? Tidakkah Anda lihat ia membersihkannya dengan air kencing yang lain? Ya, sesungguhnya kotoran itu tidak bisa dibersihkan kecuali dengan sesuatu yang bersih.

Demikian pula kesalahan, ia tidak bisa dihapus kecuali dengan kebaikan. Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali hal-hal yang baik­-baik, serta sesungguhnya hal-hal yang haram itu tidak diterima dalam amal perbuatan apa pun.

Ataukah Anda pernah melihat seseorang melakukan dosa kemudian ia menghapusnya dengan dosa yang lain’?”

(Diriwayatkan Abu Nu’aim).

____________

*Sufyan Ats-Tsauri – nama aslinya Abu Abdillah Sufyan bin Sa’id bin Masruq al Kufi, ia seorang Al-hafidh adl Dlabith (Penghapal yang cermat). Ia lahir di Kufah pada tahun 97 H dan wafat  191 H. Ayahnya Sa’id salah seorang ulama Kufah, Ia cermat dalam periwayatan hadist sehingga Syu’bah bin al-Hajjaj, Sufyan bin Uyainah dan Yahya bin Ma’in menjulukinya “Amirul Mu’minin fi al-Hadits”, gelar yang sama disandang oleh Malik bin Anas.

Khutbah Utbah bin Ghazwan

Khalid bin Umar Al-Adawi berkata, bahwa Utbah bin Ghazwan* pernah berkhutbah kepada kami. la mulai khutbahnya dengan memuji Allah, dan menyanjung-Nya. Setelah itu, ia berkata,

Amma ba’du.

Sesungguhnya dunia telah mengumumkan diri akan segera pergi. Dia akan pergi dengan cepat, dan tidak ada yang tersisa di dalamnya kecuali sisa seperti sisa air minuman yang diminum seseorang. Setelah itu, kalian pindah ke negeri yang abadi. Oleh karena itu, pindahlah kalian dengan amal perbuatan kalian yang paling baik, karena telah disebutkan kepada kami, bahwa batu dilemparkan dari atas tepi Jahannam kemudian batu tersebut jatuh di dalamnya selama tujuh puluh tahun, namun belum sampai di dasarnya.

Demi Allah, neraka Jahannam tersebut pasti penuh. Apakah kalian heran? Sungguh juga telah disebutkan kepada kami bahwa jarak antara daun pintu di surga adalah seperti perjalanan selama empat puluh tahun, dan pasti daun pintu tersebut didatangi pada suatu hari, sedang ia dalam keadaan penuh sesak.

Sungguh, aku adalah orang ketujuh bersama Rasulullah saw  dan kami tidak mempunyai makanan selain daun-daun pohon, hingga mulut kami terluka. Kemudian aku mengambil kain burdah, lalu menyobeknya menjadi dua; satu untuk aku pakai, dan satunya untuk Sa’ad bin Malik ra ( Saad bin abi Waqas ra ). Dan sekarang, setiap dari kami menjadi salah seorang gubernur di salah satu kota.

Sesungguhnya aku berlindung diri kepada Allah dari menjadi besar dalam diriku, sedang di sisi Allah bernilai kecil.

Sesungguhnya kenabian itu telah terputus hingga yang tersisa adalah kerajaan, kalian akan mengetahui perbuatan penguasa sepeninggal kami kelak (Diriwayatkan Muslim).

­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­____________________

* Utbah bin Ghazwan adalah salah seorang sahabat Rasulullah saw, dan sahabat generasi pertama yang masuk Islam. la ikut perang Badar dan perang-perang lainnya bersama Rasulullah saw. la termasuk salah satu komandan perang kaum Muslimin. Dialah sahabat yang membangun dan mendirikan kota Basrah.

Wahai anakku ayahnda ulangi pesanan Luqman al Hakim

Satu ketika

Dan  ketika Lukman berkata kepada anaknya,

di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:

 

Hai anakku,

janganlah kamu mempersekutukan Allah

sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar”.

 

Dan Kami perintahkan kepada manusia  agar berbuat baik

kepada dua orang ibu-bapaknya;

ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah

yang bertambah-tambah,

dan menyapihnya dalam dua tahun.

 

Bersyukurlah kepada-Ku

dan kepada dua orang ibu bapakmu,

hanya kepada-Kulah kembalimu.

Dan jika keduanya memaksamu

untuk mempersekutukan dengan Aku

sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,

maka janganlah kamu mengikuti keduanya,

dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik,

dan ikutilah jalan orang-orang  yang kembali kepada-Ku,

kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,

maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

 

 Hai anakku,

sesungguhnya jika ada sesuatu perbuatan  seberat biji sawi,

dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi,

niscaya Allah akan membalasinya

Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.

 

Hai anakku,

dirikanlah salat

dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik

dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar

dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.

Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

 

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia

karena sombong

dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong

lagi membanggakan diri.

 

Dan sederhanalah kamu dalam berjalan

dan lunakkanlah suaramu.

Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai

Luqman 13 – 19

LIHAT JUGA DI SINI

https://aburedza.wordpress.com/2009/04/30/pesan-untuk-putra-putri-ku-redza-firdaus/

https://aburedza.wordpress.com/2009/05/08/pesan-untuk-putra-putri-ku-redza-firdaus-nabila-dan-haikal-…2/

https://aburedza.wordpress.com/2009/05/15/kenali-luqman-al-hakim-wahai-anakku/

Kenali Luqman al Hakim wahai anakku …

Putra putriku , tahukah siapa yang memberi nasihat kepada anak-anaknya  dan kepada kita juga, melalui Firman Allah SWT  pada surah Luqman 13-19 dulu. Kali ini mari kita mengenali siapa Luqman Al Hakim itu.

Dipetik dari Ibnu ‘Abbas katanya: “Luqman bukanlah seorang nabi mahu pun raja tetapi beliau hanyalah seorang pengembala ternakan yang berkulit hitam. Lalu Allah telah memerdekakannya dan sesungguhnya Dia redha dengan segala kata-kata dan wasiat Luqman. Maka kerana itu, kisah ini diceritakan di dalam AI-Qur’an agar kita semua dapat mengambil pedoman dan berpegang dengan wasiat-wasiatnya.”

Ibnu Kathir berkata: ‘Ulama’ salaf berselisih pendapat tentang diri Luqman; adakah dia seorang nabi atau pun seorang hamba yang soleh tanpa taraf kenabian? Di antara dua pendapat ini, kebanyakan mereka berpegang dengan pendapat yang kedua.’

Beliau berkata lagi: “Yang masyhur di kalangan Jumhur ulama’ ialah Luqman AI-Hakim; adalah seorang yang bijaksana bertaraf wali dan bukannya seorang nabi. Bukan sedikit ulama’  yang menyatakan tentang perkara ini. Di an tara para ulama’ tersebut ialah seperti Mujahid, Sa’id bin AI-Musayyab dan Ibnu Abbas. Wallahu A’lam.”

Ibnu Kathir ada menyebutkan di dalam kitab sejarahnya: “Beliau ialah Luqman bin Unqaa’ bin Sadam.” Diceritakan dari As­ Suhaili, dari Ibnu Jarir dan AI-Qutaibi: “Beliau ialah Luqman bin Tharan”

Dikatakan bahawa beliau ialah anak kepada AI- Baura’. Ibnu Ishaq ada menyebutkan beliau ialah Luqman bin AI Baura’ bin Tarikh iaitu Aazar Abu Ibrahim AI-Khalil.

Wahab berkata: “Beliau adalah anak saudara perempuan Nabi Ayyub a.s.” Menurut Muqatil pula: “Beliau adalah sepupu Nabi Ayyub a.s.”

Dikatakan, beliau adalah dari kalangan anak Aazar dan telah hidup selama seribu tahun. Sempat hidup bersama .dengan Nabi Daud a.s dan mengambil ilmu darinya. Luqman telah mengeluarkan fatwa sebelum Nabi Daud a.s dibangkitkan dan setelah baginda nabi Daud as diutus kepada umat, beliau berhenti dari mengeluarkan fatwanya lagi. Ibnu Kathir berkata: “Dikatakan, beliau , adalah seorang Qadhi di zaman Nabi Daud a.s. Wallahu A’lam.”

AI-Allahamah AI-Alusy berkata: “Kebanyakan pendapat mengatakan bahawa beliau hidup di zaman Nabi Daud a.s.” Katanya lagi: “Orang juga berselisih pendapat, adakah beliau seorang yang merdeka atau seorang hamba ? Kebanyakan pihak mengatakan beliau adalah seorang hamba Habsyi”

Ibnu Qutaibah berkata: “Luqman adalah seorang hamba Habsyi kepada seorang lelaki dari kalangan bani Israil. Kemudian beliau dibebaskan dan diberikannya harta.”

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dia telah berkata: Rasullullah s.a.w. pernah bersabda:

“Adakah engkau semua tahu siapakah dia Luqman? “Mereka pun menjawab: “Allah dan Rasul-Nya sahaja yang lebih tahu.” Baginda bersabda: “Dia adalah seorang Habsyi.” Pendapat yang mengatakan dia adalah seorang habsyi, adalah dari lbnu Abbas dan Mujahid.

As-Suhaili berkata: “Luqman adalah Naubah dari penduduk Ielah ( Sebuah bandar di tepi laut merah )” Demikian juga dipetik oleh Qatadah, dari Abdullah bin Az-Zubair: Aku telah bertanya kepada Jabir bin Abdullah: “Apakah cerita terakhir yang sampai kepadamu tentang perihal diri Luqman? “J abir menjawab: “Dia adalah seorang yang pendek, pesek hidungnya dari keturunan Naubah.” lanya juga sebagaimana yang disebutkan dari Sa’id bin AI­ Musayyab, katanya: “Luqman adalah dari Sudan, Mesir.”

AI-Hassan AI-Basri pula berkata: “Luqman telah membina sebuah singgahsana di Ramlah, Syam. Pada masa itu, tempat tersebut masih lagi belum dibangunkan. Dia berada di sana sehinggalah Ian jut usianya dan meninggal dunia.”

Ibrahim bin Adham berkata: “Aku telah diberitahu bahawa kubur Luqman adalah di antara Masjid Ar-Ramlah dan tempat didirikan pasar pada hari ini.Di tempat tersebut terdapat 70 kubur nabi-nabi  sebelum Luqman.

Dilaporkan, bahawa Luqman adalah seorang mufti sebelum Nabi Daud a.s dibangkitkan. Apabila baginda diutuskan kepada umatnya, Luqman berhenti dari memberikan fatwa. Ada orang bertanyakan; padanya tentang hal itu lalu dia pun berkata: “Adakah aku tidak mahu berhenti apabila aku telah merasa cukup?!! ”

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari Mujahid: “Beliau adalah seorang Qadhi di kalangan kaum bani Israil di zaman Nabi Daud a.s”

Demikian  putra putri ku ayahnda perkenalkan siapa itu Luqmanal Hakim. Tidak kira siapapun dia, yang penting beliau adalah seorang yang mempunyai hikmah kebijaksanaan. Kata-katanya diberkati Allah dan dirakamkan didalam Al Quran.

Maklumat di atas ayahnda petik secara terpisah-pisah dari tulisan Muhammad Khair Ramadhan Yusuf dalam bukunya Lukman al Hakim

Iktiqaf : satu latihan bersunyian menuju alam kubur

Seorang komando yang pemberani ,di hutan , di laut , di udara atau di kalangan manusia atau jin dan hantu sekalipun, belum tentu ia seorang pemberani di dalam kubur nanti. Kalau seseorang menyuruh anda beriktikaf di dalam sebuah masjid pukul 3.00 pagi seorang diri , apa reaksi anda ? Biasanya ramai yang curiga.

Percayalah jika jawapannya tidak  sanggup, bererti  anda juga tidak sanggup untuk tinggal di dalam kubur bersendirian.

Kenyataan di atas mengingatkan penulis kepada satu lawatan penulis ke Bandar Kelang satu ketika dulu. Penulis bertolak ke Kelang dengan  bas ekspres dan sampai sekitar 4.30 pagi, masih awal sebelum Subuh. Penulis ke Kelang dengan hajat menziarahi anak yang belajar di Kolej Islam Kelang. 

Sesampai di stesyen bas , penulis ditanya pemandu teksi, hendak kemana. Kata penulis, hantarkan saya ke Masjid depan Kolej Islam Kelang. Penulis berhajat untuk beriktiqaf  sementara menunggu subuh, kemundian apabila cerah , boleh terus berjalan ke Kolej Islam Kelang, hanya di seberang Jalan. Penulis terkejut dengan jawapan pemandu teksi tersebut, katanya lebih baik saudara tunggu di sini hingga subuh baru ke sana!

Mengapa?  Tempat itu keras !  Demikian katanya.

Apakah penyelesaian masalah di atas ? Islam memberi satu jalan penyelsaian iaitu  IKTIKAF.  Iktiqaf adalah satu latihan untuk mendekatkan diri kepada Allah semata-mata, meninggalkan segala urusan dunia, tidak takut melaian kan kepada Allah. Dengan beriktikaf ,akan meletakkan diri  berqulwah , bersunyi-sunyi hanya dengan Allah. Diputuskan segala perhubungan dengan makhluk. Jadilah zikirnya kepada Allah dalam keadaan hatinya tulus kepada Allah semata-mata.

Apabila hati seseorang itu telah bersih, telah elok sebagai Islam, dan dia melakukan apa yang diperintah Allah dengan penuh istiqamah , maka iktiqaf akan berlaku dari segi  jasad, roh dan pada masa yang sama hatinya juga beriktikaf untuk Allah. Semuanya untuk mencapai redza Allah. Maka pada masa itu Allah lah yang paling utama. Allah lah yang akan menemaninya , tidak gentar ia akan segala makhluk. Ini adalah satu persiapan diri untuk mencapai kenikmatan dalam kubur bersama Allah.

Ketika Nabi Ibrahim a.s berjaya menunaikan beberapa perintah Tuhan, termasuk di antaranya mendirikan Baitullah (Kaabah) bersama puteranya, Ismail- Tuhan lalu memerintahkan kepada kedua-duanya agar tetap menyucikan rumah Allah tersebut bagi melaksanakana tiga kegiatan ibadah. Allah s.w.t berfirman yang bermaksud:

“Dan (ingatlah) ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam (tempat berdiri) Ibrahim sebagai tempat solat. Dan kami telah membuat janji dengan Ibrahim dan Ismail agar menyucikan rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, yang iktikaf, yang rukuk, dan yang sujud.” (al-Baqarah: 125)

Wahbah az-Zuhaili, guru besar fiqh Universiti Damsyik merumuskan bahawa yang menjadi tujuan iktikaf itu adalah membersihkan hati dengan mendekatkan diri kepada Allah s.w.t serta menghentikan aktiviti keduniaan pada waktu-waktu tertentu semata-mata untuk beribadah kepada-Nya. Oleh hal yang demikian itu, dianjurkan iktikaf dilakukan dalam keadaan berpuasa, bagi mendekatkan lagi diri kepada Allah s.w.t.

Iktiqaf adalah satu latihan paling baik untuk menghilangkan kegusaran, ketakutan, kegentaran menghadapi mati menuju alam kubur. Demikian kesimpulan dan iktibar mengikuti kuliah mengenai Iktikaf.

Makna ‘Itikaf

Ia bermaksud menetap pada satu tempat (terutamanya masjid) sama ada panjang atau pendek tempoh yang dilakukannya.

Hukum ‘Itikaf

Para ulama’ bersepakat bahawa ‘itikaf hukumnya adalah sunat yang tidak boleh dipaksakan orang lain melakukannya, melainkan ia menjadi hukum nazar yang mesti dilakukan oleh orang yang bernazar.

Pahala ber’itikaf

Sabda Rasulullah seperti yang difirmankan Allah dalam satu hadis Qudsi yang bermaksud : Apa sahaja yang dilakukan oleh hamba-Ku bertujuan untuk mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnat hingga Aku menyukainya, apabila Aku menyukainya maka Akulah yang akan menjadi pendengaran apa yang didengarnya, menjadi penglihatan apa yang dilihatnya, tangannya bertindak sesuatu apa yang sepatutnya dilakukan, kakinya melangkah pada apa yang sepatutnya dilakukan, jika dia meminta kepada-Ku, pasti akan Aku perkenankan dan jika dia minta perlindungan daripada-Ku pasti Aku akan melindunginya. (Hadis Sohih riwayat Imam Bukhari 6502).

Rasulullah s.a.w ada menegaskan dalam satu hadis yang bermaksud : Sesiapa yang ber’itikaf dengan penuh keimanan dan mengharapkan keredaan Allah SWT, sesungguhnya dosa-dosanya yang telah lalu diampunkan oleh Allah. (Hadis riwayat ad-Dailami daripada Aishah r.a).

Rujukan :

Kuliah Magrib : Iktikaf  Oleh Ustaz Ya Ali Dahaman

Iktikaf dan persoalannya oleh Ustaz Zainudin Hashim

Semarakkan amalan Iktikaf oleh Mohd Shauki Abd Majid

 

 

Wanita beriktikaf di rumah?

Oleh : ust zaharuddin abd rahman – zaharuddin.net

Ramai yang bertanya tentang adakah boleh wanita beriktikaf di rumahnya untuk sepuluh malam terakhir ramadhan ini? adakah ia boleh mendapat pahala seperti iktikaf lelaki di masjid?

Jawapannya:

Imam Abu Hanifah & Imam Sufyan At-Thawry mengatakan wanita boleh dan sah beriktikaf di rumahnya dan mereka mendapat pahala sebagimana lelaki di masjid.  Bagaimanapun perlu dingat, mereka perlulah menjaga tertoib dan adab iktikaf jika ingin perbuat di rumahnya.

Walau bagaimanapun, Imam As-Syafie dalam ijtihadnya, berpandangan wanita tidak boleh beriktikaf di di rumahnya. Kerana ayat al-Quran umum menyebut ” dan kamu semua beriktikaf di masjid-masjid” ( al-Baqarah : 187 )

Demikian juga pandangan mazhab Hanbali dan Imam Malik. ( iaitu tiada iktikaf kecuali di masjid yang didirikan kahs untuk solat kepada Allah) . Imam Ibn Quddamah di dalam kitab al-muhghni menyebut, antara dalilnya juga adalah Nabi SAW ketika di minta oleh isteri-isterinya untuk beriktikaf di masjid, maka Nabi SAW mengizinkannya , maka jika rumahnya yang dijadikan wanita sbg tempat solatnya boleh di jadikan tempat iktikaf, maka mengapakah Nabi SAW mengizinkan mereka ke masjid, bukankah terus sahaj Nabi mengizinkan mereka beriktikaf di rumah. Malah jika, iktikaf di rumah lebih elok, sudah tentu nabi akan memaklumkannya kepada para wanita.

Selain itu, ini kerana iktikaf itu adalah ibadat qurbah (yg hampirkan diri dgn Allah), seperti Tawaf, yang memerlukan lelaki dan wanita ke kaabah untuk tujuan tawaf. Demikian juga Iktikaf.  ( Al-Mughni, 4/262)

Maka pandagan yang lebih kuat adalah di masjid, manakala pandangan abu hanifah dan thawry boeh diamalkan di ketika sukar ke masjid dan tidak diganggu oleh anak-anak di rumah yang menyebabkan boleh terganggu tujuan iktikaf itu. Selain itu, syarat-syarat iktikaf juga sukar di tepati jika dibuat di rumah dalam banyak keadaan.

Dan apabila wanita beriktikaf di masjid, adalah perlu untuknya menggunakan tirai

yang lebih sebagai mengikuti cara isteri-isteri Nabi SAW dan menutup aurat mereka dengan lebih berkesan.

Iktikaf di Surau

Disepakti oleh para Ulama bahawa tempat yang paling elok beriktikaf di 3 masjid utama Islam ( masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjid Al-Aqsa, di tangga seterusnya dari sudut keutamaan adalah mana-mana masjid yang didirikan solat jumaat. Imam Ibn Quddamah menyebut, ini adalah kerana berjemaah di dalamnya juga adalah lebih pahalanya. Demikian juga menurut Imam As-Syafie.  Manakala berikutnya adalah semua masjid walaupun tidak didirikan Jumaat.

Bagaimanapun, kebanyakan ulama hanya mengiktiraf masjid yang didirikan solat jumaat sahaja untuk dijadikan tempat beriktikaf. Demikian juga yang disebut oleh Prof Dr. Syeikh Husam, prof Shariah dari Palestin. Wallahu ‘alam.

Sekian,

ust zaharuddin abd rahman