Seorang pelawat blog ini menulis mengomentari artikal mengenai nikah Mutah :
Sementara MAB[1] berkeyakinan bahwa setiap masa ada Imam . Zaman yg wajib diikuti sampai Hari Kiamat. Setiap zaman ada Imam yg hidup yg memberi fatwa dlm bidang agama dan dunia mengikuti perkembangan masyarakat. Ketika Imam zaman sedang gaib , maka para fuqoha dg ijtihadnya mengambil peran Imam zaman.
Maka komen balas saya seperti berikut :
Imam ke 12 sebenarnya tidak ada- tidakpun dilahirkan! Syiah adakan kemudian dihilangkan pula, ghaib kononnya.
As-Sayid Ahmad[2] telah menyentuh di dalam tulisannya mengenai perkara tersebut dengan menyebut bahawa Al-Imam ke 12 merupakan satu perkara yang tidak ada kebenaran sama sekali dan individu tersebut tidak wujud.
Persoalannya bagaimana ia wujud sedangkan terdapat nas-nas daripada kitab-kitab syiah yangmuktabar mengatakan bahawa Al-Hasan Al-Askar a.s merupakan Imam ke 11- meninggal dalam keadaan beliau tidak mempunyai anak, manakala semua isteri dan gundik-gundik beliau ketika itu tidak ada seorang pun yang hamil atau telah mempunyai anak. Semua ini boleh dirujuk di dalam kitab Syiah sendiri [3]
الغيبة
karangan At Thusi
الإرشاد
karangan Al-Mufid
أعلام الورى
karangan Al-Fadhil At-Thabrisi
المقالات والفرق
karangan Al Asy’ari Lil Qummi
Syaikh AI-Mufid berbicara tentang wafatnya Imam AIHasan AI-‘Askari a.s., ayah Imam AI-Mahdi, ia berkata[4]:
“Beliau meninggalkan puteranya, AI-Muntadhar, untuk memerintah Negeri Kebenaran. Beliau menyembunyikan kelahirannya dan merahasiakan perkaranya karena situasi dan kondisi yang penuh dengan kesulitan, dan karena intensifnya upaya penguasa untuk mencarinya, dan kesungguhan mereka dalam menyelidiki. Juga karena tersebar luasnya mazhab Syi ‘ah Imamiyah di masa itu. Hal itu beliau ketahui dari sikap mereka yang menunggu-nunggu kelahirannya. Karena itu beliau tidak memperlihatkan puteranya a.s. itu di masa hidupnya, dan masyarakat juga tidak mengenalnya sesudah beliau wafat. ”
Sebenarnya sejak zaman Imam ke 11 masalah pengantinya telah diperbincangkan. Dalam huraian di bawah ini dikemukakan perbedzaan pemikiran yang terjadi di kalangan pengikut-pengikut Syiah, serta pendapat-pendapat yang muncul di kalangan mereka.
Untuk memperoleh gambaran sejarah yang jelas, marilah kita baca apa yang ditulis oleh Abu Muhammad AI-Hasan bin Musa An-Nubakhti, seorang tokoh abad ketiga Hijriah, dan salah seorang ulama Syi’ah terkemuka yang hidup pada masa itu. Beliau menulis tentang pendapat-pendapat yang muncul sesudah wafatnya Imam ke 11, Hasan bin Ali AI’Askari a.s. sebagai berikut [5]:
“Hasan bin Ali dilahirkan pada bulan Rabi’ul Akhir tahun 232 H., dan wafat di Samarra’ pada hari Jumat tanggal sembilan malam, bulan Rabi’ul Awwal, tahun 260 H., dan dimakamkan di rumahnya, yang di dalamnya telah dimakamkan pula ayahnya ketika beliau masih seorang pemuda yang berusia dua puluh sembilan tahun. Beliau dishalatkan oleh Abu ‘Isa bin AI-Mutawakkil. Masa imamah beliau berlangsung selama lima tahun delapan bulan dan Iima hari. Beliau wafat tanpa terlihat padanya bekas-bekas, dan orang tidak melihat beliau mempunyai putera yang tampak. Maka apa yang tampak dari harta warisannya dibagi oleh saudara laki-Iaki beliau, Jaffar, dan ibu beliau, yaitu seorang ummu walad[6], yang dipanggil orang dengan ‘Asfan, kemudian Abul Hasan memberinya nama yang baru. Maka sahabat-sahabat beliau pun terpecah-belah menjadi empat belas kelompok.”
(Ali Muhamad Ali dalam kitabnya Tokoh-tokoh Termuka Ahlul Bait tidak mencatit semua 14 kelompok beliau sekadar memilih yang menarik huraiannya)
“Kelompok pertama mengatakan, bahwa Imam Hasan bin Ali AI-‘Askari a.s. masih hidup, tidak mati. Beliau hanya mengalami kegaiban, dan bahwa beliau itu adalah AI-Qa’im. Beliau tidak mungkin mati, dan beliau tidak mempunyai putera yang muncul, padahal dunia ini tidak boleh kosong dari adanya Imam.”
“Kelompok kedua mengatakan, bahwa Hasan bin AIi telah wafat, tapi hidup lagi sesudah wafatnya. Beliaulah AIQa’im AI-Mahdi.”
“Kelompok keenam mengatakan, bahwa Hasan bin Ali mempunyai seorang putera yang dinamainya Muhammad. Kelompok ini mengatakan bahwa, yang benar bukanlah seperti yang diduga orang yang mengatakan bahwa beliau telah wafat tanpa mempunyai penerus, dan seterusnya, tetapi penerusnya adalah AI-Qa’im, yang dilahirkan dua tahun sebelum beliau wafat.”
“Kelompok ketujuh mengatakan, bahwa Imam Hasan mempunyai putera yang lahir sembilan bulan sesudah wafat beliau. Orang-orang yang mengatakan bahwa beliau telah mempunyai putera ketika beliau masih hidup, adalah pendusta-pendusta yang perkataannya sama sekali tidak benar.
“Kelompok kedelapan mengatakan, bahwa Imam Hasan sama sekali tidak mempunyai putera. ”
Kelompok kesebelas mengatakan, bahwa AI-Hasan bin Ali adalah Imam, dan telah meninggal dunia. Namun dunia tidak pernah kosong dari seorang Hujjah. Kita sebaiknya tidak mengatakan apa-apa sampai urusan menjadi jelas bagi kita.
Kelompok kedua belas – yakni kaum Imamiyah mengatakan, bahwa yang sebenarnya bukanlah seperti yang dikatakan oleh semua kelompok di atas. Yang benar adalah, bahwa Allah mempunyai seorang Hujjah di dunia ini, yaitu putera AI-Hasan bin Ali, dan urusan Allah pasti terlaksana. Putera tersebut adalah penerima wasiyat (washy) dari ayahnya, berdasarkan metode yang sudah ada sejak semula, dan berdasar sunnah-sunnah yang telah lampau. Kita menerima imamah AI-Hasan bin Ali dan mengakui kewafatannya, dan bahwa beliau mempunyai seorang penerus yang lahir dari sulbinya, dan penerus tersebut adalah Imam sepeninggal beliau, sampai ia muncul dan mengumumkan perkaranya, sebab dia saat ini tersembunyi dan tertutupi tabir Allah Ta ‘ala.
Ali Muhamad Ali menambah kelompok ke 14 dari sumber yang lain:[7]
Kelompok keempat belas mengatakan, bahwa Imam sesudah AI-Hasan adalah puteranya, Muhammad. Dialah AI-Muntadhar (Yang Ditunggu-tunggu). Namun dia telah wafat, dan akan hidup kembali dan berdiri dengan menyandang pedang. Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana ia telah dipenuhi dengan kezaliman dan kejahatan.”
Demikianlah catitan sejarah Syiah sendiri mengambarkan huru hara pemikiran Syiah yang tiada penganti untuk menjawat Imam ke 12. Soalnya mengapa hal ini terjadi? Apakah sifat Imam ke 11 begitu penakut kepada penguasa ketika itu,sehingga menyembunyikan anaknya.? Dan apakah imam ke 12 begitu penakut dan pengecut untuk memperlihatkan dirinya kepada umat? Sifat ini adalah mustahil bagi kami untuk di sandarkan kepada ahlul bait nabi saw Imam Hasan AI-‘Askari. Apakah sejak kegaiban kecil selama 74 tahun[8] tidak ada manusia yang pernah melihatnya kecuali 4 orang wakilnya. Jika masyarakat Syiah pada masa itu pun menjadi ragu apatahlagi sekarang.
Sifat imam adalah berani, tidak takut, cerdik tidak bodoh, malah mengetahui segala-galanya yang depan dan belakang – itu yang saya ketahui. Jadi imam ke 12 itu dipertikai oleh sejarah keujudannya . Ia ujud atas andaian bukan atas kelahiran. Sebenarnya ulama Syiah terpaksa mencari kambing hitam untuk menduduki jawatan imam ke 12 yang kosong. Jika tidak hadis imam 12 tidak terpakai.
Pada dasarnya Ahli Sunnah Wal Jamaah tidak menolak kemunculan Imam Mahdi, tetapi ia bukanlah Muhammad bin Hassan al-Askari sebagaimana yang didakwa oleh golongan Syiah itu. Malah apa yang jelas melalui hadith nabi s.a.w ialah Imam Mahdi dalah daripada keturunan Rasulullah. Ini berdasarkan hadith nabi s.a.w yang bermaksud:
“Daripada Ummu Salamah r.a. katanya, Rasulullah s.a.w bersabda: Imam Mahdi daripada keturunanku daripada anak Fatimah”
(Riwayat Abu Daud, Ibn Majah dan al-Hakim)
Sabda baginda lagi yang bermaksud,
“Daripada Abu Said r.a. katanya, Rasulullah bersabda: Imam Mahdi dari keturunanku, luas dahinya, tinggi hidungnya. Ia memerintah bumi dengan penuh keadilan. Ia memerintah selama 7 tahun”.
(Riwayat Abu Daud dan al-Hakim)
“Daripada Abdullah bin Mas’ud, daripada Nabi s.a.w sabdanya: Allah akan mengutus seorang lelaki daripada keturunanku di dunia ini atau daripada Ahli Baitku yang namanya seperti namaku dan nama bapanya seperti nama bapaku. Ia akan memerintah di dunia ini dengan penuh keadilan sebagaimana sebelum ini dipenuhi kezaliman.
(Riwayat al-Tirmidhi)
Sabda Nabi s.a.w yang bermaksud:
“Mahdi itu dari keturunanku, dahinya luas, hidungnya mancung, ia akan memenuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana bumi sebelum itu penuh dengan kezaliman dan kecurangan. Ia memerintah bumi selama tujuh tahun.”
(Riwayat Abu Daud dan al-Hakim)
Kepercayaan kepada Imam Mahadi tidak termasuk dalam asas rukun iman, sedangkan dalam akidah Syiah ianya merupakan asas utama rukun iman mereka. Dengan ini bererti orang yang mengingkari Imam Mahdi tidak dianggap kafir, tetapi dalam fahaman Syiah adalah sebaliknya. Jelas daripada hadith di atas, bahawa Imam Mahdi akan memerintah bumi dengan penuh keadilan dan kejujuran dan bukannya dengan dendam menghukum orang-orang yang melakukan kesalahan sebagaimana yang didakwa oleh golongan Syiah .
Sesungguhnya Allah dan nabinya lebih mengetahui.
Ya Allah, padaMu aku pohon keampunan dan aku juga menanti kedatangan al Mahdi.
( Baca juga siapa al Mahdi Syiah di SINI )
[2] Dia adalah Al-A’llamah Ahmad Al-Kisrawi. Nama sebenar adalah Ahmad Mir Qasim bin Mir Ahmad Al-Kisrawi, dilahirkan di Tibriz, Iran. Beliau merupakan seorang sasterawan Iran dan banyak membuat kritikan ke atas Syiah 12. Pada akhir tahun 1324 H, beliau meninggal dunia akibat ditembak oleh golongan pelampau Syiah.
[3] Mengapa Aku Tinggalkan Syiah oleh Dr. Sayid Husain Al-Musawi
[4] Ali Muhamad Ali dalam kitabnya Tokoh-tokoh Termuka Ahlul Bait memetik daripada Al Mufid , Al Irsyad hal 345
[5] Ali Muhamad Ali dalam kitabnya Tokoh-tokoh Termuka Ahlul Bait memetik daripada An-Naubakhtl, Furuq Asy-Syl’ah, cetakan keempat, Najaf, hal. 105-117.
[6] Ummu wallad adalah budak atau hamba wanita yang di perolehi dari tawanan perang
[7] Sayyid AI-Murtadha, AI-Fushulul Mukhtarah, dikutip dari catatan pinggir kitab Furuq Asy-Syl’ah, hal. 105-106
[8] Imam ke 12 dikatakan lahir pada 255 H dan wakilnya yang ke 4 Ali Muhammad as Samiri wafat tahun 329 H
Pada dasarnya Ahli Sunnah Wal Jamaah tidak menolak kemunculan Imam Mahdi, tetapi ia bukanlah Muhammad bin Hassan al-Askari sebagaimana yang didakwa oleh golongan Syiah itu. malah apa yang jelas melalui hadith nabi s.a.w ialah Imam Mahdi dalah daripada keturunan Rasulullah. Ini berdasarkan hadith nabi s.a.w yang bermaksud: “Daripada Ummu Salamah r.a. katanya, Rasulullah s.a.w bersabda: Imam Mahdi daripada keturunanku daripada anak Fatimah”
(Riwayat Abu Daud, Ibn Majah dan al-Hakim)
Sabda baginda lagi yang bermaksud,
“Daripada Abu Said r.a. katanya, Rasulullah bersabda: Imam Mahdi dari keturunanku, luas dahinya, tinggi hidungnya. Ia memerintah bumi dengan penuh keadilan. Ia memerintah selama 7 tahun”.
(Riwayat Abu Daud dan al-Hakim)
“Daripada Abdullah bin Mas’ud, daripada Nabi s.a.w sabdanya: Allah akan mengutus seorang lelaki daripada keturunanku di dunia ini atau daripada Ahli Baitku yang namanya seperti namaku dan nama bapanya seperti nama bapaku. Ia akan memerintah di dunia ini dengan penuh keadilan sebagaimana sebelum ini dipenuhi kezaliman.
(Riwayat al-Tirmidhi)
Sabda Nabi s.a.w yang bermaksud:
“Mahdi itu dari keturunanku, dahinya luas, hidungnya mancung, ia akan memenuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana bumi sebelum itu penuh dengan kezaliman dan kecurangan. Ia memerintah bumi selama tujuh tahun.”
(Riwayat Abu Daud dan al-Hakim)
Kepercayaan kepada Imam Mahadi tidak termasuk dalam asas rukun iman, sedangkan dalam akidah Syiah ianya merupakan asas utama rukun iman mereka. Dengan ini bererti orang yang mengingkari Imam Mahdi tidak dianggap kafir, tetapi dalam fahaman Syiah adalah sebaliknya. Jelas daripada hadith di atas, bahawa Imam Mahdi akan memerintah bumi dengan penuh keadilan dan kejujuran dan bukannya dengan dendam menghukum orang-orang yang melakukan kesalahan sebagaimana yang didakwa oleh golongan Syiah itu.