KHOTBAH NABI S.A.W DI AKHIR SYAABAN

Adalah Rasulullah s.a.w. pada hari yang terakhir dari bula Sya’ban berceramah (berkhotbah) di hadapan para Shahabat untuk menerangkan keutamaan dan keistimewaan bulan Ramadan. Diriiwayatkan oleh Ibn Khuzaimah dari Salman r.a.  ujarnya: “Rasulullah s;a.w. pada hari terakhir dari bulan Sya’ban berkhotbah di hadapan kami. Мака  beliau bersabda:

Maksudnya:

“Wahai manusia, sesungguhnya kаmu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkatan, yaitu bulan yang didalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan; bulan yang Allah  telah menjadikan puasaNya suatu fardlu dan qiyam  di malam harinya suatu tathauwu’. Barangsiapa mendekatkan dirinya kepada ALLAH dengan suatu pekerjaan kebajikan didalamnya, samalah dia dengan orang yang menunaikan suatu fradlu di bulan yang lain. Dan barang siapa menunaikan suatu fardlu di dalam bulan Ramadlan, samalah dia dengan orang yang mengerjakan tujuh puluh fardlu di bulan yang lain.


Ramadlan itu adalah bulan sabar sedangkan sabar itu, pahalanya adalah sorga. Ramadlan itu adalah bulan memberikan pertolongan dan bulan Allah menambah rezki para mu’min di dalamnya. Barangsiapa member makanan berbuka di dalamnya kepada seseorang yang berpuasa, adalah yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan berbuka puasa, baginya pahala seperti pahala orang yang mengerjakan puasa itu, tanpa sedikitpun berkurang”.

JAUHI NERAKA : BERPERASANGKA BAIK KEPADA ALLAH DAN WAFAT DALAM IMAN

Tazkirah Malam ke 12 Ramadan di Masjid As Syakirin Oleh Ustaz Ya Ali Dahaman:

JAUHI NERAKA : BERPERASANGKA BAIK KEPADA ALLAH DAN WAFAT DALAM IMAN

 Sabda nabi saw Maksudnya:

 Dari Jabir r.a. katanya:

“Saya mendengar Nabi s.a.w. bersabda, tiga hari sebelum beliau wafat .’ “Janganlah salah seorang di antara kamu meninggaldunia, melainkan dia bersangka baik terhadap Allah ”

 Maksudnya:

Dari Jabir r.a. katanya :

“Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: “Setiap hamba (manu­sia) dibangkitkan (dihari kiamat) menurut keadaan ketika wafatnya”  

Maksudnya:

Dari Samurah bin Jundab r.a. katanya :

“Rasulullah s.a w. bersabda : “Di antara isi neraka ada yang dibakar api neraka hingga dua mata kakinya. Di antaranya ada yang dibakar neraka hingga kedua lututnya. Di antaranya ada yang dibakar api neraka hingga pinggangnya. Di antaranya ada yang dibakar api neraka hingga kerongkongannya. ”

 

Petikan : Terjemahan Hadits Sahih Muslim – Fachruddin HS – Penerbit Bulan Bintang

KEHIDUPAN DI SYURGA

Tazkirah Malam ke 11 Ramadan di Masjid As Syakirin Oleh Ustaz Ya Ali Dahaman:

KEHIDUPAN DI SYURGA

 Dari Abu Hurairah r.a. katanya:

Rasulullah s.a. w. bersabda : Allah ‘Azza Wajalla berfirman : Aku telah menyediakan untuk hamba-hambaKu yang soleh, apa yang belum pernah mata melihat, belum pernah telinga mendengar dan belum pernah tergambar dalam hati manusia. Hal itu dibenarkan dalam firman Tuhan :

“Seorangpun tiada mengetahui apa yang telah disiapkan dengan rahasia untuk mereka, yaitu yang menenangkan hati, sebagai ba­lasan dari apa yang pernah mereka kerjakan.” (Quran surah As­ Sajadah ayat 17).

Dari Abu Hurairah r.a. katanya :

“Rasulullah s.a.w. bersabda : “Ada orang menyerukan (dalam surga):

“Sesungguhnya kamu tetap sehat dan tidak akan sakit untuk selama­nya. Sesungguhnya kamu tetap hidup dan tidak akan mati untuk selamanya. Sesungguhnya kamu tetap muda dan tidak akan tua untuk selamanya. Sesungguhnya kamu tetap senang dan tidak akan susah untuk selamanya. ltulah yang dimaksudkan dengan firman Tuhan:

”Dan mereka diseru bahwa itulah surga yang dipusakakan kepada kamu, disebabkan apa yang pernah kamu kerjakan.” (Quran surat Al A’raf  ayat 43).

 

Petikan : Terjemahan Hadits Sahih Muslim – Fachruddin HS – Penerbit Bulan Bintang

SYURGA DAN NERAKA

Tazkirah Malam ke 10 Ramadan di Masjid As Syakirin Oleh Ustaz Ya Ali Dahaman:

 SYURGA DAN NERAKA

 Dari Anas Bin Malik r.a  katanya Rasullah s.a.w bersabda :

“Syurga dikelilingi oleh yang tidak disukai nafsu, sedang neraka dikelilingi oleh yang diingini nafsu”

 Dari Abu Hurairah r.a katanya  “Rasulullah s.a.w . bersabda :

“Neraka dan surga berbantah. Neraka mengatakan : “Saya di istimewakan menjadi tempat orang-orang yang membesarkan diri dan penguasa yang berbuat sewenang-wenang.” Surga mengatakan : “Mengapa yang masuk ke dalamku orang-orang yang tiada berkuasa, hina dan tiada berdaya!” Tuhan berfirman kepada surga.: “Engkau adalah rahmatKu! Aku memberi rahmat dengan engkau siapa yang Aku kehendaki di antara hamba-hambaKu.” Dan Tuhan berfirman kepada neraka: “Engkau adalah siksaanKu, Aku siksa dengan engkau siapa yang Aku kehendaki, di antara hamba­-hambaKu. Masing-masing kamu akan memperoleh penghuni sampai penuh.” Adapun neraka belum penuh isinya, lalu Tuhan menekan­kan kuasaNya kepada neraka, sampai neraka itu mengucapkan : “Cu­kup cukup!” Maka ketika itu neraka terasa penuh dan ditutup rapat. ”

Petikan : Terjemahan Hadits Sahih Muslim – Fachruddin HS – Penerbit Bulan Bintang

AMPUNAN , RAHMAT DAN KEREDZAAN ALLAH SWT

Tazkirah Malam ke 9  Ramadan di Masjid As Syakirin Oleh Ustaz Ya Ali Dahaman:

AMPUNAN , RAHMAT DAN KEREDZAAN ALLAH SWT

 Dari Abu Hurairah r.a. katanya :  “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tiada seorang pun yang amalanya dapat  memasukkannya  ke dalam surga.  Ada orang bertanya : Engkau juga tidak , Ya Rasullah? 

Jawab Nabi : Aku juga tidak, kecuali kalau Tuhan melimpahkan rahmatNya kepada ku  ”  

Dari Abu Hurairah r.a. katanya: “Rassullah s.a.w. bersabda : Tiada seorangpun di antara kamu yang dapat diselamatkan oleh amalannya. Mereka bertanya : Engkau juga tidak, ya Rasullah? Nabi s.a.w menjawab : Aku juga tidak, kecuali kalau Allah melimpahkan ampunan dan rahmatnya kepada ku” 

Dari Abu Sa’id AI Khudri r.a. katanya :  “Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sesungguhnya Allah berfirman kepada orang yang mendiami surga : “Hai orang-orang yang mendiami surga” Mereka menjawab : “Kami menyahut panggilanMu, wahai Tuhan kami dan menyambut kebahagiaanMu! Kebaikan ditanganMu!” Tu­han bertanya : “Sudahkah kamu merasa senang (puas)?” Mereka menjawab :”Mengapa kami belum merasa senang, wahai Tuhan, pada hal telah Engkau berikan kepada kami, apa yang belum pernah engkau berikan kepada siapapun dari makhluk Engkau” Tuhan bertanya : ”Apakah tidak lebih baik, kalau Aku berikan kepada kamu, yang lebih utama dari itu?” Mereka menjawab : “Wahai Tuhan, apakah gerangan sesuatu yang lebih utama dari itu?” Tuhan menjawab: “Aku limpahkan kepada kamu keredaanKu. Maka tiadalah sesudah ini, Aku akan marah kepada kamu buat selamanya.”

Petikan : Terjemahan Hadits Sahih Muslim – Fachruddin HS – Penerbit Bulan Bintang

SEDEKAH DI BULAN RAMADAN

Tazkirah Malam ke 8  Ramadan di Masjid As Syakirin Oleh Ustaz Ya Ali Dahaman:

SEDEKAH  DI BULAN RAMADAN

Rasulullah s.a. w bersabda: 

Maksudnya:  “SesungguhnyaAllah memiliki dua malaikat yang setiap pagi berdoa kepada-Nya. Salah satu dari mereha berdoa, ‘Ya Allah, limpahkan rezeki kepada orang yang berinfak.  Sedangkan yang satunya lagi berkata, ‘Ya Allah, berikan kehancuran  kepada orang yang tidak mahu berinfak” [1]

Rasulullah s.a. w bersabda:   

Maksudnya:  “Sedekah itu dapat menghapus dosa, umpama air yang memadamkan api”[2]

Rasulullah s.a. w bersabda:  

 

Maksudnya : “Orang yang memberikan makanan untuk orang lain berbuka, dia akan memperoleh balasan seperti pahala orang yang berpuasa tanpa dikurang sedikit pun”[3]

Maksud Firman Allah :

Dan kalau kamu memberi pinjaman kepada Allah, sebagai pinjaman yang baik, nescaya Allah akan melipat gandakan balasan-Nya kepada kamu serta mengampunkan dosa-dosa kamu; dan Allah Maha Mensyukuri lagi Maha Penyantun. ( At Taghabun 17 )

Petikan : Hikmah Berpuasa Di Bulan Ramadan Oleh Dr. ‘Aid Abdullah Al Qarni, Mukasurat  304-306


[1]Riwayat Bukhari no 1442  ,Riwayat Muslim no 1010

[2] Riwayat Ahmad  3/321 Sahih mengikut syarat Muslim

[3] Riwayat Ahmad  4/114 Hadis sahih

SOLAT TARAWIH MENGIKUT SUNNAH NABI MUHAMMAD S.A.W. YANG SOHIH

Petunjuk Dari Al-Quran

  • “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan berpuasa atas kamu sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.    (Maksud ayat 183 Surah al-Baqarah)

  • (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) Bulan Ramadhan, bulan yang padanya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk dan penjelasan-penjelasan mengenai petinjuk itu dan perbezaan (antara yang hak dan yang batil). Kerana itu sesiapa antara kamu hadir (dinegeri tempat tinggalnya) pada bulan itu, maka hendaklah berpuasa pada bulan itu.”    (Maksud ayat 185 Surah al-Baqarah)

  • Dan, seterusnya Allah s.w.t. memuji terhadap sahabat-sahabat Baginda Rasulullah s.a.w. yang bersungguh-sungguh dalam menghidupkan malam (khususnya malam-malam bulan Ramadhan): “Mereka sedikit sekali tidur pada waktu malam, Dan pada akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah s.w.t.).”    (Maksud ayat 17-18 Surah al-Zariyat)

Petunjuk Rasulullah s.a.w.

  • Maksudnya: “Sesiapa yang beribadah pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan kepada Allah s.w.t. dan mengharapkan pahalanya, nescaya akan diampunkan dosa-dosanya yang telah lalu.”    (Riwayat al-Bukhari dan Muslim) { Dengan penuh keimanan maksudnya yakin dengan janji-janji Allah s.w.t. dan melaksanakan perintah-perintah Allah s.w.t. Dengan penuh pengharapan ialah semata-mata mencari pahala daripada sisi Allah s.w.t. dan bukan bertujuan untuk mendapatkan dunia}

  • Maksudnya: “Sesungguhnya Allah s.w.t. telah mewajibkan puasa Ramadhan atas kamu sekelian dan aku mensunnahkan atas kamu agar beribadat pada bulan Ramadhan. Jesteru sesiapa yang berpuasa dan beribadah pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampunkan oleh  Allah s.w.t.”    (Riwayat Ashab al-Sunan)

  • Maksudnya: “Telah datang bulan Ramadhan yang penuh berkat kepadamu. Dengannya, Allah (s.w.t.) melimpahkan rahmat-Nya, mengampunkan dosa dan mengabulkan doa. Pada bulan itu Allah (s.w.t.) melihat perlumbaan dalam mengerjakan ibadah dan membangga-banggakan kamu dihadapan para malaikat. Oleh kerana itu, tunjukkanlah kepada-Nya kebaikan-kebaikan dirimu. Maka sesungguhnya orang-orang yang celaka adalah mereka yang tidak mendapatkan rahmat Allah Azza wa Jalla pada bulan Ramadhan.”    (Riwayat al-Nasai)

 

SOLAT TARAWIH

Hukum dan keutamaannya.

                        Solat Tarawih adalah solat yang dikerjakan pada malam-malam dalam bulan Ramadhan al-Mubarak dan waktu mengerjakannya adalah selepas solat Isyak dan sebelum solat Witir. Solat Tarawih adalah salah satu daripada ibadah-ibadah dalam bulan Ramadhan yang penuh berkat dan paling besar kesannya dihati kaum Muslimin. Ia juga mempunyai darjat dan keutamaan yang dirahsiakan oleh Allah s.w.t.

                        Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: “Sesiapa beribadat pada malam-malam bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharapkan akan pahala deripada Allah (s.w.t.), nescaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni oleh Allah (s.w.t.).”    (Riwayat al-Bukhari)

                        Maksud daripada Hadith tersebut ialah bahawa setiap orang yang menyemarakkan malam-malam bulan Ramadhan dengan mengerjakan solat, zikir dan membaca Al-Quran dengan penuh keimanan kepada Allah s.w.t. dan mengharap akan pahalanya, maka Allah s.w.t. akan mengampunkan dosa-dosanya pada masa silam, selama mana dosa-dosa itu adalah dosa-dosa kecil. Adapun mengenai dosa-dosa besar, maka wajib melalui jalan Taubat Nasuha. Demikianlah pendapat para Ulama Fekah.

Orang yang mula-mula mengerjakan solat Tarawih

                        Orang yang mula-mula mengerjakan solat Tarawih menurut Ibnu Qudamah dalam kitabnya yang lengkap “Al-Mughni” berkata: “Solat Tarawih adalah sunnat muakkad. Orang yang pertama kali mengerjakannya adalah Rasulullah s.a.w.. Hal ini berdasarkan kepada satu hadith yang  diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang bermaksud:

 “Rasulullah s.a.w. menyemarakkan ibadah pada malam hari bulan Ramadhan dengan tidak mewajbkan kepada umatnya. Baginda s.a.w. bersabda yang bermaksud: “Sesiapa beribadat pada malam hari bulan Ramadhan dengan penuh keimanan kepada Allah (s.w.t.) dan mengarapkan pahala daripada-Nya, nescaya akan diampunkan dosa-dosanya yang telah lalu.”    (Riwayat Imam Muslim)

                        Saiyidatina Aisyah r.a telah meriwayatkan sebuah hadith  yang bermaksud:

“Pada suatu malam Nabi Muhammad s.a.w. solat dimasjid, maka para sahabat mengikuti solatnya. Pada malam berikutnya, Baginda s.a.w. solat lagi dimasjid dan para sahabat yang mengikutinya bertambah ramai. Lalu mereka berhimpun pada malam ketiga atau keempat, tetapi Nabi Muhammad s.a.w. tidak keluar kemasjid untuk solat bersama mereka. Pada sebelah paginya Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya aku melihat apa yang kamu kerjakan dan tidak ada sesuatu apa pun yang mencegah aku untuk keluar mengerjakan solat bersama kamu semua kecuali aku khuatir kalau- kalau kamu menganggap solat itu diwajibkan atas kamu.”    (Riwayat Muslim)

                        Abu Hurairah r.a. meriwayat sebuah hadith yang bermaksud:

Nabi Muhammad s.a.w. keluar kemasjid. Kebetulan pada malam bulan Ramadhan itu para sahabat mengerjakan solat ditepi-tepi masjid. Baginda s.a.w. bertanya: ‘Siapa mereka itu?’ Ada yang menjawab” ‘Mereka adalah para sahabat yang tidak dapat membaca al-Quran, tetapi Ubai bin Kaab solat ditengah-tengah mereka dan mereka ikut solat bersamanya.’ Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: ‘Mereka telah mendapatkan pahala dan sebaik-baik amalan adalah apa yng mereka lakukan itu.”    (Riwayat Abu Dawud)

                        Adapun panggilan solat Tarawih adalah dinisbahkan kepada Khalifah ‘Umar ibnu al-Khattab r.a. kerana beliaulah yang mengumpulkan orang ramai untuk melakukan solat pada malam bulan ramadhan itu dibawah pimpinan seorang imam iaitu Ubai bin Ka’ab. Imam al-Bukhari meriwayatkan daripada Abdurrahman bin Abdul-Qari, beliau berkata: 

                        “Saya keluar bersama Umar ibnu al-Khattab pada suatu malam bulan Ramadhan. Kebetulan pada saat itu orang ramai sedang mengerjakan solat secara berjama’ah dalam beberapa kelompok. Ada pula seorang yang bersolat secara bersendirian dan ada pula yang solat keseorangan tetapi kemudian diikuti oleh orang lain sehingga menjadi suatu kumpulan. Melihat keadaan itu Umar berkata: ‘Saya berpendapat, sekiranya mereka ini dihimpunkan dibawah satu imam, nescaya ia adalah lebih baik.” Kemudian Umar melaksanakan pendapatnya dan menghimpunkan orang ramai untuk mengerjakan solat dibawah seorang imam iaitu Ubai bin Ka’ab.”

                        Seterusnya Abdurrahman bin Abdul Qari menerangkan bahawa pada malam hari yang lain, dia keluarlagi dengan Umar dan pada ketika itu umat Islam mengerjakan solat dibelakang seorang qari. Maka Umar berkata: “Sebaik-baik bid’ah adalah ini. Adapun orang yang tidur pada awal malam seraya bermaksud akan mengerjakan solat lail (Tarawih) pada malam hari, yang demikian itu adalah lebih utama daripada orang yang mengerjakannya pada awal malam. Akan tetapi umat Islam mengerjakan pada awal malam.”    (Dikeluarkan oleh Imam al-Bukhari)

                        Berdasarkan pada keterangan hadith-hadith sohih diatas, maka jelaslah bahawa orang yang mula-mula mengerjakan solat Tarawih dalam kaitannya dengan ibadah pada bulan Ramadhan adalah junjungan Agung kita Nabi Muhammad s.a.w. .

                        Baginda Rasulullah s.a.w. mengerjakan bersama para sahabat tiga atau empat malam. Setelah itu Nabi Muhammad s.a.w. tidak keluar untuk mengerjakan bersama para sahabat lagi kerana Nabi Muhammad s.a.w. khuatir solat Tarawih dianggap wajib oleh umatnya. Dalam hal ini adalah sebagai rahmat dan tanda sangat sayang kepada umatnya.

                        Keterangan yang lebih jelas lagi disebutkan oleh al-Bukahri dan Muslim maksudnya: “Sesungguhnya Nabi Muhammad s.a.w.  keluar pada waktu tengah malam pada bulan Ramadhan kemudian solat dimasjid. Beberapa orang mengikuti solat Baginda Rasulullah s.a.w.. Pada sebelah paginya mereka menceritakan perkara tersebut kepada teman-teman mereka. 

                        Maka pada malam hari berikutnya para sahabat yang berhimpun lebih ramai lagi. Pada malam yang kedua ini Nabi Muhammad s.a.w. keluar untuk mengerjakan solat dan para sahabat pun mengikuti solatnya. Pada sebelah paginya para sahabat menyebut-nyebut perkara itu, maka pada malam ketiga orang-orang yang berhimpun dimasjid bertambah ramai lagi. Nabi Muhammad s.a.w. keluar kemasjid mengerjakan solat pada malam ketiga itu dan para sahabat mengikutinya. 

                        Kemudian pada malam yang keempat, masjid tidak lagi muat untuk menampung orang ramai yang datang berhimpun tetapi Nabi Muhammad s.a.w. tidak keluar kemasjid. Beberapa orang sahabat ada yang melaungkan azan “al-solah! al-solah!”, tetapi Nabi Muhammad s.a.w. tidak keluar juga. Apabila masuk waktu subuh, barulah Nabi Muhammad s.a.w. keluar kemasjid. Setelah selesai solat Subuh, Nabi Muhammad s.a.w. menghadap para sahabat, membaca syahadat dan kemudian bersabda: ‘Sesungguhnya aku bukannya tidak tahu bagaimana keadaan kamu malam tadi, akan tetapi aku khuatir kalau-kalau kamu menganggap bahawa hal ini (solat  malam Ramadhan) diwajibkan atas kamu, maka kamu tidak mampu mengerjakannya.’

                        Dalam riwayat yang lain disebutkan: “Sehingga Nabi Muhammad s.a.w. wafat keadaan masih tetap seperti itu.”

Mengapa disebut solat Tarawih

                        Solat pada malam bulan Ramadhan itu disebut ‘Tarawih’ kerana solatnya panjang, raka’atnya banyak dan orang yang melakukannya beristirahat pada setiap selesai menunaikan empat raka’at sebelum menyambungnya lagi. Oleh kerana adanya rehat maka inilah disebut “Tarawih”.

                        Ibnu Manzur dalam kitab ‘Lisanul Arabi’ menerangkan bahawa ‘Altarawih’ adalah bentuk jamak daripada Tarwihah’ adalah isim marrah (Isim yang menunjukkan makna satu kali) daripada Ar-rahah’.

                        Jadi makna ‘Tarwihah’ itu adalah satu kali istirehat. Hal ini sama dengan kata ‘Taslimah’ (satu kali salam) yang berasal daripada perkataan ‘Assalam’. Disebut ‘Tarawih’ kerana orang yang melakukannya mengambil beberapa kali istirehat pada setiap kali selesai mengerjakan solat empat raka’at, kemudian dia menerangkan pula bahawa ‘Ar-rahah’ itu ertinya lega atau segar adalah lawan daripada kata ‘at-ta’ab’ yang bererti penat.

                        Didalam sebuah hadith ada diterangkan bahawa apabila masuk waktu solat,Nabi Muhammad s.a.w.  berkata pada bilal: “Marilah kita beristirehat dengan solat.’

                        Maksudnya ialah, azanlah untuk solat, wahai bilal! Maka kita akan beristirehat dengan solat itu, Istirehat Nabi Muhammad s.a.w. menerusi solat kerana didalamnya sebagai munajat kepada Allah s.w.t.. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad s.a.w. yang bermaksud: “Hatiku dan jiwaku menjadi tenteram ketika dalam solat.”

                        Dengan demikian solat Tarawih adalah sunnat yang dilaksanakan dalam kaitannya dengan ibadah pada malam-malam bulan Ramadhan al-Mubarak sebagaimana yang akan diterangkan menerusi hadith-hadith dalam bab seterusnya.

Bilangan raka’at solat Tarawih

                        Solat Tarawih adalah termasuk solat sunnat muakkad berdasarkan hadith-hadith yang telah disebutkan tadi. Bilangan raka’atnya berjumlah 20 raka’at tidak termasuk solat witir. Jika dimasukkan solat witir maka manjadi 23 raka’at. Demikian berdasarkan pada sunnah yang telah berlaku dan berdasarkan pada sunnah umat Islam, sama ada daripada golongan ulama Salaf maupun Khalaf sejak zaman Khalifah Umar Ibnu al- Khattab r.a. sehinggalah kezaman kita sekarang.

                        Tidak seorang pun antara Imam-imam Mazhab yang empat, ahli fekah yang mujtahid memperselisihkannya kecuali ada sati riwayat saja yang menerangkan iaitu Imam Darul Hijrah (Imam Malik bin Anas) yang menambah sehingga 30 raka’at.

                        Demikian pula dalam riwayat yang kedua dari Imam Malik yang berdasarkan pada amalam penduduk Madinah bersumberkan dari Nafi’ yang berikut: “Saya menjumpai umat Islam (Madinah) mengerjakan solat Tarawih 39 raka’at bersama witirnya tiga raka’at.”

                        Akan tetapi menurut riwayat yang masyhur daripada Imam Malik dan bahkan riwayat yang amshyur ini sesuai dengan pendapat jumhur ulama daripada kalangan Syafi’i, Hambali dan Hanafi mengatakan bahawa solat Tarawih itu berjumlah 20 raka’at. Oleh kerana itu, berdasarkan pada riwayat yang mashyur ini, maka telah menjadi kesepekatan antara Imam-imam mazhab yang empat. Semoga Allah s.w.t. melindungi orang-orang Mukmin daripada permusuhan yang membinasakan.

Dalil-dalil Para Mujtahidin

  • Para Imam Mujtahid menetapkan bahawa solat Tarawih berjumlah 20 raka’at berdasarkan hadith riwayat al-Baihaqi dan riwayat lain dengan sanad yang sorih lagi sohih daripada Saib bin Ziyad, yakni seorang sahabat yang terkenal. Saib berkata: “Pada zaman Umar ibnu al-Khattab r.a. umat Islam mengerjakan solat Tarawih dalam bulan Ramadhan sebanyak 20 raka’at.”

  • Mereka berhujah juga dengan hadith riwayat Imam Malik dalam kitab Al-Muwatta’ dan riwayat al-Baihaqi daripada Yazid bin Rauman. Yazid bin Rauman berkata: “Pada zaman Umar ibnu al-Khattab r.a. orang ramai mengerjakan solat Tarawih sebanyak 23 raka’at.” Yakni, 20 raka’at Tarawih dan 3 Raka’at Witir.

  • Mereka juga berhujah dengan hadith yang diriwayatkan daripada al-Hasan yang mengatakan bahawa Umar r.a. telah menghimpun orang ramai untuk mengerjakan solat dibelakang Ubai bin Ka’ab sebagai Imamnya dengan mengerjakan solat Tarawih 20 raka’at. Ubai bin Kh’ab tidak membaca qunut bersama mereka kecuali pada malam separuh kedua daripada bulan Ramadhan. Apabila masuk separuh ketiga yang akhir daripada bulan Ramadhan, Ubai bin Ka’ab menghilang, yakni dia mengerjakan solat dirumahnya sendiri, lalu jama’ah pun berkata: “Ubai telah lari.”

                        Ibnu Qudamah menceritakan didalam kitab Al-Mughni  bahawa telah terjadi ijma atas bilangan solat Tarawih iaitu 20 raka’at. Dan diriwayatkan daripada Imam Malik bahawa bilangan raka’at Tarawih itu 36 raka’at. Dia berkata: “Solat pada malam-malam bulan Ramadhan adalah 20 raka’at. Ia adalah sunnat muakkad dan orang yang mula-mula mengerjakannya adalah Nabi Muhammad s.a.w. Adapun nama Tarawih itu dinisbahkan kepada Umar ibnu al-Khattab r.a. Ini kerana Umar menghimpun umat Islam untuk mengerjakan solat Tarawih secara jemaah dibelakang Ubai bin Ka’ab yang bertindak sebagai imam.”

                          Telah diriwayatkan oleh para ahli hadith bahawa pada suatu malam dalam bulan Ramadhan, Umar ibnu al-Khattab keluar kemasjid, kebetulan ketika itu umat Islam solat dimasjid sendiri-sendiri. Lalu Umar berkata: “Seabiknya aku himpunkan mereka dibawah pimpinan seorang ahli qiraat.”  Maka beliau pun mengumpulkan umat Islam dan solat dibelakang Ubai bin Ka’ab. Kemudian pada malam berikutnya dia keluar lagi dan menyaksikan orang ramai mengerjakan solat dibelakang imam. Maka berkatalah Umar ibnu al-Khattab: “Sebaik-baik bida’ah adalah ini.”

                        Seterusnya Ibnu Qudamah menjelaskan bahawa yang dipilih oleh Imam Ahmad bin Hanbal adalah 20 raka’at. Demikian juga 20 raka’at ini dipilih oleh al-Thauri, Abu Hanifah dan al-Syafi’i, sedangkan Imam Malik memilih 36 raka’at dengan menyandarkan pada amalan penduduk Madinah dan bagi kami, sesungguhnya Umar ibnu al-Khattab ketika mengumpulkan orang ramai mengerjakan solat dibelakang Ubai bin Ka’ab sebanyak 20 raka’at.

                        Imam Malik meriwayatkan dengan sanad dari Yazid bin Abdurrahman: “Umat Islam pada zaman Umar mengerjakan qiyamullail sebanyak 23 raka’at.”

                        Diriwayatkan daripada Ali k.w. bahawa beliau telah menyuruh seseorang untuk menjadi imam Tarawih pada bulan Ramadhan dan mengerjakan 20 raka’at. Ini adalah seperti ijma’. Seterusnya Ibnu Qudamah berkata: “Seandainya seluruh penduduk Madinah mengerjakan 36 raka’at, nescaya bilangan raka’at yang dikerjakan oleh Umar ibnu al-Khattab dan telah diijma’kan oleh para sahabat  yang lain ketika itu lebih utama untuk diikuti. Kerana sesungguhnya penduduk Madinah mengerjakan  bilangan raka’at  sedemikian itu hanya kerana mereka ingin menyemai amalan penduduk Makkah bertawaf tujuh kali setiap selesai dua kali salam (empat raka’at). Oleh sebab itu penduduk Madinah menggantikan tujuh kali tawaf tadi dengan empat raka’at. Namun demikian, apa yang telah ditetapkan oleh para sabahat Nabi Muhammad s.a.w. adalah lebih utama untuk diikuti.”

                        Diriwayatjan juga Ali k.w. mengelilingi masjid-masjid pada bulan Ramadhan dengan membawa lampu sambil mengucapkan kata-kata yang bermaksud: “Semoga Allah s.w.t. menerangi kubur Umar sebagaimana dia telah menerangi masjid-masjid kami.” 

                        Berhubung dengan ayat-ayat yang dibaca dalam solat Tarawih, Imam Ahmad berkata: “Seseorang yang menjadi imam solat Tarawih hendaklah membaca ayat-ayat yang dirasakan dapat meringankan makmumnya dan bukan yang memberat-beratkan mereka. Jadi bacaan ayat-ayatnya adalah yang meringankan bagi makmumnya.” Al-Qadhi berpendapat bahawa bacaan ayat suci al-Quran itu sunnat khatam dalam satu bulan agar dapat didengar oleh semua jama’ah dan hendaknya jangan menambah daripada satu kali khatam itu kerana khuatir memberatkan kepada makmum yang solat dibelakang.

                        Kami berpendapat bahawa yang masyhur dalam Mazhab Maliki adalah 20  raka’at berdasarkan bahawa inilah imam-imam mujtahid berijma atas keutamaan mengerjakan 20 raka’at.

                        Syeikh Al-Dardir dalam kitabnya ‘Aqrabul Masalik’ala Mazhab al-Imam Malik’ Juzuk 1:552, beliau menulis: “bahawa solat Tarawih itu  20 raka’at dilaksanakn selepas solat Isyak dan salam setiap dua raka’at selain witir. Didalam Tarawih itu disunnatkan dikerjakan dirumah jika masjid telah penuh dengan jama’ah yang mendirikan solat Tarawih. Akan tetapi jika amsjid kosong daripada solat Tarawih maka yang lebih utama adalah masjid dengan berjama’ah.”

                        Begitu juga Imam Syafi’i dan Imam Abu Hanifah berpendapat bahawa solat Tarawih itu berjumlah 20 raka’at berdasarkan ijma para sahabat pada zaman Khalifah Umar al-Faruq. Imam Ibnu Abdil Bar menerangkan: “Sungguh benar adanya daripada Ubai bin Ka’ab bahawa beliau solat Tarawih dengan 20 raka’at bersama umat Islam tanpa ada perselisihan antara para sahabat.”

                        Didalam kitab ‘Al-Mukhtasor’ yang disusun oleh Imam Al-Muzani disebutkan bahawa Imam Syafi’i berkata: Aku melihat orang ramai diMadinah mengerjakan solat Tarawih 39 raka’at tetapi yang lebih aku sukai adalah yang 20 raka’at kerana ia yang diriwayatkan daripada Umar. Demikian juga diMakkah, umat Islam mengerjakan solat Tarawih 20 raka’at dan mengerjakan solat Witir 3 raka’at.”

Penjelasan Imam Al-Turmuzi

                        Imam al-Turmuzi didalam kitab hadithnya yang bertajuk ‘Sunan Al-Turmuzi’ menerangkan : “Majoriti ahli ilmu mengerjakan solat Tarawih berdasarkan kepada riwayat daripada Umar, Ali dan sahabat-sahabat Nabi Muhammad s.a.w. yang lain, iaitu 20 raka’at. Bilangan ini juga yang dipegangi oleh Imam Sufyan al-Thauri, Ibnu al-mubarak dan al-Syafi’i. Syafi’i berkata: “Aku menjumpai umat Islam dinegeri aku Makkah mengerjakan solat Tarawih 20 raka’at.”

                        Ibnu Rusyd dalam kitab ‘Bidayah al-Mujtahid’ berkata: “Imam Malik dalam satu riwayat mengatakan Imam Abu Hanifah, Imam al-Syafi’i dan Imam Ahmad memilih 20 raka’at selain witir.”

                        Imam Nawawi menerangkan: “Mazhab kami menetapkan bahawa solat Tarawih berjumlah 20 raka’at dengan sepuluh salam selain witir. Ini terdiri daripada lima “tarwihat” (istirahat) dan satu Tarawih  terdiri daripada empat raka’at dengan terdiri dua salam.”

                        Demikian juga dengan pendapat Imam Abu Hanifah serta murid-muridnya, dan juga Imam Ahmad, Abu Daqud dan juga Qadhi ‘Iyadh yang diambilnya daripada jumhul ulama. Imam Malik sendiri berkata: “Solat Tarawih terdiri daripada 9 tarwihat (istirahat) yang jumlahnya 36 raka’at selain witir.”

                        Seterusnya Imam Nawawi berkata: “Hujah mazhab kami berdasarkan keterangan yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dengan sanadnya yang sohih daripada al-Saib bin Yazid al-Sahabi r.a., beliau berkata: ‘Umat I slam pada zaman Khalifah Umar ibnu al-Khattab mengerjakan solat Tarawih 20 raka’at dalam bulan Ramadhan, sedangkan pada zaman Khalifah Usman  mereka mengerjakannya 200 (dua ratus) raka’at sehingga mereka bersandar pada tongkat-tongkat mereka kerana terlalu letihnya berdiri.”

                        Yazid bin Rauman berkata: ” Umat Islam pada zaman Khalifah Umar ibnu al-Khattab r.a. mengerjakan Qiyam Ramadhan dengan solat 23 raka’at (Tarawih dan Witir).” (Riwayat Imam Malik dalam ‘Al-Muwatta’)

                        Akan tetapi al-Baihaqi mengatakan bahwa hadith tersebut diatas adalah musral, sebab Yazid bin Rauman tidak bertemu dengan Umar ibnu al-Khattab. Seterusnya al-Baihaqi mengatakan bahawa dengan berpandukan kepada hadith-hadith yang diterangkan tadi, umat Islam mengerjakan solat Tarawih 20 raka’at dan Witir tiga raka’at. Al-Baihaqi meriwayatkan juga daripada Ali k.w. bahawa solat Tarawih 20 raka’at.

                        Imam Ibnu Taimiyah menerangkan dalam kitab ‘Al-Fatawa’ : “Benar bahawa Ubai bin Ka’ab mengerjakan solat pada bulan Ramadhan bersama umat Islam sebanyak 20 raka’at dan Witir tiga raka’at. Jadi para ulama berpendapat bahawa yang demikian itu ditengah-tengah para sahabat Muhajirin dan para sahabat Ansar dan tidak ada seorang pun yang mengingkarinya (menentangnya).”

                        Didalam kitab “majmu’ah al-Fatawa al-Najdiyah’  disebut bahawa Sheikh Abdullah bin Abdul Wahhab memberikan jawapan tentang bilangan raka’at Tarawih: “Bahawa Umar r.a. ketika mengumpulkan umat Islam yang diimamkan oleh Ubai bin Ka’ab, bilangan raka’atnya adalah 20 raka’at.”

                        Demikianlah keterangan-keterangan daripada para ulama pimpinan Islam sama ada daripada golongan Salaf maupun Khalaf yang tidak dapat diragukan lagi kebenarannya. Jelaslah bahawa solat Tarawih itu 20 raka’at yang dikerjakan oleh Umat Islam sekarang ini adalah amalan yang benar, yang tidak dapat disangkal lagi.

                        Perlu diketahui bahawa 20 raka’at inilah yang dikuatkan oleh amalan para sabahat Radiallahu’anhum dan diijmakan oleh imam-imam mujtadij iaitu imam mazhab yang empat. Mereka semua adalah lambang hidayah dan merupakan pancaran ilmu setiap masa dan setiap zaman. Bilangan 20 rakat’at inilah yang telah diperintahkan oleh Umar al-Faruq r.a. yang mana Allah s.w.t. telah menjadikan kebenaran pada lisan dan didalam hatinya sebagaimana yang diterangkan didalam hadith-hadith yang sohih.

Ikutan kita dua masjid yang mulia

                        Ikutan kita kaum Muslimin ialah dua buah masjid yang mulia. Yang pertama Masjidil haram  (di Makkah) yang telah dijadikan sebagai Qiblat  bagi masjid-masjid umat Islam, sama ada yang ditimur atau dibarat. Dalam hal ini  Allah s.w.t. telah berfirman yang bermaksud: 

                        “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) bagi manusia, ialah  Baitullah  diBakkah  (Makkah) yang diberkati dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (Surah Ali Imran:96)

                        Yang kedua ialah Masjid Nabawi (di Madinnah) yang didirikan atas dasar takwa dan  Allah s.w.t. telah memuji penghuninya sebagaimana firman  Allah s.w.t. dalam al-Quran yang bermaksud:

                        “Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama adalah lebih patut kamu mengerjakan solat didalamnya. Didalamnya ada orang-orang yang membersihkan diri dan Allah menyukai orang-orang yang suci.” (Surah al-Taubah: 108)


Sumber:Amalan Penting Dalam Islam, Siri Bimbingan Mukmin (Safwan Fathy, Haji Suhaimee Yassin & Mohammad zain)

Juga di : http://tanbihul_ghafilin.tripod.com/solattarawih.htm

Perbahasan Mengenai Rakaat Tarawikh Antara 8 Dan 20

Sembahyang Tarawikh di Perlis  lazimnya dibuat 8 rakaat , bagaimana pun ada juga yang mengerjakan 20 rakkat. Hujah Mufti Mesir, Syaikh Dr Ali Jum’ah mengenai sunat tarawikh   yang dipetik adalah menarik sekali. Berikut ini adalah perbahasan mengenai perbedzaan keduanya, mudah-mudahan mendapat manafaat dari hujah-hujahnya supaya menambah khazanah ilmu kita.  Artikal ini di ambil dari : http://epondok.wordpress.com/2009/09/15/solat-tarawih-20-rakaat-bukan-bidaah/

Mufti Mesir, Syaikh Prof. Dr Ali Jum’ah

Mufti Mesir, Syaikh Prof. Dr Ali Jum’ah

UMAT Islam perlu diperjelaskan bahawa pendapat yang masyhur dan diterima ialah solat Tarawih dilaksanakan 20 rakaat bukan lapan rakaat, bersandarkan kepada hujah bagi memastikan mereka benar-benar mendapat ganjaran dijanjikan untuk ibadat sunat itu.

Ahli Jawatankuasa Tauliah Majlis Agama Islam Selangor (Mais) yang juga Ahli Jawatankuasa Pengawalan Akidah Mais, Mahfuz Mohammed berkata, konsep solat sunat Tarawih yang diamalkan sejak dulu hingga sekarang tidak pernah berbeza melainkan 20 rakaat.

Katanya, pendapat mengatakan solat Tarawih lapan rakaat disandarkan kepada hadis daripada Aisyah itu tidak tepat kerana ia menjelaskan mengenai solat malam (qiamullail) yang dilaksanakan Nabi Muhammad SAW, bukan solat Tarawih.

 

Mufti Mesir, Syaikh Dr Ali Jum’ah dalam komentarnya mengenai hadis ini mengatakan, mereka itu tidak faham hadis dan meletakkannya bukan di tempatnya. Ini berpunca kerana mereka cetek ilmu mengenai hadis dan cuba membuat kesimpulan sendiri, maka timbullah keadaan ini,” katanya.

Beliau berkata, perkara itu perlu dijelaskan kerana wujud pihak mengatakan solat Tarawih adalah bidaah memandangkan Nabi Muhammad SAW tidak solat 20 rakaat tetapi lapan rakaat diikuti tiga rakaat solat witir.

Mahfuz berkata, Syaikh Dr Ali dalam bukunya berjudul Al-Bayan menyatakan berhubung rakaat Tarawih itu sudah muktamad mazhab yang empat, Hanafi, Maliki, Hambali dan Syafie, bahawa Tarawih adalah 23 rakaat berserta witir.

Malah katanya, Mufti Mesir itu turut membahaskan isu rakaat solat Tarawih secara terperinci daripada sudut istilah perkataan Tarawih itu sendiri yang cukup jelas menunjukkan jumlah bilangan yang tepat.

Tarawih berasal daripada perkataan mufrad (tunggal) at-tarwiha yang bermaksud rehat yang menunjukkan satu sementara at-tarawih perkataan jamak iaitu lebih dari dua. Bahasa Arab pula ada perkataan untuk tunggal, dua dan banyak.

Oleh itu, at-tarawih yang menunjukkan jamak itu dengan makna tiga kali rehat ke atas. Bagi solat Tarawih, satu rehat bermakna empat rakaat dengan dua salam, maka tiga kali rehat bermakna minimum 12 rakaat dengan tiga kali salam.

Jadinya, sudah sepakat empat mazhab mengikut pendapat yang muktamad (kelas pertama) bahawa solat tarawih 20 rakaat dengan 10 kali salam dan lima kali rehat.

mahfuz mohammed

mahfuz mohammed

Mahfuz berkata, satu lagi petunjuk yang jelas ialah riwayat mengenai Umar al-Khattab yang menyuruh melakukan solat Tarawih secara berjemaah sebanyak 20 rakaat dan apa dilakukan Umar adalah dengan kesepakatan sahabat dengan tiada bangkangan daripada Khulafa al-Rasyidin.

“Jadi mana datangnya lapan rakaat kerana dari segi pengertian dan penggunaan istilah sudah tidak betul. Jika pihak yang mendukung lapan rakaat tetap dengan pendirian, kenapa mereka melakukan solat sunat itu secara berjemaah.

“Jika ingin mengambil apa yang dianjurkan Umar, ikutlah keseluruhannya dengan melakukan sebanyak 20 rakaat seperti dibuat Umar. Jangan ambil separuh-separuh dan mengatakan bahawa 20 rakaat itu tidak betul,” katanya.

Beliau tidak menafikan akan timbul tentangan berhubung rakaat Tarawih itu terutama daripada mereka yang melakukannya sebanyak lapan rakaat namun, perkara berkenaan berhak diperjelaskan sebagai jawapan kepada suara yang lantang mengatakan tarawih 20 rakaat bidaah.

Pada masa sama katanya, ia juga bagi memastikan umat Islam kembali kepada apa yang disepakati ummah kerana Nabi Muhammad SAW dalam hadisnya berkata, tidak sekali-kali bersepakat ulamaku dalam perkara yang sesat.

Mahfuz berkata, walaupun kesimpulannya Syaikh Dr Ali berkata melakukan solat Tarawih kurang dari 20 tidak salah dan yang buat lebih pun tidak salah, tetapi yang mengurangkan daripada amalan itu ialah ia tidak dinamakan Tarawih tetapi qiamullail.

Menurut fatwa Syaikh Dr Ali, mereka yang melakukan qiamullail terlepas daripada ganjaran sangat besar yang Allah kurniakan kepada orang melakukan Tarawih pada Ramadan kerana solat malam boleh dibuat pada bulan lain tetapi Tarawih hanya setahun sekali pada Ramadan.

“Nasihat kepada yang buat lapan, kembali kepada apa yang disepakati ummah dan ketepikan pendapat bertentangan dengan apa yang disepakati ummah. Dalam enakmen Selangor, fatwa mesti rujuk pendapat yang muktamad daripada mazhab Imam Sayfie,” katanya.

Buku Penjelasan Bilangan Rakaat Solat Tarawih yang diterbitkan pada 2008 oleh Jabatan Kemajuan Islam Malaysia turut menyokong pendapat solat Tarawih berjemaah di masjid dengan 23 rakaat termasuk witir lebih afdal daripada lapan rakaat.

Itu adalah pendapat jumhur fuqaha pada qaul yang rajih seiring kaedah usul fiqh iaitu apa-apa ibadah yang lebih banyak perbuatan nescaya lebih banyak pula kelebihan. Lebih-lebih lagi cara berjemaah dilakukan Saidina Umar, Saidina Uthman dan Saidina Ali.

Buku tulisan Mohd Nawi Shafii Al-Bahri itu turut menjelaskan pertelingkahan mengenai rakaat Tarawih diperbesarkan oleh Syeikh Nasir al-Albani yang mengembangkan fatwanya mengatakan solat Tarawih mengikut sunnah Nabi ialah lapan rakaat dan witir tiga rakaat.

Sesiapa yang mengerjakannya tidak seperti itu sama ada kurang atau lebih) maka sesungguhnya dia tidak mengikut sunnah Nabi SAW. Solat Tarawih lapan rakaat diamalkan di sesetengah tempat di nusantara termasuk Malaysia, Thailand (Patani) dan Indonesia.

Perbahasan ulama mengenai bilangan solat turut diketengahkan dalam buku ini membabitkan pendapat jumhur ulama yang mengatakan solat tarawih 20 rakaat dengan dalil sokongan, pandangan ulama lain yang mengatakan 36 rakaat seperti di zaman Umar bin Abdul Aziz.

Perbahasan ketiga oleh al-Bani dan mereka yang bersefahaman dengannya mengatakan solat Tarawih lapan rakaat juga dengan dalilnya.

Kesimpulan Mohd Nawi ialah walaupun wujud permasalahan bilangan rakaat solat Tarawih berlaku perkhilafan di kalangan ulama, namun pendapat jumhur ulama itu yang boleh difatwakan untuk muslimin dan muslimat seluruh alam.

Tulisan ini juga boleh di baca di http://www.bharian.com.my/Current_News/BH/Tuesday/Agama/20090914230416/Article/index_html

Perbahasan lanjut   yang lebih terperinci  dan sarat dengan notakaki sumber rujukan , mengenai  rakaat sembahyang tarawikh boleh di baca tuliasan oleh al-Fadhil Ustaz Muhadir Hj Joll di alamat  http://al-fanshuri.blogspot.com/2009/08/sholat-tarawih-bhg-1.html   bagi siri 1  dan sambungan pada siri 2 di sini  http://al-fanshuri.blogspot.com/2009/08/sholat-tarawih-bhg-2.html . Mudah-mudahan saudara sabar membacanya. ….

NASIHAT RASULLAH S.A.W KEPADA SEPUPU BAGINDA

Tazkirah Malam ke 7 Ramadan di Masjid As Syakirin Oleh Ustaz Ya Ali Dahaman:

NASIHAT RASULLAH  S.A.W KEPADA SEPUPU BAGINDA

eriangPerkara yang dapat merosakkan kehidupan, masa depan, waktu, kecerdasan, aktiviti dan amal ibadah kita adalah maksiat. Oleh itu, bersegeralah bertaubat dari pelbagai macam kemaksiatan, sama ada yang nampak ataupun yang tersembunyi. Berikut ini dijelaskan sabda Rasulullah s.a.w kepada sepupunya Ibn Abbas r.a ketika sedang menunggang haiwan ternakan: r71

r72 

 Maksudnya:

“Wahai budak kecil! Jagalah ajaran Allah maka Allah akan menjagamu. Jika kamu memohon maka mohonlah kepada Allah. Jika kamu meminta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah bahawasanyajika umat ini berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu maka nescaya mereka tidak akan dapat memberikan manfaat itu melainkan seperti yang telah ditetapkan oleh Allah bagimu. Jika mereka semua berkumpul untuk mendatangkan mudarat kepadamu, maka nescaya mereka tidak akan dapat mendatangkan mudarat itu melainkan dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atas dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran ­lembaran catatan amal telah mengering.”[1]

Semoga Allah menjaga kita dari segala kesalahan dan perbuatan dosa. Kerana kesalahan dan perbuatan dosa itu dapat membinasakan diri kita. Perbuatan dosa akan membinasakan para pemuda Islam. Tidak ada perkara lain yang dapat menyia-nyiakan keberadaan generasi Islam selain maksiat. Maksiatlah yang dapat menghapus kecerdasan dan kepandaian mereka, serta melumpuhkan sumber kekuatan dalam kehidupan mereka. Oleh itu Ibn Abbas r.a pernah mengatakan, :

“Maksiat boleh membuat hati menjadi gelap, hilang rasa malu, dibenci orang, dan sukar mendapat rezeki. Sedangkan ketaatan dapat membuat hati menjadi bersih, wajah bercahaya, dicintai orang, dan luas rezeki. Siapa sahaja yang menginginkan kekuatan, ketenangan hati, kebahagiaan di dunia dan akhirat, kecerdasan, kefahaman, dan cahaya maka hendaknya dia taat kepada Allah dan meninggalkan semua perbuatan maksiat.”

Petikan : Hikmah Berpuasa Di Bulan Ramadan Oleh Dr. ‘Aid Abdullah Al Qarni, Mukasurat  246-247

 


[1] Hadis sahih diriwayat oleh Ahmad 1/293 , al Tirmizi 2516, Ibn Suni 419, Abu Yaala 2/665

ZIKIR ORANG BERPUASA

Tazkirah Malam ke 6 Ramadan di Masjid As Syakirin Oleh Ustaz Ya Ali Dahaman:

 lumutZIKIR ORANG BERPUASA

Rasulullah s.a.w bersabda:

R64

Maksudnya:  “Tidakkah kamu ingin tahu tentang amal perbuatan yang paling baik dan paling suci? Amal itu lebih baik daripada menginfakkan emas dan wang, dan lebih baik daripada  menyerang musuh.” Para sahabat berkata, “Tentu.” Baginda bersabda, “Zikir kepada Allah.”[1]

 Rasulullah s.a.w bersabda, Maksudnya: “Al-Mufarridun akan lebih dahulu masuk syurga. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah al­Mufarridun itu?” Baginda menjawab, “Lelaki dan perempuan ynng banyak mengingati Allah. ”[2]

 Rasulullah s.a.w bersabda, Maksudnya :  “ Orang yang mengucapkan Maha Suci Allah dan segala puji bagi Nya, maka akan ditanam untuknya pohon kurma di syurga kelak “[3]

 Rasulullah s.a.w bersabda ,Maksudnya: “Ucapan ‘Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah Maha Besar’ lebih aku sukai daripada terbitnya matahari”[4] 

 

Petikan : Hikmah Berpuasa Di Bulan Ramadan Oleh Dr. ‘Aid Abdullah Al Qarni, Mukasurat  209-302

 


[1] Riwayat at Tirmizi 3377. Ibn Majah 3790. Di sahihkan oleh al Hakim dan az Zahabi

[2] Riwayat Muslim 2676

[3] Riwayat at Termizi 3464-3465 Hadis hasan

[4] Riwayat Muslim  2695