Syi’ah Imamiyyah Ithna ‘Asyariyyah: Adakah mereka itu Islam atau terkeluar dari Islam?

FATWA ‘ULAMA’ Dl BENUA KECIL INDIA TENTANG KEKUFURAN SYI’AH

SUMBER: Petikan mukasurat 81 – 84 buku Maulana Ustaz Muhamad Asri Yusoff, Syiah Rafidhah.

Oleh kerana golongan Syi’ah atau Rafidhah itu adalah satu golongan yang mempunyai kepercayaan dan ‘aqidah-‘aqidah yang bercanggah sama sekali dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Rasululah sa w dan kemudiannya disebarkan oleh para sahabatnya ke serata dunia, maka seperti yang telah disebutkan sebelum ini para ulama’ Islam di zaman dahulu telah mengeluarkan mereka dari islam. Demikianlah sikap ulama’ Islam sejak dahulu sehingga pada tahun 1928 ketika mana ajaran-ajaran Syi’ah tidak tersembunyi lagi kepada ulama’- ulama’ Islam di benua kecil India. Maka mereka mengeluarkan fatwa bahawa Syi’ah bukan dari golongan Islam.

Di sini penulis akan menteijemahkan fatwa yang telah dikeluarkan oleh Maulana Mufti Muhammad ‘Abdul Syakur pada tahun 1928 dan disokong oleh berpuluh-puluh tokoh-tokoh ulama’ ulung pada masa itu. Fatwa ni dikeluarkan oleh beliau ketika ditanya oleh seorang hamba Allah. Pertanyaan itu berbunyi, “Ара kata ulama’ dan para mufti berhubung dengan Syi’ah Imamiyyah Ithna ‘Asyariyyah, adakah mereka itu Islam atau terkeluar dari Islam? Adakah harus berkahwin dengan mereka dan memakan sembelihan mereka? Adakah harus menyembahyangkan jenazah mereka atau turut serta dalam meraikan jenazah mereka? Adakah harus menerim derma khairet dari mereka untuk pembinaan masjid atau tidak?”

Soalan-soalan tersebut dijawab oleh beliau begini; ( sila sambung bacaan pada empat foto berikut yg discan dari buku tersebut )

Imej

Imej

Imej

Imej

IMAM KEDUA BELAS SYIAH, MANUSIA FIKTIF

IMAM KEDUA BELAS SYIAH, MANUSIA FIKTIF

Oleh
Ustadz Abu Minhal Lc

Sumber:  http://almanhaj.or.id/content/3655/slash/0/imam-ke-dua-belas-syiah-manusia-fiktif/

KAUM SYIAH MENUNGGU KEDATANGAN IMAM KE DUA BELAS MEREKA
Mahdi Muntazhar (Imam Mahdi Syiah yang ditunggu-tunggu kedatangannya) termasuk pembahasan yang sering dibicarakan dalam buku-buku referensi Syiah. Yang mereka maksud dengan sebutan itu dalam pandangan Syiah adalah imam kedua belas yang bernama Muhammad bin Hasan al-‘Askari. Menurut versi mereka, ia dilahirkan pada hari Jum’at bulan Sya’ban pada tahun 255H.

Pada usia 5 tahun, ia bersembunyi di sirdaab (goa tempat perlindungan dari terik matahari) kota Surra man Ra`a, terletak antara kota Baghdad dan Tikrit, karena akan dibunuh oleh orang-orang zhalim.

Ath-Thusi , seorang tokoh Syiah masa lalu, mengatakan, “Tidak ada alasan yang menghalangi kemunculannya selain karena ia khawatir dibunuh. Sebab jika tidak ada kekhawatiran ini, ia tidak boleh menyembunyikan diri.” (Al-Ghaibah:199)

Keyakinan mereka dengan Imam Mahdi Syiah ini, membuat mereka menunggu-nunggu kemunculannya di mulut sirdaam dengan memanggil-manggil namanya untuk segera keluar dari persembunyiannya.

IMAM KESEBELAS TIDAK MEMILIKI KETURUNAN
Dengan sifat hikmah-Nya, Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Mengetahui, menetapkan Hasan al-Askari – imam kesebelas menurut kalangan Syiah- meninggal tanpa memiliki anak dan keturunan. Tentu, realita ini menyulitkan tokoh Syiah, bagaimana seorang imam meninggal tanpa berputra seorang pun yang akan menggantikan posisi imamahnya?. Padahal keberadaan imam sangatlah penting dalam aqidah mereka, bahkan termasuk rukun Islam yang urgensinya mengalahkan shalat fardhu. (?!) Pengganti seorang imam haruslah keturunan imam sebelumnya. Setelah masa imamah Hasan Radhiyallahu anhu dan Husain Radhiyallahu anhu, seorang imam tidak boleh berasal dari saudara imam, harus dari keturunannya. Demikian keyakinan orang-orang Syiah.

Sejarah telah mencatat bahwa orang yang mereka anggap sebagai Imam Ke Sebelas, Hasan al-‘Askari , tidak memiliki anak. Penguasa khilafah ‘Abbasiyah waktu itu pun mengetahui perihal tersebut. Sebab, mereka mengikuti perkembangan Hasan al-Askari yang sedang sakit. Beberapa tabib diutus untuk memonitor kesehatannya. Penguasa menugaskan Hakim setempat untuk memilih 10 orang terpercaya untuk berada di rumah Hasan al-Askari. Mereka berada di sana sampai ajal menjemput Hasan al-‘Askari.

Setelah Hasan al-Askari wafat, utusan-utusan yang terpercaya itu memeriksa isi rumah dan kamar untuk mencari tahu apakah ia memiliki anak atau tidak. Mereka juga mendatangkan wanita-wanita yang tahu masalah kehamilan untuk memeriksa budak-budak wanita yang dimiliknya. Hasilnya, ada seorang budak perempuan yang sepertinya sedang mengandung. Maka, wanita ini pun ditempatkan di satu kamar dan dipersiapkan segala sesuatu untuk persalinannya.

Setelah Hasan dimakamkan, pihak penguasa tetap berusaha mencari-cari anak Hasan al-Askari. Harta warisan pun belum dibagikan. Namun setelah dipastikan bahwa kehamilan salah seorang budak itu kosong, maka warisan Hasan al-Askari dibagikan kepada Ibu dan saudara lelakinya Ja’far. Tidak ada seorang pun yang menentang pembagian ini.

Kejadian ini menunjukkan kebatilan keyakinan Imam Mahdi Syiah secara otomatis. Pihak Syiah pun tidak bisa mendustakan dan menghilangkan bukti sejarah ini. Menariknya, ternyata, kitab-kitab para petinggi agama Syiah menyebutkan realita ini, bahwa Hasan al-Askari memang wafat tanpa memiliki anak lelaki. Di antara mereka adalah :

1. al-Kulaini dalam al-Kâfi (1/505)
2. al-Mufîd dalam al-Irsyâd (hlm.338-339)
3. al-Majlisi dalam Jalâul ‘Ainain
4. Ibnu Shabbâgh dalam al-Fushûl al-Muhimmah fi Ma’rifati Ahwâlil Aimmah (hlm.288-289)
5. al-‘Abbas al-Qummi dalam Muntahal Amâl.

Fakta bahwa Hasan al-Askari tidak memiliki anak akan mengakibatkan keyakinan mereka hancur dengan sendirinya. Sebab, kelanjutan imamah secara otomatis berhenti. Tatkala sebagian penganut Syiah merasakan kekhawatiran aliran Syiah akan sirna karena ketiadaan imam ke dua belas, maka sejumlah orang dari mereka memikirkan cara untuk menyelamatkan aliran ini.

Akhirnya, mereka mendapatkan jalan keluar dari apa yang diyakini oleh kaum Majusi yang mempercayai mereka memiliiki manusia juru selamat yang ditunggu-tunggu kedatangannya. Dari situ, seorang dari Syiah bernama Muhammad bin Nushair an-Namîri dan kawan-kawannya mendapatkan ide dengan klaim bahwa Hasan al-Askari memiliki anak yang ia sembunyikan di dalam sirdab karena khawatir akan dibunuh oleh orang-orang jahat dan zhalim. Tujuan mereka menggulirkan pernyataan ini adalah untuk mengelabui orang-orang awam Syiah sehingga para tokoh Syiah tetap bisa meminta setoran kekayaan dan zakat dari masyarakat awam atas nama Imam yang ditunggu-tunggu kedatangannya.

MISTERI SEMBUNYINYA IMAM MAHDI SYIAH
Anggap saja al-Mahdi pernah dilahirkan, maka tidak ada manfaatnya ia bersembunyi sekian lama di dalam gua. Orang-orang Syiah jika ditanya hikmah persembunyian al-Mahdi di dalam gua dan tidak menampakkan diri di hadapan khalayak, mereka akan beralasan karena ia mengkhawatirkan dirinya terbunuh. Itu saja. (!)

Alasan yang dikemukakan ath-Thusi ini dan orang-orang yang serupa dengannya jelas sangat lemah sekali. Kebatilan alasan mereka tampak pada beberapa point berikut:

1. Telah disebutkan dalam kitab-kitab referensi utama mereka bahwa al-Mahdi insan yang ditolong dan dibantu Allah, ia akan menguasai belahan bumi barat dan timur. Jika al-Mahdi akan ditolong dan dimenangkan oleh Allah, mengapa ia harus menyembunyikan diri dan tidak muncul di hadapan khalayak?!. Menghilangnya al-Mahdi dengan bersembunyi di sirdaab dalam jangka tempo yang sangat lama menyisakan dan memunculkan pertanyaan mengapa harus sembunyi? Bila al-Mahdi meyakini berita-berita kemenangannya terhadap musuh-musuhnya, mengapa ia harus takut?

2. Keyakinan Syiah bahwa Imam Mahdi Syiah khawatir akan terbunuh sehingga menyembunyikan diri, berkonsekuensi gugurnya imamahnya. Sebab, menurut Syiah, seorang imam haruslah manusia yang paling berani. Disebutkan dalam referensi mereka, “Seorang imam memiliki beberapa tanda: ia adalah orang yang paling alim, paling bijak, paling bertakwa dan paling berani”. (Al-Anwâr an-Nu’mâniyyah 1/34 , Ni’matullâh al-Jazâiri)

Sementara orang yang khawatir dirinya akan dibunuh sehingga menghilang dan menyembunyikan diri bukanlah manusia pemberani.

3. Keyakinan aneh tersebut juga berarti bahwa al-Mahdi tidak akan pernah muncul sampai negara-negara zhalim dan perusak lenyap, sehingga ia baru bisa merasa aman dari ancaman bunuh. Karena kezhaliman akan tetap ada berarti kemunculannya tidak dibutuhkan.

4. Sejarah mencatat, Syiah telah memiliki kekuasaan dan pemerintahan, seperti Iran sebagai contoh nyata. Negara itu tentu pasti akan berusaha melindungi al-Mahdi kalau mau memunculkan diri, akan tetapi kenapa tidak muncul-muncul juga?

5. Orang yang tidak bisa membela diri dan melindungi dirinya dari ancaman pembunuhan maka jelas tidak akan sanggup melindungi orang lain. Apakah masuk akal, orang-orang Syiah menunggu kedatangan orang yang katanya akan memberangus musuh-musuh mereka dengan gemilang?

Dengan demikian, alasan mereka untuk menutupi keanehan menghilang dan sembunyi Imam Mahdi mereka gugur dan selanjutnya hal ini menunjukkan bahwa keberadaan Imam Mahdi mereka pada hakekatnya memang tidak ada dan tidak pernah ada.

KETIKA BERSEMBUNYI, UMAT TIDAK MENDAPATKAN MANFAAT APA-APA
Petunjuk lain yang menandakan kebatilan aqidah sembunyinya Imam Mahdi Syiah, bahwa tidak ada satu maslahat dan manfaat secuil pun yang didapatkan umat manusia termasuk kaum Muslimin, dan para penganut Syiah, baik berhubungan dengan maslahat duniawi atau agama yang didapatkan dari persembunyiaan Imam Mahdi Syiah itu.

Bisa dihitung sampai sekarang, Imam Mahdi Syi’ah sudah bersembunyi tidak kurang dari 1173 tahun lamanya (?!), karena menurut mereka ia memasuki gua pada tahun 260H saat berusia 5 tahun. Apakah manfaat dari keberadaannya yang bersembunyi kalau memang ia benar-benar ada dan masih hidup? Bagaimana bila ia sebenarnya tidak pernah ada. Bagi siapa saja yang meyakini dengan imam ke-12 ini, manfaat apakah yang ia dapatkan untuk agama dan dunianya. Maka, hanya ada dua kondisi, imam itu hilang atau memang tidak pernah ada. Dalam dua kondisi ini, tidak ada manfaat untuk agama atau dunia seseorang.

Berdasarkan pandangan Syiah yang menganggap imamah sebagai rukun agama, maka ketidakmunculan Imam Mahdi Syiah ini – bila dianggap ada – mengakibatkan lumpuhnya pelaksanaan syariat dan kemaslahatan agama lainnya. Pantas saja, shalat Jum’at dan jamaah tidak dilakukan di kantong-kantong Syiah, dengan alasan ketiadaan imam. (?!)

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa kisah fiktif (khurofat) Imam Mahdi Syiah digulirkan untuk menutupi kekeliruan aqidah mereka yang memang sudah rusak sebelumnya dari asasnya. Walillâhil hamdi wal minnah ‘alal Islâm wal hidâyah.

KETIKA AKAL SEHAT HILANG, YANG PALING ANEH SEKALIPUN DIBENARKAN
Setelah secara yakin dapat disimpulkan bahwa Imam Mahdi Syiah memang tidak ada, dan keyakinan tentang itu lebih tepat masuk kategori cerita khurofat, ada baiknya kita simak komentar beberapa Ulama Islam tentang keyakinan rusak ini.

Usai mengungkap sifat-sifat Imam Mahdi Ahli Sunnah yang diterangkan oleh Rasûlullâh Muhammad dalam hadits-hadits shahihnya, Imam Ibnu Katsîr rahimahulla , seorang pakar tafsir, sejarah dan fikih, (wafat tahun H) menyimpulkan tentang Imam Mahdi Syiah yang telah bersembunyi lebih dari 100 tahun dalam gua dengan berkata, “Sesungguhnya (wujud Imam Mahdi Syiah) itu tidak ada hakekatnya, tidak ada mata yang pernah menyaksikannya juga tidak ada bukti yang menjelaskannya”. (al-Fitan wal Malâhim 1/23-24)

Di tempat lain beliau menyatakan, “Sesungguhnya keyakinan tersebut termasuk hadzayân (igauan belaka), bukti sangat jauh dari hidayah, sangat kuat kedekatannya dengan setan. Sebab, tidak ada dalil dan petunjuk (yang membenarkannya) baik dari al-Qur`an, Hadits (shahih), akal sehat dan istihsaan”. (al-Fitan wal Malâhim 1/29)

Sementara ‘Allamah Syaikh as-Safârîni rahimahullah juga menyebut keyakinan itu sebagai igauan belaka yang tidak ada hakekatnya. (Lawâmi’ul Anwâr 2/71)

Demikian pula, Syaikh Khâlid Muhammad ‘Ali al-Hâjj menyatakan, “Ringkasnya, klaim Syiah (bahwa Imam Dua Belas mereka bersembunyi) itu tidak ada dasarnya sama sekali. Tidak ada satu orang ulama besar (Ahli Sunnah) yang meriwayatkannya. Tidak ada unsur kebenarannya sedikit pun. Akan tetapi, bila akal (sehat) telah hilang, maka segala sesuatu (yang aneh) pun mungkin terjadi”. (al-Kasysyâful Farîdi ‘an Ma’âwil Hadmi wa Naqâidhi at-Tauhîd 1/123-124)

PENUTUP
Aqidah Imam Mahdi ala Syiah ini memperlihatkan dengan jelas sekali betapa merupakan aqidah yang rapuh, ganjil sekaligus aneh, tidak sepantasnya orang yang berakal meyakininya. Orang yang berakal sehat dan mencintai al-haq akan menolaknya mentah-mentah.

Kebenaran haqiqi sangat jelas, dan tidak kabur bagi orang yang mengetahuinya, sebagaimana seorang ahli emas tidak akan sulit membedakan antara emas murni dan emas palsu. Sementara bagi orang yang bodoh, buta, atau kurang tahu, bisa saja menganggap kesesatan, kemungkaran, dan penyimpangan sebagai al-haq yang harus diyakini, diamalkan dan dibela mati-matian.

Inilah yang mengakibatkan sebagian orang terjerumus dalam penyimpangan dan kesesatan yang terkadang tampak jelas tidak bisa diterima oleh akal sehat. Oleh karena itu, kebatilan akan mudah menyebar dan laku di tengah orang-orang yang tidak berilmu, bodoh dan buta terhadap ilmu syar’i dan ajaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , serta pengamalan Islam oleh para Sahabat.

Semoga Allâh Azza wa Jalla senantiasa menetapkan hidayahNya pada kita dan mewafatkan kita di atas Sunnah. Wallâhu a’lam.

MARAJI.
1. Badzlul Majhûdi fî Itsbâti Musyâbahati Râfidhati lil Yahûdi, ‘Abdullâh al-Jumaili, Maktabah al-‘Ghurâbâ al-Atsariyyah Madinah
2. Muqaddimah tahqîq kitab al-Imâmah fir raddi ‘alâ Râfidhah al-Hâfizh Abu Nu’aim al-Asfahâni oleh DR. ‘Ali Muhammad Nâshir al-Faqîhi
3. Ash-Shawârifu ‘anil haqqi, Hamd al-‘Utsmân Cet. II Th1426H

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XV/1433H/2012. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]

Sumber:  http://almanhaj.or.id/content/3655/slash/0/imam-ke-dua-belas-syiah-manusia-fiktif/

Artikal berkaitan:  https://aburedza.wordpress.com/2010/02/10/imam-ke-12-imam-mahdi-ia-ujud-atas-andaian-bukan-atas-kelahiran/

Sebongkah Batu di Kuala Berang’: Batu Bersurat Syiah?

Imej

Sebongkah Batu di Kuala Berang’: Batu Bersurat Syiah?

Faisal Tehrani, seorang penulis yang sering mempromosi Syiah telah menulis buku   bertajuk ‘Sebongkah Batu di Kuala Berang’ . Beliau menyebut  bahawa  Islam yang sampai ke Tanah Melayu ini adalah Islam Syiah. Lalu dinyatakan buktinya kerana catatan pada Batu Bersurat di Terengganu yang bertarikh 702 hijrah/1303 masihi itu ditulis dengan khat nasta’liq, sedangkan khat nasta’liq adalah berasal daripada tulisan bangsa Parsi dan bangsa Parsi sinonim dengan mazhab Syiah.

Fakta tersebut dibantah oleh Uataz Aizam Mas’ud dengan katanya,

 “Oleh itu, amat wajar kita mengingatkan FT dan penganut Syiah, negara Parsi mula-mula diusahakan pembukaannya oleh Sayyidina Abu Bakar, diteruskan pada zaman Sayyidina Umar dan pada zaman Sayyidina Uthman, Parsi bertukar menjadi bumi Islam Sunni. Parsi terus diperintah oleh kerajaan Sunni di bawah pengaruh Khilafah Abbasiyyah dan Khilafah Uthmaniyyah selama hampir 10 kurun iaitu bermula daripada kekalahan Parsi dalam perang al-Qadisiyyah pada tahun 21 hijrah sehingga penaklukan kerajaan Syiah Imam 12 pertama iaitu Daulah Safawiyyah pada 906 hijrah. Bermula pada tahun 907 hijrah bersamaan 1501 masihi, pemimpin pertama Syiah Imam 12 iaitu Ismail Syah telah menjadikan mazhab Syiah Imam 12 sebagai mazhab rasmi negara iaitu satu permulaan yang menyakitkan apabila penganut Sunni ditindas dengan begitu dahsyat oleh golongan Syiah Imam 12.   

Bermakna, kalau dikatakan bahawa tulisan khat Parsi nasta’liq pada Batu Bersurat yang bertarikh 1303 masihi itu adalah pengaruh daripada mazhab Syiah adalah dangkal sama sekali. Ini kerana, pada kurun tersebut bangsa Parsi masih berada di bawah pengaruh kerajaan dan mazhab Sunni. “

Rujuk:  https://www.facebook.com/notes/aizam-masud/komentar-saya-tentang-buku-faisal-tehrani-sebongkah-batu-di-kuala-berang/2749646067606

Pembahagian Pusaka

Pembahagian  Pusaka : QS 4:11-12  dan 4:176

Imej

QS4:11

Allah perintahkan kamu mengenai (pembahagian harta pusaka untuk) anak-anak kamu, iaitu

1.Bahagian seorang anak lelaki menyamai bahagian dua orang anak perempuan.

2.Tetapi jika anak-anak perempuan itu lebih dari dua, maka bahagian mereka ialah dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh si mati

3.Dan jika anak perempuan itu seorang sahaja, maka bahagiannya ialah satu perdua (separuh) harta itu

4.Dan bagi ibu bapa (si mati), tiap-tiap seorang dari keduanya: Satu perenam dari harta yang ditinggalkan oleh si mati, jika si mati itu mempunyai anak.

5.Tetapi jika si mati tidak mempunyai anak, sedang yang mewarisinya hanyalah kedua ibu bapanya, maka bahagian ibunya ialah satu pertiga.

6.Kalau pula si mati itu mempunyai beberapa orang saudara (adik-beradik), maka bahagian ibunya ialah satu perenam.

7.(Pembahagian itu) ialah sesudah diselesaikan wasiat yang telah diwasiatkan oleh si mati dan sesudah dibayarkan hutangnya.

Ibu-bapa kamu dan anak-anak kamu, kamu tidak mengetahui siapa di antaranya yang lebih dekat serta banyak manfaatnya kepada kamu. (Pembahagian harta pusaka dan penentuan bahagian masing-masing seperti yang diterangkan itu ialah) ketetapan dari Allah; sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana.

QS 4:12

8.Dan bagi kamu satu perdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isteri kamu jika mereka tidak mempunyai anak.

9.Tetapi jika mereka mempunyai anak maka kamu beroleh satu perempat dari harta yang mereka tinggalkan, sesudah ditunaikan wasiat yang mereka wasiatkan dan sesudah dibayarkan hutangnya

10.Dan bagi mereka (isteri-isteri) pula satu perempat dari harta yang kamu tinggalkan, jika kamu tidak mempunyai anak.

11.Tetapi kalau kamu mempunyai anak maka bahagian mereka (isteri-isteri kamu) ialah satu perlapan dari harta yang kamu tinggalkan, sesudah ditunaikan wasiat yang kamu wasiatkan dan sesudah dibayarkan hutang kamu.

12.Dan jika si mati yang diwarisi itu, lelaki atau perempuan, yang tidak meninggalkan anak atau bapa, dan ada meninggalkan seorang saudara lelaki (seibu) atau saudara perempuan (seibu) maka bagi tiap-tiap seorang dari keduanya ialah satu perenam.

13.Kalau pula mereka (saudara-saudara yang seibu itu) lebih dari seorang, maka mereka bersekutu pada satu pertiga (dengan mendapat sama banyak lelaki dengan perempuan), sesudah ditunaikan wasiat yang diwasiatkan oleh si mati dan sesudah dibayarkan hutangnya;

Wasiat-wasiat yang tersebut hendaknya tidak mendatangkan mudarat (kepada waris-waris). (Tiap-tiap satu hukum itu) ialah ketetapan dari Allah. Dan (ingatlah) Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Penyabar.

QS 4:176

Mereka (orang-orang Islam umatmu) meminta fatwa kepadamu (Wahai Muhammad mengenai masalah Kalaalah). Katakanlah: Allah memberi fatwa kepada kamu di dalam perkara Kalaalah itu, iaitu

14. Jika seseorang mati yang tidak mempunyai anak dan dia mempunyai seorang saudara perempuan, maka bagi saudara perempuan itu satu perdua dari harta yang ditinggalkan oleh si mati dan

15. Dia pula (saudara lelaki itu) mewarisi (semua harta) saudara perempuannya, jika saudara perempuannya tidak mempunyai anak.

16. Kalau pula saudara perempuannya itu dua orang, maka keduanya mendapat dua pertiga dari harta yang di tinggalkan oleh si mati dan

17. Sekiranya mereka (saudara-saudaranya itu) ramai, lelaki dan perempuan, maka bahagian seorang lelaki menyamai bahagian dua orang perempuan.

Allah menerangkan (hukum ini) kepada kamu supaya kamu tidak sesat dan (ingatlah) Allah Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu.