Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi Pada Hari Jum’at

Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi Pada Hari Jum’at

Oleh: Badrul Tamam –  http://www.voa-islam.com/islamia/ibadah/2011/02/03/13112/keutamaan-membaca-surat-alkahfi-pada-hari-jumat/

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.

Hari Jum’at merupakan hari yang mulia. Bukti kemuliaannya, Allah mentakdirkan beberapa kejadian besar pada hari tersebut. Dan juga ada beberapa amal ibadah yang dikhususkan pada malam dan siang harinya, khususnya pelaksanaan shalat Jum’at berikut amal-amal yang mengiringinya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ قُبِضَ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ

Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling afdhal adalah hari Jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan dan diwafatkan, dan pada hari itu juga ditiup sangkakala dan akan terjadi kematian seluruh makhluk. . . . ” (HR. Abu Dawud, an Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan al Hakim dari hadits Aus bin Aus)

Amal Khusus di Hari Jum’at

Pada dasarnya, tidak dibolehkan menghususkan ibadah tertentu pada malam Jum’at dan siang harinya, berupa shalat, tilawah, puasa dan amal lainnya yang tidak biasa dikerjakan pada hari-hari selainnya. Kecuali, ada dalil khusus yang memerintahkannya. Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda;

لَا تَخُصُّوا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ بِقِيَامٍ مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِي ، وَلَا تَخُصُّوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنِ الْأَيَّامِ ، إلَّا أَنْ يَكُونَ فِي صَوْمٍ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ

Janganlah menghususkan malam Jum’at untuk mengerjakan shalat dari malam-malam lainnya, dan janganlah menghususkan siang hari Jum’at untuk mengerjakan puasa dari hari-hari lainnya, kecuali bertepatan dengan puasa yang biasa dilakukan oleh salah seorang kalian.” (HR. Muslim, al-Nasai, al-Baihaqi, dan Ahmad)

Membaca Surat Al-Kahfi

Salah satu amal ibadah khusus yang diistimewakan pelakasanaannya pada hari Jum’at adalah membaca surat Al-Kahfi. Berikut ini kami sebutkan beberapa dalil shahih yang menyebutkan perintah tersebut dan keutamaannya.

1. Dari Abu Sa’id al-Khudri radliyallahu ‘anhu, dari Nabishallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ

Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, maka dipancarkan cahaya untuknya sejauh antara dirinya dia dan Baitul ‘atiq.” (Sunan Ad-Darimi, no. 3273. Juga diriwayatkan al-Nasai dan Al-Hakim serta dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 736)

2. Dalam riwayat lain masih dari Abu Sa’id al-Khudriradhiyallahu ‘anhu,

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ أَضَآءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ

“Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jum’at.” (HR. Al-Hakim: 2/368 dan Al-Baihaqi: 3/249. Ibnul Hajar mengomentari hadits ini dalam Takhrij al-Adzkar, “Hadits hasan.” Beliau menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits paling kuat tentang surat Al-Kahfi. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih al-Jami’, no. 6470)

3. Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, berkata: Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ سَطَعَ لَهُ نُوْرٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءَ يُضِيْءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ

Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua jumat.

Al-Mundziri berkata: hadits ini diriwayatkan oleh Abu Bakr bin Mardawaih dalam tafsirnya dengan isnad yang tidak apa-apa. (Dari kitab at-Targhib wa al- Tarhib: 1/298)”

Kapan Membacanya?

Sunnah membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at atau pada hari Jum’atnya. Dan malam Jum’at diawali sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis. Kesempatan ini berakhir sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’atnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kesempatan membaca surat Al-Kahfi adalah sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis sore sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’at.

Imam Al-Syafi’i rahimahullah dalam Al-Umm menyatakan bahwa membaca surat al-Kahfi bisa dilakukan pada malam Jum’at dan siangnya berdasarkan riwayat tentangnya. (Al-Umm, Imam al-Syafi’i: 1/237).

Mengenai hal ini, al-Hafidzh Ibnul Hajar rahimahullaahmengungkapkan dalam Amali-nya: Demikian riwayat-riwayat yang ada menggunakan kata “hari” atau “malam” Jum’at. Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud “hari” temasuk malamnya. Demikian pula sebaliknya, “malam” adalah malam jum’at dan siangnya. (Lihat: Faidh al-Qadir: 6/199).

DR Muhammad Bakar Isma’il dalam Al-Fiqh al Wadhih min al Kitab wa al Sunnah menyebutkan bahwa di antara amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan pada malam dan hari Jum’at adalah membaca surat al-Kahfi berdasarkan hadits di atas. (Al-Fiqhul Wadhih minal Kitab was Sunnah, hal 241).

Kesempatan membaca surat Al-Kahfi adalah sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis sore sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’at.

Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi di Hari Jum’at

Dari beberapa riwayat di atas, bahwa ganjaran yang disiapkan bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at atau pada siang harinya akan diberikan cahaya (disinari). Dan cahaya ini diberikan pada hari kiamat, yang memanjang dari bawah kedua telapak kakinya sampai ke langit. Dan hal ini menunjukkan panjangnya jarak cahaya yang diberikan kepadanya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ

Pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.” (QS. Al-Hadid: 12)

Balasan kedua bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at berupa ampunan dosa antara dua Jum’at. Dan boleh jadi inilah maksud dari disinari di antara dua Jum’at. Karena nurr (cahaya) ketaatan akan menghapuskan kegelapan maksiat, seperti firman Allah Ta’ala:

إن الحسنات يُذْهِبْن السيئات

Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Huud: 114)

Surat Al-Kahfi dan Fitnah Dajjal

Manfaat lain surat Al-Kahfi yang telah dijelaskan Nabishallallahu ‘alaihi wasallam adalah untuk menangkal fitnah Dajjal. Yaitu dengan membaca dan menghafal beberapa ayat dari surat Al-Kahfi. Sebagian riwayat menerangkan sepuluh yang pertama, sebagian keterangan lagi sepuluh ayat terakhir.

Imam Muslim meriwayatkan dari hadits al-Nawas bin Sam’an yang cukup panjang, yang di dalam riwayat tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,  “Maka barangsiapa di antara kamu yang mendapatinya (mendapati zaman Dajjal) hendaknya ia membacakan atasnya ayat-ayat permulaan surat al-Kahfi.

Dalam riwayat Muslim yang lain, dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal.” Yakni dari huru-haranya.

Imam Muslim berkata, Syu’bah berkata, “Dari bagian akhir surat al-Kahfi.” Dan Hammam berkata, “Dari permulaan surat al-Kahfi.” (Shahih Muslim, Kitab Shalah al-Mufassirin, Bab; Fadhlu Surah al-Kahfi wa Aayah al-Kursi: 6/92-93)

Imam Nawawi berkata, “Sebabnya, karena pada awal-awal surat al-Kahfi itu tedapat/ berisi keajaiban-keajaiban dan tanda-tanda kebesaran Allah. Maka orang yang merenungkan tidak akan tertipu dengan fitnah Dajjal. Demikian juga pada akhirnya, yaitu firman Allah:

أَفَحَسِبَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ يَتَّخِذُوا عِبَادِي مِنْ دُونِي أَوْلِيَاءَ

Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? . . .” QS. Al-Kahfi: 102. (Lihat Syarah Muslim milik Imam Nawawi: 6/93)

Penutup

Dari penjelasan-penjelasan di atas, sudah sepantasnya bagi setiap muslim untuk memiliki kemauan keras untuk membaca surat Al-Kahfi dan menghafalnya serta mengulang-ulangnya. Khususnya pada hari yang paling baik dan mulia, yaitu hari Jum’at.

KRISTIAN hanya untuk segala domba kaum Israel yang sesat BUKAN UNTUK MELAYU

Hari ini Sabtu 22 Oktober 2011, hari perhimpunan (Depa kata bukan tunjuk perasaan) HIMPUN. Ini  hal murtad dan dikaitkan dengan usaha pendakwah Kristian. Sebelum ini Mufti Perlis dilapor berkata tidak lojik 250,000 orang murtad. Dan di dalam youtube seorang bekas padri yang memeluk Islam mengaku pernah memurtadkan ribuan orang. Tidak kisahlah benar atau tidak. Yang pasti murtad berlaku.

Apabila murtad berlaku, pertama tanda kejayaan dakwah Kristian, kedua kelemahan dakwah Islam.

Mengapa murtad terjadi? Jawabnya tentu kerana rapuhnya akidah umat. Bila rapuh ia mudah tergoda tawaran Kristian. Tawaran paling menarik ialah dosa manusia boleh diampun oleh padri. Malah kepercayaan dan akidah Kristian yang diketahui umum, Yesus mati disalib kerana menebus dosa manusia. Maka sebaliknya  jika dapat dibuktikan Yesus tidak mati disalib , rosaklah pula Kristian itu.

Kita yakin orang murtad itu terlalu rendah pengetahuan Islamnya, malah belum tentu mereka membaca Bible pun!

Ketahuilah kalau mereka membaca Bible, mereka akan tau Kristian bukan untuk orang Melayu atau orang Malaysia . Ketahuilah Kristian hanya untuk segala domba kaum Israel yang sesat. Malahan Yesus tuhan Kristian itu mengangap selaian bani Israil mereka umpama  anjing dan babi.

Betullah tu, nabi-nabi diutus untuk kaumnya sendiri, Nuh a.s untuk kaumnya, Ibrahim a.s untuk kaumnya, Isa a.s untuk kaumnya bani Israil. Sebaliknya nabi Muhammad  s.a.w untuk seluruh manusia:

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.” – an Nissa 4:79

Sebaliknya kalau mereka membaca Bible, mereka akan berjumpa, dosa manusia tidak boleh pun di ampun oleh Padri!

 

Berikut adalah petikan Bible:

 

Pertama: Kristian hanya untuk segala domba kaum Israel yang sesat

Matthew: Chapter 10:1-6

1

Maka Yesus memanggil kedua belas murid-Nya, lalu diberi-Nya kuasa kepada mereka itu atas segala setan, akan membuangkan dia, dan menyembuhkan segala penyakit, dan melenyapkan segala aib tubuh orang.

2

Maka inilah nama-nama kedua belas rasul, yaitu: Pertama-tama Simon yang disebut Petrus, dan Andreas saudaranya; dan Yakub anak Zabdi, dan Yahya saudara Yakub;

3

dan Pilipus dan Bartolomius; dan Tomas, dan Matius, pemungut cukai itu, dan Yakub anak Alpius,dan Tadius;

4

dan Simon orang Kanani, dan Yudas Iskariot, yaitu yang menyerahkan Yesus.

5

Maka kedua belas orang inilah disuruhkan oleh Yesus dengan pesan-Nya demikian, “Janganlah kamu pergi ke negeri orang kafir dan jangan kamu masuk negeri orang Samaria,

6

melainkan pergilah kamu kepada segala domba kaum Israel yang sesat itu.

 

Matthew : Chapter 15: 22-26

22

Maka adalah seorang perempuan Kanani  (orang kanan bukan bani Israil- tambahan saya)  datang dari jajahan itu, serta berteriak, katanya, “Ya Tuhan, ya Anak Daud, kasihankanlah hamba; karena anak hamba yang perempuan dirasuk setan terlalu sangat.”

23

Tetapi sepatah kata pun tiada dijawab oleh Yesus kepada perempuan itu. Maka datanglah murid-murid-Nya meminta kepada-Nya, serta berkata, “Suruhlah perempuan itu pergi, karena ia berteriak-teriak di belakang kita.”

24

Maka jawabYesus, kata-Nya, “Tiadalah Aku disuruhkan kepada yang lain hanya kepada segala domba yang sesat dari antara bani Israel.”

25

Maka datanglah perempuan itu sujud menyembah Dia, katanya, “Ya Tuhan, tolonglah hamba!”

26

Tetapi jawab Yesus, kata-Nya, “Tiada patut diambil roti dari anak-anak, lalu mencampakkan kepada anjing.”

 

Matthew 7 1-6

1

“Janganlah kamu menuduh orang, supaya jangan kamu dituduh.

2

Karena dengan tuduhan yang kamu menuduh, kamu akan dituduh pula, dan dengan ukuran yang kamu mengukur, kamu akan diukurkan juga.

3

Apakah sebabnya engkau memandang selumbar yang di dalam mata saudaramu itu, tetapi balok yang di dalam matamu sendiri tiada engkau sadar?

4

Bagaimana boleh engkau mengatakan kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari dalam matamu, sedang ada balok di dalam matamu sendiri?

5

Hai munafik! Keluarkanlah dahulu balok itu dari dalam matamu sendiri, kemudian baharulah engkau nampak terang akan mengeluarkan selumbar dari dalam mata saudaramu itu.

6

Janganlah kamu memberi barang yang kudus pada anjing, dan jangan dicampakkan mutiaramu di hadapan babi, kalau-kalau dipijak-pijaknya dengan kakinya serta berbalik mencarik kamu.

Kedua: Dosa manusia tidak boleh pun di ampun oleh Padri!

 

Ezekiel – Chapter 18:20

20

Orang yang berbuat dosa, ia itu juga akan mati; maka anak tiada akan menanggung kesalahan bapanya, dan bapapun tiada akan menanggung kesalahan anaknya; kebenaran orang yang benar akan tertanggung atasnya dan kejahatan orang fasikpun akan tertanggung atasnya.

Ezekiel 18:20 di atas jelas menyatakan dosa manusia tidak boleh dipikul oleh orang lain, malahan  jika di bandingkan alQuran hampir sama:

 

Al Fatir   35-18

18. Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihatNya dan mereka mendirikan sembahyang. Dan barangsiapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allahlah kembali(mu).

Al Isra  17:15

15. Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng’azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.

 

Kamukah yang sukar diciptakan atau langit?

(Wahai golongan yang ingkarkan kebangkitan hidup

semula!) Kamukah yang sukar diciptakan atau langit?

Tuhan telah membinanya (dengan kukuh)!

Ia telah meninggikan bangunan langit itu lalu

menyempurnakannya,

Dan Ia menjadikan malamnya gelap-gelita,

Serta menjadikan siangnya terang-benderang.

Dan bumi sesudah itu dihamparkannya (untuk kemudahan penduduknya),

Ia mengeluarkan dari bumi itu:

airnya dan tumbuhtumbuhannya;

Dan gunung-ganang pula dikukuhkan letaknya (dibumi, sebagai pancang pasak yang menetapnya);

(Semuanya itu) untuk kegunaan kamu

dan binatang binatang ternak kamu.

(Surah An-Naazi’aat:27-33)

Membaca ayat di atas membuat aku termenung. Bagai Allah berfirman kepada Aku. Satu soalan yang mengujakan oleh Allah:

Akukah yang sukar diciptakan atau langit?

Soalan itu membuat aku menjadi kecil lagi hina. Apalah aku ini diatas dunia. Dan bumi ini hanya badingan sebutir debu diangkasa raya. Luasnya angkasa tidak terjangkau oleh akal membayangkannya. Dipenuhi pula oleh berbilion bintang-bintang bertaburan didalam kumpulan galaksi-galaksi. Dia lah Allah yang menjaga dan mengawalnya. Maha suci Engkau, tuhanku.

Ya Allah, tiada Tuhan yang sebenar me­lainkan Engkau,

Engkaulah yang menjadikan aku,

aku adalah hamba-Mu,

dan aku berjanji mentaati-Mu se­mampuku,

aku berlindung kepada-Mu daripada ke­jahatan kelakuanku.

Kukembalikan kepada-Mu segala nikmat yang Kau berikan

dan aku kembali kepada-Mu dengan dosa yang kulakukan.

Ampunilah aku,

kerana tiada siapa yang dapat mengampuniku melainkan Engkau.

Dialah Allah Yang Memberi Peringatan

Dialah Allah Yang Memberi Peringatan

I

Hai orang-orang yang beriman,

Bertakwalah kepada Allah

dan hendaklah setiap diri memperhatikan

apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat),

dan bertakwalah kepada Allah,

sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

apa yang kamu kerjakan.


Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah,

lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri.

Mereka itulah orang-orang yang fasik.


Tiada sama penghuni-penghuni neraka

Dengan penghuni-penghuni surga;

penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung.

II

Dialah Allah Yang tiada Tuhan  selain Dia,

Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata,

Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.


Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia,

Raja, Yang Maha Suci,

Yang Maha Sejahtera,

Yang Mengaruniakan keamanan,

Yang Maha Memelihara,

Yang Maha Perkasa,

Yang Maha Kuasa,

Yang Memiliki segala keagungan,

Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.


Dialah Allah Yang Menciptakan,

Yang Mengadakan,

Yang Membentuk Rupa,

Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik.


Bertasbih kepada-Nya

apa yang ada di langit dan di bumi.

Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa

Lagi Maha Bijaksana.

–   Maksud al Hasyar  18-20 dan  22-24

Dialog Allah Dengan Hambanya Yang Ingin Teguhkan Imannya

Dialog Allah Dengan Hambnya Yang Ingin Teguhkan Imannya:

(DIALOG 1)

Atau apakah (kamu tidak memperhatikan)

orang yang melalui suatu negeri

yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya.

Dia[1] berkata:

“Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?”

Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun,

kemudian menghidupkannya kembali.

Allah bertanya:

“Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?”

Ia menjawab:

“Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari.”

Allah berfirman:

“Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya;

lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah;

dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang);

Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia;

dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu,

kemudian Kami menyusunnya kembali,

kemudian Kami membalutnya dengan daging.”

Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati)

diapun berkata:

“Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

(DIALOG  2)

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata:

“Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.”

Allah berfirman:

“Belum yakinkah kamu ?”

Ibrahim menjawab:

“Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)

Allah berfirman:

“(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu.

(Allah berfirman):

“Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu,

kemudian panggillah mereka,

niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.”

Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

(Maksud QS Al Baqarah 259-260)


[1] Ahli tafsir mengatakan “dia” ialah Uzair bin Syirkhiyan, dan negeri yang dilaluinya ialah Baitul Maqdis yang telah dihancurkan oleh raja Bukhtanshar. Selepas 70 tahun Uzair dimatikan, Bani Israil kembali membangunkan semula Baitul Maqdis. Selepas dihidupkan semula, pemandangan Baitul Maqdis telah berubah. Ini adalah pandangan yang mashyur. Pendapat lain mengatakan dia ialah Armiya dari keturun Harun a.s dan negeri yang dilaluinya ialah Dair Harqal dekat sungai Dajlah. Ada juga mengatakan dia ialah Khidhir a.s.

Dalam tafsir al Munir menyebut pendapat yang kukuh mengenai “dia” ialah seorang dari kalangan siddiqin atau para nabi, tidak mungkin dia adalah orang kafir, kerana orang kafir tidak menjadi simbol sokongan kepada keagungan Allah.

Siapa Pewaris Syurga Firdaus?

Siapa Pewaris Syurga Firdaus?

Sesungguhnya berjayalah orang-orang yang beriman.

Iaitu mereka yang khusyuk dalam sembahyangnya.

Dan mereka yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang sia-sia.

Dan mereka yang berusaha membersihkan hartanya

(dengan menunaikan zakat harta itu).

Dan mereka yang menjaga kehormatannya.

Kecuali kepada isterinya atau hamba sahayanya

maka sesungguhnya mereka tidak tercela.

Kemudian, sesiapa yang mengingini selain dari yang demikian,

maka merekalah orang-orang yang melampaui batas.

Dan mereka yang menjaga amanah dan janjinya.

Dan mereka yang tetap memelihara sembahyangnya.

Mereka itulah orang-orang yang berhak mewarisi.

Yang akan mewarisi Syurga Firdaus;

mereka kekal di dalamnya.

QS.Al Muminun  23:1-11

Bagaimana Melupuskan Mushaf Yang Tidak Dapat Digunakan Lagi?

Bagaimana Melupuskan Mushaf Yang Tidak Dapat Digunakan Lagi?

Kitab Suci al-Qur’an merupakan Kalamullah dan wahyu AllahSubhanahu wa Ta‘ala yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan membawa kebenaran danpetunjuk kepada umat manusia, sekaligus mengesahkan kebenarankitab-kitab suci yang telah diturunkan sebelumnya. Firman AllahSubhanahu wa Ta‘ala:

Tafsirnya: “Dan Kami turunkan kepadamu (wahai Muhammad)Kitab (al-Qur’an) dengan membawa kebenaran, untuk mengesahkan benarnya Kitab-kitab Suci yang telah diturunkansebelumnya dan untuk memelihara dan mengawasinya…”(Surah al-Maaidah: 48)

Kitab Suci al-Qur’an itu, sehingga ke hari ini dan selama-lamanya terselamat dan terpelihara daripada perubahan. Firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala:

Tafsirnya: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan Kamilah yang memelihara dan menjaganya.” (Surah al-Hijr: 9)

Hukum Memuliakan Al-Qur’an

Umat Islam telah bersepakat mengatakan bahawa wajib memuliakan, mengagungkan dan memelihara Kitab Suci al-Qur’an. Baik dari segi memelihara kesuciannya daripada kotoran ataupun memelihara kemuliaannya daripada sebarang perubahan, penambahan atau sebarang perbuatan yang membawa kepada penghinaannya. Begitu juga dari segi menjaga adab-adab ketika membacanya, menulis, membawa, menyentuh, meletak dan menyimpan al-Qur’an, dan menjauhkannya daripada terdedah kepada perkara yang hina umpamanya meletakkannya di tempat tempat yang tidak munasabah seperti tempat kotor, bersepah di jalan-jalan dan sebagainya.

Menurut Imam Abu al-Fadhl al-Qadhi ‘Iyadh Rahimahullah, bahawa sesiapa yang memandang ringan terhadap al-Qur’an, mushaf atau sesuatu daripada ayat al-Qur’an, ataupun dia mengingkari satu huruf daripadanya, atau mendustakan sesuatu hukum atau khabar yang telahpun dijelaskan dalam al-Qur’an, atau dia mensabitkan sesuatu yang dinafikan dalam al-Qur’an, atau dia menafikan sesuatu yang disabitkan dalam al-Qur’an sedang dia tahu atau syak pada perkara itu, maka orang tersebut adalah kafir menurut ijma‘ umat Islam.

Demikian juga, menurut Imam an-Nawawi Rahimahullah, umat Islam telah bersepakat mengatakan bahawa wajib menjaga dan menghormati mushaf. Menurut para ulama asy-syafi‘e dan ulama yang lainnya Rahimahumullah, jika seseorang muslim itu membuang mushaf ke tempat-tempat kotor, maka jadilah dia kafir.

Menurut mereka lagi, hatta menjadikan mushaf itu sebagai bantal hukumnya adalah haram.begitulah ketinggian dan kemuliaan al-Qur’an. Kita amat dituntut untuk menghormati dan menjaga kesuciannya. Sehinggakan seseorang itu boleh menjadi kafir apabila mengingkari atau menghinakannya.

Memandangkan kedudukan al-Qur’an yang amat tinggi dan mulia itu, bagaimanakah cara yang betul untuk mengendalikan mushaf atau tulisan ayat-ayat al-Qur’an yang tidak dapat digunakan lagi? Adakah boleh dilupuskan mushaf tersebut? Melupuskan Mushaf Yang Tidak Dapat Digunakan Lagi Mushaf atau tulisan ayat-ayat al-Qur’an yang tidak dapat digunakan lagi dan sukar untuk dijaga dan dipelihara, boleh dilupuskan dengan tujuan untuk menjaga kehormatannya. Perkara ini pernah dilakukan oleh Sayyidina ‘Utsman bin ‘Affan Radhiallahu ‘anhu.

Diriwayatkan bahawa pada zaman Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, al-Qur’an tidak terkumpul dalam satu mushaf akan tetapi ia dihafal oleh para sahabat Baginda. Ada di antara mereka yang hafal keseluruhannya dan ada juga yang hanya hafal sebahagiannya. Setelah datang zaman pemerintahan Sayyidina Abu Bakar Radhiallahu ‘anhu, beliau telah mengumpulkan al-Qur’an menjadi satu mushaf yang akhirnya disimpan di rumah Sayyidatina Hafshah Radhiallahu ‘anha isteri Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Inisiatif tersebut dibuat memandangkan para sahabat yang hafal al-Qur’an ditakuti wafat dan ditakuti juga akan terjadi perselisihan di antara orang-orang Islam selepas mereka. Sehinggalah pada zaman pemerintahan Sayyidina ‘Utsman bin ‘Affan Radhiallahu ‘anhu, beliau telah memerintahkan supaya mushaf yang ada pada Sayyidatina Hafshah Radhiallahu ‘anha itu disalin kepada beberapa mushaf. Inisiatif ini pula dibuat memandangkan terjadinya perbalahan dan perselisihan di antara umat Islam pada pembacaan al-Qur’an. Kebanyakan ulama meriwayatkan, mushaf tersebut disalin sebanyak empat naskhah.

Kemudian naskhah al-Qur’an tersebut dikirim ke Kufah, Bashrah, Syam dan senaskhah lagi disimpan di tempat beliau. Beliau juga memerintahkan supaya dilupuskan beberapa lembaran kertas yang tertulis padanya al-Qur’an atau mushaf selain daripada mushaf-mushaf berkenaan dengan membakarnya. Ini bertujuan bagi mengelakkan terjadinya perselisihan umat Islam pada pembacaan al-Qur’an. Perbuatan beliau membakar mushaf itu tidak ada sahabat yang membantahnya.

Cara Melupuskan Mushaf Yang Tidak Dapat Digunakan Lagi

Para ulama ada menyebutkan bahawa cara melupuskan mushaf atau sesuatu yang tertulis dengan tulisan ayat-ayat al-Qur’an yang tidak dapat digunakan lagi. Ada dua cara melupuskannya iaitu dengan membasuh tulisan ayat-ayat tersebut sehingga tidak kelihatan lagi atau dengan cara membakarnya.

Melupuskan Mushaf Dengan Cara Membasuh Tulisannya

Melupuskan mushaf dengan cara membasuh tulisan ayat-ayat al-Qur’an dengan air adalah lebih utama daripada membakarnya iaitu apabila ia mudah dilakukan dan tidak dikhuatiri air basuhan itu tercurah ke tanah. Adapun jika cara membasuh itu menyukarkan dan ditakuti air basuhannya tercurah ke tanah, maka adalah lebih utama ia dibakar.

Melupuskan Mushaf Dengan Cara Membakarnya

Makruh membakar sesuatu yang tertulis padanya ayat-ayat al-Qur’an melainkan bagi tujuan memuliakannya. Bahkan membakar sesuatu yang tertulis padanya ayat-ayat al-Qur’an itu boleh menjadi wajib jika cara yang sedemikian itu sahaja cara untuk menjaga kehormatan dan kemuliaannya.

Adapun melupuskannya dengan cara mengoyak atau mencarikkannya adalah haram kerana cara tersebut memutuskan huruf-huruf dan kalimahnya yang membawa maksud kepada mempersia-siakan dan memandang rendah apa yang tertulis itu. Maka dari penjelasan di atas dapatlah disimpulkan, cara melupuskan mushaf atau tulisan ayat-ayat al-Qur’an yang tidak dapat digunakan itu dan sukar untuk dijaga dan dipelihara ialah sama ada dengan membasuh atau membakarnya.

Dalam soal ini perlulah diingat, membasuh atau membakar mushaf itu hendaklah disertai niat yang baik dengan tujuan semata-mata untuk menjaga kesucian dan kemuliaan al-Qur’an, bukan merendahkan apa lagi menghinanya dan tidak mendedahkannya kepada pencemaran dan penghinaan.

Demikian juga, hendaklah dipastikan mushaf atau tulisan ayat-ayat al-Qur’an yang telah dibakar atau dibasuh itu, tidak ada lagi sakibakinya yang tertinggal sehingga menyebabkan ia terbiar dan sekaligus menyebabkan ia terdedah kepada pencemaran dan penghinaan. Oleh itu, adalah menjadi tanggungjawab seseorang itu untuk memastikan bahawa mushaf yang dilupuskan itu benarbenar lupus dan tidak ada lagi saki-baki tulisan ayat-ayat tersebut.

Sumber : Jabatan Mufti Negara Brunai

An Nur

An Nur


Allah  adalah  cahaya

yang menerangi langit dan bumi

perumpamaan cahaya Allah,

adalah seperti sebuah mishkat[1],

sebuah lubang yang tak tembus, bagai ceruk cahaya

yang di dalamnya ada pelita besar

pelita itu di dalam gelok kaca

kaca itu seakan-akan bintang  bercahaya cemerlang

seperti mutiara,

yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkati

itulah pohon zaitun

yang tumbuh tidak di sebelah timur

dan tidak pula di sebelah barat

yang minyaknya  hampir-hampir menerangi,

walaupun tidak disentuh api.


Cahaya di atas cahaya – berlapis-lapis

Allah membimbing kepada cahaya-Nya

siapa yang Dia kehendaki,

dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia,

dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.


Demikian kutitip pemahaman tamsilan  Allah yang mempersona

ketika menekuni an Nur 35



[1] Mishkat  atau sebuah lubang yang tak tembus, bagai ceruk cahaya adalah sebuah tempat di dinding yang di tinggikan sedikit dari lantai bagi sebuah bilik di dalam sebuah rumah, tempat meletak lampu, pada zaman sebelum ada letrik, supaya ruang bilik tersebut menjadi terang.Ruang tersebut akan lebih terang jika dinding tersebut berkapur putih.

 

Di ceruk cahaya tersebut diletakan lampu dari minyak zaitun. Cahayanya lembut nyaman yang diberkati menerangi  nuraini manusia yang bertakwa!

Ulama haruskan baca al-Quran untuk si mati

Ulama haruskan baca al-Quran untuk si mati

Sumber :

http://www.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2007&dt=0427&pub=Utusan_Malaysia&sec=Bicara_Agama&pg=ba_02.htm

SOALAN:
Apakah hukumnya membaca al-Quran dan menghadiahkan pahalanya kepada si mati. Saya ada terbaca artikel mengatakan pahalanya tidak sampai. Persoalannya betulkah pandangan yang mengatakan bacaan al-Quran tidak sampai kepada si mati?

JAWAPAN;
Sebenarnya dalam persoalan ini ada dua pandangan. Pandangan yang menolak dan pandangan yang mengharuskan. Maka bila kita membawa hujah adalah lebih baik kita kemukakan hujah golongan yang menolak dan golongan yang menerima. Supaya berlaku adil di dalam berhujah.

Memandangkan saudara telah membaca alasan dan hujah yang menolak, di sini saya kemukakan alasan serta hujah golongan yang menerima.

Membaca al-Quran dan menghadiahkannya kepada si mati, ulama ada beberapa pendapat. Ada yang mengharuskan dan ada yang melarang. Ulama yang mengharuskan berpendapat bahawa amalan membaca al-Quran dengan niat menyedekahkanya kepada si mati diharap mendapat manfaat kepada si mati.

Ulama yang menganggap pahala daripada bacaan al-Quran tidak akan sampai kepada si mati kerana membaca al-Quran adalah amalan badaniah tidak boleh dilakukan oleh orang lain untuknya. Dalam erti kata yang lain amalan badan ketika masih hidup, apabila mati terputuslah amalannya dan tiada siapapun yang boleh memberi manfaat kepada si mati. Amalannyalah yang akan menjadi penyelamat baginya dalam kubur.

Namun tidak kurang banyaknya riwayat daripada Rasulullah s.a.w. yang diistinbat oleh para ulama di dalam mengharuskan bacaan al-Quran kepada si mati. Dan diharapkan melalui amalan itu si mati dapat dirahmati Allah s.w.t.

Kita sebagai hamba memohon Allah berhak menentukan, ini kerana keampunan Allah lebih luas daripada kemurkaannya.

Hujah yang dikemukakan oleh ulama yang mengharuskan seperti berikut:

1- Fatwa Mufti Atiyyah Saqar pada tahun 1997 mengharuskan bacaan al-Quran di sisi mayat kerana yang demikian akan memberi manfaat kepada si mati. Sama ada di bacaan dengan niat menyedekahkannya atau tidak. Hukum ini lebih kepada bacaan di sisi mayat.

Seperti mana hadis-hadis yang terdapat dalam kitab-kitab al-Hadis. Rasulullah pernah bersabda yang bermaksud, Para malaikat akan menghamparkan sayapnya serta menyebut-nyebut kehadiran di sisi Allah, mereka juga akan dilimpahi dengan rahmat Allah s.w.t. serta mendapat ketenangan. (Riwayat Muslim)

Al-Quran adalah zikir, malahan sebaik-baik zikir. Di dalam membicarakan masalah ini terdapat riwayat yang menyebut secara jelas saranan Nabi s.a.w. supaya membaca Yasin kepada si mati.

Riwayat ini disebut oleh Ahmad, Abu Daud, al-Nasaie termasuk juga Ibn Majah manakala Ibn Hibban telah memperakui akan kesahihan hadis ini.

Seperti mana yang diriwayatkan, sesungguhnya Rasulullah telah bersabda, yang bermaksud: “Jantung al-Quran ialah Yasin, tidak seorangpun yang membacanya melainkan dia mengharapkan pembalasan di hari akhirat melainkan dia diampuni Allah swt, justeru hendaklah kamu membacanya kepada yang hampir mati dan orang-orang Islam yang lebih awal meninggalkan kamu.”

Imam An-Nawawi di dalam Syarah al-Muhazzab berpendapat: “Disunatkan bagi orang yang ziarah kubur itu membaca ayat-ayat al-Quran yang mudah-mudah baginya dan mendoakan mereka setelah membaca itu. Lebih lanjut beliau menambah: “Jika mereka mengkhatamkannya, itu adalah lebih afdal lagi.

Imam Ahmad bin Hanbal juga pada mulanya menolak pendapat ini kerana menganggap tidak ada dalil, tetapi menerimanya kemudian setelah mendapati terdapat dasar mengenainya. Asy-Sya’bi pula berkata: “Jika seorang daripada kaum Ansar meninggal dunia, mereka akan pulang dan pergi semula ke kuburnya untuk membaca al-Quran baginya.

Imam al-Darqutni dan ibn al-Qattan telah menyatakan bahawa bacaan al-Quran dalam ayat ini bermakna: “Membaca Yasin ketika sakaratul al-Maut”. Namun pandangan ini telah dikritik sebahagian ulama dengan menyatakan “lafaz am-mayyit dalam hadis tersebut adalah lafaz umum, tidak dikhususkan bagi orang yang hampir mati sahaja, maka tidak ada yang menghalang dari sampainya manfaat bacaan ayat-ayat suci al-Quran biarpun orang telah meninggal.” (Musnad al-Firdaus)

Tiga keadaan menghadiahkan bacaan al-Quran kepada si mati:

1- Apabila seseorang itu membaca al-Quran kemudian berdoa kepada Allah supaya si mati itu diampuni dan dirahmati insya-Allah diterima Allah, seperti mana seseorang itu bertawasul dengan amalan-amalan soleh.

Tidak harus menolak manfaat doa selepas bacaan al-Quran kepada si mati.

2- Membaca al-Quran kemudian berdoa supaya Allah menghadiahkan pahala bacaan al-Quran itu kepada si mati. berkata Ibn Solah: “Harus meyakini manfaatnya kepada si mati supaya dikurniakan Allah kepada si mati pahala bacaan seperti mana pahala bacaan yang diperolehi oleh hamba yang hidup.”

3- Membaca al-Quran dari awal diniatkan kepada si mati, maka pahalanya akan sampai kepada si mati dengan izin Allah s.w.t.

Berkata Abu Abdullah al-Ubay: “Jika dibaca al-Quran dari mula sudah diniatkan untuk dihadiahkan kepada si mati akan sampai seperti mana yang diniatkan, seperti pahala sedekah dan doa.”

Imam Ibn Rusyd di dalam Nawazil pula menyebut: “Jika seseorang itu membaca al-Quran kemudian di hadiahkan kepada si mati harus dan si mati akan peroleh pahala dan manfaatnya”

Kebanyakan ulama mengharuskan orang yang masih hidup menghadiahkan atau menyedekahkan pahala bacaan al-Quran kepada si mati. Pendapat ini disetujui oleh ulama-ulama bermazhab al-Syafie, Imam Ahmad bin Hanbal dan Imam al-Nawawi. Fatawa alAzhar ( jld; 8, 302 )

Bukan sahaja bacaan surah al-Fatihah malahan keseluruhan al-Quran bacaannya boleh dihadiahkan kepada para arwah yang telah lebih awal meninggalkan kita.

Di dalam al-Quran, Allah menyarankan agar kita berdoa kepada orang yang telah kembali lebih awal daripada kita seperti mana firman-Nya yang bermaksud: Ya Tuhan kami, berilah kami keampunan dan keampunan bagi saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami. (al-Hasyr: 10).

Kita berdoa dengan harapan agar Allah s.w.t. merahmati serta mengampuni mereka yang lebih dahulu kembali kepada alam baqa. Maksudnya Allah memberi harapan kepada yang masih hidup supaya berdoa kepada saudara-saudara mereka yang meninggal lebih awal. Kita boleh membantu saudara kita yang masih hidup dengan wang ringgit, bagi yang sudah meninggal bantuannya ialah dengan berdoa dan menyedekahkan fatihah dan bacaan ayat-ayat suci al-Quran.

Biarpun apa yang kita kirimkan kepada mereka tidak dapat membebaskan mereka dari kemurkaan Allah, namun harapan dapat diringankan dengan belas ihsan serta rahmatnya yang luas. Sekurang-kurangnya ada usaha dari insan-insan yang masih hidup.

Sumber :

http://www.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2007&dt=0427&pub=Utusan_Malaysia&sec=Bicara_Agama&pg=ba_02.htm

Lagi hujah menyokong sampainya sedekah bacaan al Quran kepada si Mati oleh  Sheikh Muhaddith Abdullah Siddiq al-Ghummari dalam e book  98 halaman boleh baca atau download di sini :

http://www.scribd.com/doc/22154271/4665625-Hukum-Sedekah-Fatihah-Kepada-Si-Mati

atau di:

https://aburedza.files.wordpress.com/2011/07/4665625-hukum-sedekah-fatihah-kepada-si-mati.pdf