Telah Terbelah Bulan

Orang kafir tidak akan percaya bahawa bulan telah terbelah. Malah orang Islam sendiri yang tidak berilmu, yang sekadar mengunakan akal, yang tidak menekuni al Quran akan sukar mempercayainya. Allah swt berfirman:

QS 54:1-2

QS 54:1-2

Maksudnya:

Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: “(Ini adalah) sihir yang terus menerus”. QS 54:1-2

Lihat dan baca petikan dari Asbabun Nuzul, sebab-sebab turunnya ayat al Quran Susunan Zulkifli Mohd Yusoff dan Muhammad Mukhlis, Penerbit PTS Halaman 701 seperti image  di bawah:

Scan dari Asbabun Nuzul, PTS Halaman 701,  SEBUAH KITAB YANG BAIK UNTUK RUJUKAN KELUARGA

Scan dari Asbabun Nuzul, PTS Halaman 701, SEBUAH KITAB YANG BAIK UNTUK RUJUKAN KELUARGA ANDA, DAPATKAN DARI TOKO BUKU BERHAMPIRAN

Untuk memperjelaskan ayat al Qamar 1-2 di atas ,  Allah swt  berfirman maksudnya:

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” QS Fushshilat 53

 

“Tokayah, juz 8 muka surat berapa?”

Saya memerhati cucu saya Nabila, membuka helaian alQuran, satu persatu, bagai mencari sesuatu. Menyedari Tokayahnya memerhati, ia pun bertanya,

“Tokayah, juz 8 muka surat berapa?”

“Mukasurat 142”, jawab saya sepontan.

Nabila terus membuka dan menjumpai juz 8. Kemudian cepat dia bertanya pula,

“Kalau juz 25 mukasurat berapa pula?” ….. Nampak macam soalan menguji.

“Mukasurat 482” , jawab saya cepat.

Nabila bertanya,

“Tokayah hafalkah?”

“Tidaklah… bukan hafal, tetapi kena faham kaedahnya!”

Nabila bertanya, bagaimana?

“ Cuba buka daftar juz dan muka surat dan perhatikan…..

DAFTAR JUZ

Perhatikan  semua muka surat  berakhir dengan angka 2, kecuali mukasurat untuk juz  1, 7 dan 11. Muka surat 1 betullah untuk juz 1. Mukasurat  untuk juz 7 dan 11 sebenarnya bermula di bahagian bawah muka surat sebelum 122 dan 202 ( kerana kerapkali orang menyebut juz 7 pada mukasurat 122 dan juz 11 pada mukasurat 202), iaitu pada mukasurat  121 dan 201.

juz 7

juz 11

Perhatikan  juz 2 terletak pada mukasurat  22 iaitu:  2X2=4 kemudian -2 = 2 kemudian tambah 2=22.

Juz 3 terletak pada mukasurat 42  iaitu:  3X2=6 kemudian -2 =4 tambah 2 = 42.

Juz 4 terletak pada mukasurat 142 iaitu: 4X2=8 kemudian -2 = 6 tambah 2 = 62

Juz 20 terletak pada mukasurat 382 iaitu: 20X2=40 kemudian -2 =38 tambah 2 = 382

Juz 30 terletak pada mukasurat 582 iaitu: 30X2=60 kemudian -2 = 58 tambah 2 = 582

Bagaimanapun kaedah ini hanya terpakai untuk al Quran cetakan Resam Usmani.

Saya kemudian menguji kebolehan cucu saya untuk mencari muka surat untuk juz-juz tertentu, ternyata ia dapat membukanya dengan tepat.

Jin bercerita hakikat dirinya!

Katakanlah (hai Muhammad): “Telah diwahyukan kepadamu bahwasanya: telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al Quran), lalu mereka berkata:

Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al Quran yang menakjubkan,

(yang) memberi petunjuk kapada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seseorangpun dengan Tuhan kami,

dan bahwasanya Maha Tinggi kebesaran Tuhan kami, Dia tidak beristeri dan tidak (pula) beranak.

Dan bahwasanya: orang yang kurang akal daripada kami selalu mengatakan (perkataan) yang melampaui batas terhadap Allah[1]

dan sesungguhnya kami mengira, bahwa manusia dan jin sekali-kali tidak akan mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah.

Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan[2] kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.

Dan sesungguhnya mereka (jin) menyangka sebagaimana persangkaan kamu (orang-orang kafir Mekah), bahwa Allah sekali-kali tidak akan membangkitkan seorang (rasul)pun,

dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api,

dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang[3] barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).

Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka.

Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.

Dan sesungguhnya kami mengetahui bahwa kami sekali-kali tidak akan dapat melepaskan diri (dari kekuasaan) Allah di muka bumi dan sekali-kali tidak (pula) dapat melepaskan diri (daripada)Nya dengan lari.

Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk (Al Quran), kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak (takut pula) akan penambahan dosa dan kesalahan.

Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus.

Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahannam.

Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak).

Untuk Kami beri cobaan kepada mereka padanya. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat.

–  Surah al Jin : 1-17[4]

 


[1]  Yang dimaksud dengan perkataan yang melampaui batas, ialah mengatakan bahwa Allah mempunyai isteri dan anak.

[2]  Ada di antara orang-orang Arab bila mereka melintasi tempat yang sunyi, maka mereka minta perlindungan kepada jin yang mereka anggap kuasa di tempat itu.

[3]  Yang dimaksud dengan sekarang, ialah waktu sesudah Nabi Muhammad s.a.w. diutus menjadi rasul.

[4]   Terjemah Tafsir Jalalain , Jalaluddin As-Suyuthi Dan Jalaluddin Muhammad Ibnu Ahmad Al-Mahally:

001. (Katakanlah) hai Muhammad! (“Telah diwahyukan kepadaku) maksudnya aku telah diberitahu oleh Allah melalui wahyu-Nya (bahwasanya) dhamir yang terdapat pada lafal annahu ini adalah dhamir sya’n (telah mendengarkan) bacaan Alquranku (sekumpulan jin.”) yakni jin dari Nashibin; demikian itu terjadi sewaktu Nabi saw. sedang melakukan salat Subuh di lembah Nakhlah, yang terletak di tengah-tengah antara Mekah dan Thaif. Jin itulah yang disebutkan di dalam firman-Nya, “Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu.” (Q.S. Al-Ahqaf 29) (lalu mereka berkata) kepada kaum mereka setelah mereka kembali kepada kaumnya: (“Sesungguhnya kami telah mendengarkan Alquran yang menakjubkan) artinya mereka takjub akan kefasihan bahasanya dan kepadatan makna-makna yang dikandungnya, serta hal-hal lainnya.

002. (Yang memberi petunjuk kepada jalan yang benar) yaitu kepada keimanan dan kebenaran (lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan) sesudah hari ini (seorang pun dengan Rabb kami.)

003. (Dan bahwasanya) dhamir yang terdapat pada ayat ini adalah dhamir sya’n, demikian pula pada dua tempat lain sesudahnya (Maha Tinggi Kebesaran Rabb kami) Maha Suci kebesaran dan keagungan-Nya dari apa-apa yang dinisbatkan kepada-Nya (Dia tidak beristri) tidak mempunyai istri (dan tidak pula beranak.)

004. (Dan bahwasanya orang yang kurang akal daripada kami selalu mengatakan) maksudnya orang yang bodoh di antara kami (perkataan yang melampaui batas terhadap Allah) dusta yang berlebihan, yaitu dengan menyifati Allah punya istri dan anak.

005. (Dan sesungguhnya kami mengira, bahwa) huruf an di sini adalah bentuk takhfif dari anna, yakni annahu (manusia dan jin sekali-kali tidak akan mengatakan perkataan yang dusta terhadap Allah) yakni menyifati-Nya dengan hal-hal tersebut hingga kami dapat buktikan kedustaan mereka dalam hal itu. Allah berfirman:

006. (Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan) memohon perlindungan (kepada beberapa laki-laki di antara jin) di dalam perjalanan mereka sewaktu mereka beristirahat di tempat yang menyeramkan, lalu masing-masing orang mengatakan, aku berlindung kepada penunggu tempat ini dari gangguan penunggu lainnya yang jahat (maka jin-jin itu menambah bagi mereka) dengan permintaan perlindungannya kepada jin-jin itu (dosa dan kesalahan) karena mereka mengatakan, bahwa kami telah dilindungi oleh jin anu dan orang anu.

007. (Dan sesungguhnya mereka) yakni jin-jin itu (menyangka sebagaimana sangkaan kalian) hai manusia (bahwa) bentuk takhfif dari anna, asalnya annahu (Allah sekali-kali tidak akan membangkitkan seorang pun.”) sesudah matinya.

008. Jin mengatakan: (“Dan sesungguhnya kami telah mencoba menyentuh langit) maksudnya kami telah bermaksud untuk mencuri pendengaran di langit (maka kami menjumpainya penuh dengan penjaga) para malaikat (yang kuat dan panah-panah api) yakni bintang-bintang yang membakar; hal ini terjadi setelah Nabi saw. diutus menjadi rasul.

009. (Dan sesungguhnya kami dahulu) sebelum Nabi saw. diutus (dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan) berita-beritanya dan untuk mencurinya. (Tetapi sekarang barang siapa yang mencoba mendengar-dengarkan, seperti itu, tentu akan menjumpai panah api yang mengintai) panah-panah api yang terdiri dari meteor-meteor itu telah mengintainya dalam keadaan siap untuk memburunya.

010. (Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui apakah keburukan yang dikehendaki) sesudah terjaganya langit dari pencurian pendengaran (bagi orang yang di bumi ataukah Rabb mereka menghendaki kebaikan bagi mereka) lafal rasyadan artinya khairan, yaitu kebaikan.

011. (Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh) sesudah mendengarkan Alquran ini (dan di antara kami ada pula yang tidak demikian halnya) ada kaum yang tidak saleh. (Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda) terdiri dari golongan yang berbeda-beda; ada yang muslim dan ada pula yang kafir.

012. (Dan sesungguhnya kami yakin, bahwa) huruf an ini adalah bentuk takhfif dari anna, asalnya annahu (kami sekali-kali tidak akan dapat melepaskan diri, dari kekuasaan, Allah di muka bumi, dan sekali-kali tidak pula dapat melepaskan diri daripada-Nya dengan lari) maksudnya, kami tidak akan dapat menyelamatkan diri daripada-Nya, apakah kami berada di bumi atau kami lari dari bumi menuju ke langit.

013. (Dan sesungguhnya kami tatkala mendengar petunjuk) yakni Alquran (kami beriman kepadanya. Barang siapa beriman kepada Rabbnya, maka ia tidak usah takut) sesudah lafal yakhaafu diperkirakan adanya lafal huwa (akan kekurangan) pengurangan pahala kebaikannya (dan tidak pula takut akan dizalimi) diperlakukan secara zalim, yaitu dengan penambahan kesalahan dan dosanya.

014. (Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada pula orang-orang yang menyimpang dari kebenaran) yakni melewati batas disebabkan kekafiran mereka. (Barang siapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan petunjuk) atau menuju ke jalan hidayah.

015. (Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahanam.”) atau sebagai bahan bakarnya. Dhamir anna dan annahum serta annahu yang terdapat pada dua belas tempat kembali kepada jin. Dan firman-Nya, “Wa innaa minnal muslimuuna wa minnal qaasithuuna,” dibaca kasrah huruf hamzahnya, yaitu innaa berarti merupakan jumlah isti’naf atau kalimat baru. Jika dibaca fathah yaitu menjadi anna berarti kedudukannya disamakan dengan kalimat-kalimat sebelumnya.

016. Allah swt. berfirman mengenai orang-orang kafir Mekah: (Dan bahwasanya) mereka; adalah bentuk takhfif dari anna, sedangkan isimnya tidak disebutkan, yakni annahum, artinya, bahwasanya mereka; diathafkan kepada lafal annahus tama`a (jika mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu) yaitu agama Islam (benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang banyak) dari langit. Demikian itu setelah hujan dihentikan dari mereka selama tujuh tahun.

017. (Untuk Kami beri cobaan kepada mereka) untuk Kami uji mereka (dengan melaluinya) hingga Kami mengetahui bagaimana kesyukuran mereka, dengan pengetahuan yang nyata. (Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan Rabbnya) yakni Alquran (niscaya Kami akan memasukkannya) (ke dalam azab yang amat berat.)

 

Ustaz Hussein Yee: Bukan Islam Tak Boleh Sentuh Dan Baca Quran?

 

Firman Allah:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ

 

Bulan Ramadan  , bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia …..

– Al Baqarah 185

 

إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ

فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ

لا يَمَسُّهُ إِلا الْمُطَهَّرُونَ

sesungguhnya Al Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia,

pada kitab yang terpelihara (Lohmahfuz),

tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.

– al Waqiah 77-79

 

 

Maksud tujuh huruf

Maksud tujuh huruf

Oleh KHAIRUL ANUAR MOHAMAD

Matlamat tujuh huruf yang diberikan kepada umat Nabi Muhamad adalah untuk meringan dan kemudahan mereka membaca al-Quran. – Gambar hiasan


 

UMUM mengetahui bahawa nama riwayat bacaan al-Quran yang diamalkan di kebanyakan negara Islam pada hari ini, Malaysia khususnya adalah Riwayat Hafs daripada Qiraat Asim.

Qiraat Asim adalah salah satu daripada Qiraat Tujuh atau Qiraat Sepuluh yang telah diittifaq ulama statusnya mutawatirah.

Untuk memahami riwayat-riwayat al-Quran, ia memerlukan kepada memahami susur galur sejarah bacaan al-Quran di zaman Rasulullah SAW hinggalah kepada pembukuan al-Quran di zaman Abu Bakar al-Siddiq r.a dan Uthman Ibn Affan r.a.

Selain itu, perlu juga mengkaji perkembangan Qiraat di zaman Ibnu Mujahid yang meninggal dunia pada tahun 324 hijrah.

Nama ini cukup besar dalam pengajian ilmu qiraat kerana beliaulah yang memilih tujuh qurra’ iaitu Nafei al-Madani, Ibnu Kathir al-Makki, Abu Amru al-Basri, Ibnu Amir al-Dimasyqi, Abu al-Najud Asim al-Kufi, Hamzah al-Zayyat dan al-Kisai.

Tujuh Qiraat atau Sepuluh Qiraat adalah satu juzuk daripada Tujuh Huruf. Pandangan ini dipegang oleh jumhur ulama.

Huraian dan syarahan hadis berkaitan tujuh huruf ini mendapat perhatian ulama dulu hingga sekarang.

 

Utama

Mereka di syurga …..

(mereka duduk di dalam syurga itu) di atas takhta-takhta kebesaran yang bertatahkan permata;

sambil berbaring di atasnya dengan berhadap-hadapan

mereka dilayani oleh anak-anak muda lelaki yang tetap kekal (dalam keadaan mudanya),

yang sentiasa beredar di sekitar mereka,

dengan membawa piala-piala minuman dan tekoh-tekoh

serta piala atau gelas yang berisi arak (yang diambil) dari sungainya yang mengalir.

mereka tidak merasa pening kepala

dan tidak pula mabuk dengan sebab menikmatinya.

dan juga (dibawakan kepada mereka) buah-buahan dari jenis-jenis yang mereka pilih,

serta daging burung dari jenis-jenis yang mereka ingini.

dan (mereka dilayani) bidadari-bidadari yang cantik parasnya,

seperti mutiara yang tersimpan dengan sebaik-baiknya.

(semuanya itu) sebagai balasan bagi (amal-amal baik) yang mereka telah kerjakan.

mereka tidak akan mendengar dalam syurga itu perkataan yang sia-sia

dan tiada pula sesuatu yang menyebabkan dosa

mereka hanya mendengar ucapan:

” selamat! selamat! ” (dari satu kepada yang lain).

dan puak kanan,

alangkah bahagianya keadaan puak kanan itu

mereka bersenang-lenang di antara pohon-pohon bidara yang tidak berduri.

dan pokok-pokok pisang yang tersusun rapi buahnya,

dan naungan yang tetap terbentang,

dan air yang sentiasa mengalir,

serta buah-buahan yang banyak,

yang tidak putus-putus dan tidak pula terlarang mendapatnya,

dan tempat-tempat tidur yang tertinggi keadaannya.

sesungguhnya kami telah menciptakan isteri-isteri mereka

dengan ciptaan istimewa,

serta kami jadikan mereka sentiasa dara (yang tidak pernah disentuh),

yang tetap mencintai jodohnya,

serta yang sebaya umurnya.

(semuanya itu disediakan) bagi puak kanan

Maksud QS Al Waqi’ah 15-38

QS. Fussilat Ayat 26

Firman Allah :

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لا تَسْمَعُوا لِهَذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ

Dan orang-orang Yang kafir berkata: “Janganlah kamu mendengar Al-Quran ini dan tentanglah Dia (dengan nyayian-nyanyian dan jeritan-jeritan riuh rendah serta tepuk sorak), supaya kamu berjaya (mengganggu bacaan atau menenggelamkan suara pembacanya)!” ( QS.Fussilat 26 )

Maulana Abdullah Yusof Ali  menghurai ayat di atas mengatakan :

Satu helah dan tiupan yang selalu disukai oleh orang yang mahu menghinakan wahyu ialah bukan sahaja dengan mereka tidak mahu mendengarnya , tetapi juga dengan mereka bercakap-cakap  dengan suara yang lantang dan biadaapanya pada masa ayat suci dibacakan, supaya dengan itu maka orang yang mendengarnya dengan iklas pun, tidak boleh melakukan  tugas rohaniah mereka dengan baiknya. Mereka menyangka mereka sedang menengelamkan suara dari tuhan : sebenarnya mereka sedang menambah-nambah lagi penderitaan dan kecelakaan bagi diri mereka sendiri pada masa akan datang. Kerana suara dari Tuhan tidak boleh disenyapkan.

Catitan hujung:

Orang boleh berhenti tegak hormat apabila lagu kebangsaan dinyanyikan. Sebaliknya bila azan di kumandangkan atau quran di bacakan, masih ada oarang yang bersembang malahan berketawa !

Nabi s.a.w Membaca Fatihah Di Perkuburan Melalui Solat Jenazah

Abu Syu’aib, Mohd Khairil Anwar bin Abdul Latif,  dalam sangahan terhadap Artikel Zamihan Mat Zin Al-Ghari  menulis:

“Dari sudut yang lain kita perhatikan masyarakat kita yang pergi untuk menziarahi kubur terutamanya pada hari raya mereka telah melakukan satu kesalahan yang jelas di larang oleh agama untuk membaca al-Quran. Iaitulah dengan duduk di atas kuburan untuk membaca yasin dan sebagainya. Mengapakah perkara ini tidak diambil berat oleh masyarakat kita? Jawapannya disebabkan kerana kejahilan. Tidakkan kita mendengar hadis nabi s.a.w. “Adalah lebih baik bagi seseorang di kalangan kamu duduk di atas bara api sehinga terbakar pakaiannya dan melecur kulitnya daripada dia duduk di atas kubur”. hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam bab “Larangan duduk di atas kubur dan bersolat di atasnya” Maka sekiranya masih berdegil juga untuk melakukannya maka silalah membaca al-Quran di atas kubur secara berdiri, kerana diharamkan untuk duduk di atas kubur.” Rujuk : https://aburedza.wordpress.com/2009/10/22/membaca-al-quran-di-atas-kubur-jawapan-kepada-artikel-zamihan-mat-zin-al-ghari/

Kubur boleh saja dalam kubur, atas kubur, tepi kubur, antara beberapa kubur atau kawasan perkuburan. Jangan duduk boleh juga jangan bertinggung, jangan berjalan, jangan bercangkung, jangan berdiri jika betul-betul di atas jenazah ( di antara 2 batu nisan ). Kalau di tepi , di antara beberapa kubur , di kawasan perkuburan, silakan ……. bacalah quran dan berdoa. Yang tidak dibaca al Quran adalah di dalam kubur.

Demikian saya dan sahabat-sahabat sebagai orang awam memahami duduk di atas kubur. Kami apabila bergotong royong membersih kubur, apabila berehat akan mencari ruang-ruang kosong yang tidak ada batu nisan untuk duduk atau berdiri. Apabila berjalan  atau membersihkan kubur kami akan mengelak melintasi dua batu nisan bagi satu kubur, kami akan berjalan di celah-celah kubur – itu yang saya yang daif ini faham – jika fahaman ini silap , ustaz-ustaz yang membaca tulisan ini , sila betulkan melalui ruang komen. Bagaimanapun tidak di nafikan – bagi kubur yang sesak dan rapat , kami tidak akan duduk di situ kerana takut terduduk di atas kubur/jenazah.

Nabi saw  dan sahabat pernah sembahyang jenazah di kawasan perkuburan ,  tentunya bukan betul-betul di atas jenazah di dalam kubur ( ia itu di antara 2 batu nisan ):

  • Hadis riwayat Abdullah bin Abbas ra.: Bahwa Rasulullah saw. menyalati mayit di atas kubur, sesudah mayit dikubur. Beliau bertakbir empat kali. (Shahih Muslim No.1586)
  • Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
    Bahwa seorang wanita hitam yang biasa menyapu mesjid, suatu hari Rasulullah saw. merasa kehilangannya (tidak melihatnya). Lalu beliau bertanya kabarnya, para sahabat menjawab: Dia sudah meninggal dunia. Rasulullah saw. menegur: Kenapa kalian tidak memberitahukan kepadaku? Seakan-akan para sahabat menganggap kecil urusannya atau urusan kematian. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: Tunjukkan aku kuburnya. Setelah ditunjukkan, beliau menyalatinya kemudian bersabda: Sungguh pekuburan ini penuh dengan kegelapan bagi para penghuninya dan sesungguhnya Allah meneranginya sebab salatku atas mereka. (Shahih Muslim No.1588)
  • Sayyid Sabiq, dlm Fiqh Sunnah jld 4 pada tajuk Solat di Makam, menukilkan sebuah hadith dari Yazid bin Tsabit di mana Nabi saw dan sekumpulan sahabat menziarahi perkuburan Baqi’, baginda terpandang sebuah kubur yg baru. Lalu beliau bertanyakan kubur siapakah itu. Bila diberitahu, Nabi dgn nada marah mempersoalkan kenapa beginda tidak diberitahu. para sahabat menjelaskan ketika pemakaman itu mereka mendapati beliau sedang tidur. Tapi Nabi kemudian melarang perbuatan itu dan hendaklah memaklumkan kepada beliau terlebih dahulu kerana solat baginda ke atas mayyit adalah rahmat. Lantas baginda membuat saf dan solat di kuburan itu. [HR Ahmad, Nasa’iy, alBaihaqi, al-Hakim dan disahkan oleh Ibn Hibban]

Dan tentunya nabi saw membaca Fatihah didalam sembahyang tersebut. Hadis “Larangan duduk di atas kubur dan bersolat di atasnya” sudah tentu solat selain solat jenazah.

Tambahan Tulisan Prof. Dr. T.M Hasbi Ash-Shiddieqy dan Syed Sabiq

Sebagai tambahan suka saya memetik pandangan Prof. Dr. T.M Hasbi Ash-Shiddieqy di dalam Pedoman Shalat  ms 496 :

Para ulama menyukai kita shalat jenazah di perkuburan dengan berdiri di antara kubur-kubur. Begitulah pendapat Atha’ , Asy Syafi’y, Ahmad, Ishaq dan Ibnul Mundzir.

Beliau juga mengatakan:

Pernah hal ini dilakukan oleh Abu Hurairah dan Umar Ibn Abdul Aziz.

Hadis yang di rujuk :

Ibnu Abbas r.a berkata: “ Pada suatu hari Rasullah s.a.w sampai kekubur yang masih basah, maka beliau bersalat baginya dan bersaf-saflah para sahabat di belakang beliau. Rasullah s.a.w. bertakbir 4 kali. ( H.R. Bukhary, Muslim, An-Nail 4:89)

Sa’ied ibn Al-Musayyab berkata: “Bahawasanya Ummu Sa’din meninggal sedang Nabi s.a.w  tidak ada di kampung. Manakala kembali, beliau bersalat bagi jenazahnya, padahal telah berlalu sebulan lamanya (H.R At-Turmudzy, An-Nail 4:90)

Prof. Dr. T.M Hasbi Ash-Shiddieqy juga menyatakan :

Sebahagian Ulama tidak membolehkan. Di antara mereka ialah An-Nakha’y, Malik dan Abu Hanifah.

Sebagai tambahan juga Syed Sabiq sekali lagi menulis pada tajuk Solat Jenazah di Tengah Perkuburan:

Mensolatkan jenazah di suatu kubur yang terletak di tengah-tengah perkuburan, dianggap makruh oleh jumhur. Pendapat ini diriwayatkan dari Ali, Abdullah bin Amar dan Ibnu Abbas. Juga menjadi mazhab bagi ‘Atha, Nakhi, Syafii, Ishak dan Ibnul Mundzir, berdasarkan sabda Rasullah s.a.w bermaksud:

” Bumi ini semuanya menjadi mesjid, kecuali perkuburan dan tempat pemandian”

Syed Sabiq menambah,  menurut satu pendapat dari Ahmad, hal ini tidak ada salahnya, kerana Nabi s.a.w. melakukan solat di suatu kubur yang berada di tengah perkuburan. Begitupun Abu Hurairah mensolatkan Aisyah di tengah perkuburan Al Baqi dengan disaksikan oleh Ibnu Umar. Dan Umar Abdul Aziz melakukan pula.

( Tulisan merah nampak macam ada perbedzaan fakta – saya tidak pasti- ini lah kelemahan orang awan seperti saya yang tidak mampu merujuk sumber asal….. )

Kesimpulan:

1. Nabi S.A.W  dan sahabat pernah membaca al Quran dan beribadat di perkuburan.

2. Terdapat perbedzaan pendapat ulama mengenai hal ini , kerana itu saya berlapang dada mengenainya.


Lagi hujah menyokong sampainya sedekah bacaan al Quran kepada si Mati oleh  Sheikh Muhaddith Abdullah Siddiq al-Ghummari dalam e book  98 halaman boleh baca atau download di sini :

http://www.scribd.com/doc/22154271/4665625-Hukum-Sedekah-Fatihah-Kepada-Si-Mati

Sayyid Sabiq, dlm Fiqh Sunnah jld 4/120-122 menukilkan sebuah hadith dari Yazid bin Tsabit di mana Nabi saw dan sekumpulan sahabat menziarahi perkuburan Baqi’, baginda terpandang sebuah kubur yg baru. Lalu beliau bertanyakan kubur siapakah itu. Bila diberitahu, Nabi dgn nada marah mempersoalkan kenapa beginda tidak diberitahu. para sahabat menjelaskan ketika pemakaman itu mereka mendapati beliau sedang tidur. Tapi Nabi kemudian melarang perbuatan itu dan hendaklah memaklumkan kepada beliau terlebih dahulu kerana solat baginda ke atas mayyit adalah rahmat. Lantas baginda membuat saf dan solat di kuburan itu. [HR Ahmad, Nasa’iy, alBaihaqi, al-Hakim dan disahkan oleh Ibn Hibban]